13. we're friend, right?

203 23 2
                                    

Maaff banget kalo banyak typo, habis nulis itu gatel banget pengen up 😭😭😭, saltyin aja aku biar ga keterusan 😭.

Happy reading :)

Hari berikutnya yeri bekerja seperti biasanya. Kali ini tentu tanpa kehadiran salah satu temannya, Herin.

Omong-omong soal Herin, Yeri masih sedikit kesal denganya. Bisa-bisanya ia tidak menceritakan apa-apa dan dengan tiba-tiba muncul sebagai idol. Bahkan teman-teman pegawai pun sangat tidak menyangka. Aku pun bodoh ketika tidak menyadari beberapa bulan belakangan ini, Herin sering memakai masker untuk menutupi mulutnya, yaaa Yeri kira dia sakit gigi.

Jam sudah menunjukan pukul 16.00 yang artinya Yeri sudah boleh pulang karena jam kerjanya sudah habis. Yeri tidak lupa mengambil jatah makanannya.

Ia tak henti berucap syukur karena yang menjadi atasanya itu adalah pak jung. Pria itu memang sangat baik untuk ukuran dengan jabatan boss. Bahkan ketika anaknya berulang tahun enam bulan yang lalu, seluruh pegawai restoran ini diundang ke rumahnya tanpa membawa kado apapun. Tentu aku yang miskin ini tidak menyiakan kesempatan itu, kapan lagi kan datang ke pesta walaupun pesta ulang tahun seorang bocah.

Setelah berpamit pada yang lain, Yeri melangkahkan kakinya berjalan menuju studio Hanbin. Keseringan pergi ke tempat itu membuat Yeri merasa studio itu menjadi rumah keduanya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai pada bangunan yang cukup luas tapi tidak bertingkat itu.

"annyeong?!" sapa Yeri dengan suara menggelegar nya.

Pria yang tengah menggunakan headphone dengan gitar di tanganya itu masih tidak menyadari siapa yang datang.

Yeri berjalan menuju Hanbin yang tengah duduk di kursi putar itu dan menarik kabel dari headphone yang dipakai Hanbin.

"ck, kau ini, sakit tau" keluh hanbin ketika fokusnya buyar oleh ulah dari Yeri.

"cih, kenapa lemah sekali" ejek Yeri sembari meletakan kantong yang berisi beberapa makanan di meja. "sedang apa kau?" yeri melihat beberapa kertas yang dipakai orak-orek "menulis lagu?"

Hanbin mengangguk mantap dan kembali membenarkan headphone nya setelah mengusap telinga kirinya yang sidikit tergesek akibat tarikan kabel tadi.

Kemudian Yeri duduk di sofa "aku ingin belajar bermain gitar hanbin" ucap yeri tiba-tiba.

Tapi tidak didengar oleh pria yang tengah sibuk itu.

"huh, sudahlah" gumam Yeri dan melemaskan otot-otot nya setelah bekerja tadi sambil menunggu pria itu selesai dengan urusannya.

"yeri" ucap Hanbin sedikit lirih.

Yeri yang dasarnya masih sadar hanya membalas dengan santai "hm?"

Kemudian pria yang tadinya sibuk itu duduk disamping Yeri. Yeri yang memang sudah lelah menatap hanbin malas "kenapa?"

"aku merindukan ibuku" ucap hanbin menunduk.

Yeri yang tadinya malas seketika berubah khawatir dan membenarkan posisi duduknya.

Tanpa berkata apa-apa Yeri menarik tubuh Hanbin kedalam pelukannya.

"ibukku datang dalam mimpiku kemarin" ucap hanbin.

Yeri hanya mendengarkan apa yang akan pria itu katakan, karena beberapa hari terakhir setelah membaca komentar buruk, terkadang raut mukanya terlihat sendu,  tatapannya berubah kosong, kelihatan sekali pria itu tengah menahan beban.

Mungkin Hanbin hanya butuh menangis untuk menghilangkan sedikit rasa gundah sekaligus rasa rindu pada ibunya, karena saat ini Hanbin memang sudah mengeluarkan cairan bening itu dari matanya.

Yeri ingat, dulu Herin pernah mengatakan kalau Hanbin itu tidak mau membuat akun sosial media awalnya, ya alasanya karena ia terlalu takut terhadap komentar buruk dan berujung mengecewakan dirinya sendiri.

Pria itu masih terisak di dalam dekapan Yeri, sedangkan Yeri masih senantiasa mengelus rambut hitam nan lebat milik Hanbin.

Sebenarnya Yeri ingin bilang bagaimana kalau kita pergi menemui ibu Hanbin ke pemakaman, tapi ia mengurung niatnya itu, Yeri berpikir bahwa beberapa orang hanya butuh didengarkan saja, daripada memberi saran yang dapat menyebabkan guncangan.

"Hanbin, ada apa dengan suhu tubuhmu?!" tanya Yeri dengan terkejut ketika tanganya tak sengaja menyentuh dahi pria itu. Yeri memundurkan badan Hanbin dengan mendorong bahunya, lalu melihat wajah Hanbin sedikit sembab.

"ayo minum obat penurun demam, kau punya obat disini?" Yeri berjalan menuju kulkas, mengecek kalau-kalau ada obat yang sengaja disimpan Hanbin. Tapi nihil, tidak ada obat disana, hanya beberapa buah saja.

Oh Yeri ingat, sebelum pulang pak jung memberinya sebuah pil, entah pil penurun panas atau bukan. Pak Jung mengira Yeri sedang demam karena tubuhnya mengigil, padahal ia habis memakan mangga yang terlampau masam yang dibawa Joyi tadi. Tuhkan Yeri sudah bilang pak jung itu baik pada pegawainya.

Ia segara merogoh kantong makanan tadi dan menemukan pil itu, yeri menyipitkan matanya untuk membaca tulisan kecil dari kemasan pil itu, memastikan bahwa pil itu berfungsi untuk menurunkan demam atau tidak.

"hanbin, makan dulu ya sebelum minum obat?" ucap yeri mengeluarkan kotak makan yang dibawanya tadi.

Hanbin mengangguk pasrah dan mengulum bibirnya.

"ini aku bawa sayur, sebenarnya aku bawa ayam, tapi ayam bertepung tidak baik untuk orang demam" ucap Yeri kemudian memberikan suapan pertama menuju mulut Hanbin.

"maaf aku selalu terlihat lemah di depanmu Yeri" ucap hanbin serak.

"ck, kau ini selalu saja masih sungkan padaku, dan apa yang kau katakan itu? dengar Hanbin, kau jangan terlalu memikirkan perasaan orang lain sampai lupa kau juga harus bahagia" ucap Yeri panjang lebar sambil memberikan suapan lagi.

"aku temanmu kan?, itu artinya kau bebas bersamaku, kau boleh menangis didepanku, kau boleh tertawa sampai sakit perut, kau boleh mengejekku jika kau mau" ya kalimat terakhir itu tentu hanya gurauan, tapi kalau Hanbin memang ingin mengejek Yeri, Yeri tinggal mengejek balik Hanbin, gampang.

Hanbin hanya tersenyum simpul menanggapi guyonan Yeri.

Setelah dirasa cukup kemudian Hanbin meminum obat yang Yeri berikan.

"nah, sekarang tidur ya?, kau sudah memindahkan kasur keruangan itu kan?"

Hanbin mengangguk, kemudian ia berjalan masuk ke kamar disusul Yeri dibelakang.

"tidur yang cukup Hanbin, aku akan menunggu sampai kau bangun" ucap Yeri.

"Yeri kesini" ucap Hanbin menepuk bagian kosong ranjang ini.

Yeri sedikit ragu, tapi kemudian menyanggupi permintaan itu,  kemudian tubuhnya berbaring disamping tubuh Hanbin "sudah, sekarang kau tidur" ucap Yeri menutup matanya.

"aku ingin memeluk tubuhmu, apa boleh?" ucap hanbin meminta izin.

Tanpa berkata Yeri merubah posisinya menghadap Hanbin dan memeluk tubuh pria yang tengah menggunakan selimut itu.

Yeri berusaha menutup matanya ketika hembusan nafas Hanbin menerpa wajahnya.

Ia hanya berharap Hanbin tidak mendengar detak jantungnya yang berdegup tidak normal.

To be continue.

Padahal kemaren bilang mau tamatin, tapi tetep aja g ada tanda" tamat.

Memang author tergoblok tepat disematkan kepadaku wkwkwkk.

T-tapi maaf kalo kalian ngerasa makin kesini makin aneh aja alurnya. Aku yakin ini bener" absurd banget dan gajelas wkwk.

REPEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang