BAB VIII: Akhirnya! Halo, Bandung!

2.1K 432 214
                                    

_______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________

SENANDUNG
USANG.       |

BAB VIII:

Akhirnya!
Halo, Bandung!

|                     

______________

°


Rena pernah dengar ada lirik lagu milik Hindia yang bersua seperti ini. Besok mungkin kita sampai. Besok mungkin akan tercapai. Kala itu dia pikir itu semua adalah omong kosong. Memangnya besok itu kapan?

Tapi ternyata untaian kata sabar itu nyata. Sabar itu tak bisa hanya berdiri sendiri. Selain sabar, harus berusaha membenahi satu per satu hal yang diperlukan. Dan berkat itu semua tibalah juga hari ini. Rena tidak pernah berpikir kalau mimpinya bakal jadi nyata.

True, guys. Neira Irena Putri sudah official menjadi pekerja di De Korin Bandung!

De Korin itu start-up di bidang construction & building yang sedang naik daun dan diprediksi akan mencapai kas hijau pada akhir tahun ini setelah berdiri selama 2 tahun. Padahal tidak semua start-up bisa menghilangkan merah dalam laporan keuangan secepat itu. Biasanya minimal 5 tahun.

"I'm happy for you." Hari Seninnya diawali dengan kecupan pipi dari Raymond.

Sempurna.

Semalam Raymond datang menginap di apartemen Rena supaya dia bisa mengantar pacarnya ke kantor, dan Raymond masih akan berada di Bandung sampai esok. Dia cuti kerja satu hari demi Rena. 

"Dah, Rena-ku. Semangat kerjanya," tambahnya sembari melambaikan tangan sebelum kembali ke dalam mobil.

Hal pertama yang Rena lihat adalah logo berwarna medium tan dengan wallpaper nude. Desain ruang super minimalis dengan beberapa tanaman palm sebagai pemanis di tiap sudut ruang. Kemudian pandangannya jatuh pada deretan foto figura karyawan. Ada total 2 baris 4 kolom. Karyawan resmi di dalam kantor ini memang hanya 8 orang, namun tidak berarti kalau ini kantor abal-abal.

Netranya terpaku pada satu foto. Nama lengkap si empunya terpampang. Baskara Bima Wijaya. Diperhatikannya dengan saksama potret wajah Bima di dinding; tatapan jenaka itu mengulas senyum malas. Satu ujung bibir maskulin itu tersungging naik. 

Rena sedang mengamati kemiripan diantara Bima dan Dirgantara. Apa, ya? Mungkin selain kulit melanin manis, hidung mancung yang serupa, dan alis rapiㅡyang sepertinya memang genetik, mereka bisa dibilang saudara kandung yang tidak terlalu mirip. Berbeda dengan Kak Tara yang pembawaannya dewasa, kalem, dan manis, Bima terlihat lebih energetik, pemuda itu terlihat lebih ekspresif dan percaya diri. Rena tidak ingin mengakui kalau sebenarnya ia cukup kagum pada Bima yang masih berusia 20 tahun tapi sudah bekerjaㅡtapi begitulah faktanya. Entah trik apa yang Bima gunakan, yang pastinya ia cukup iri dan ingin mencuri jurus itu.

✔ Senandung Usang | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang