BAB XXI: Ekspektasi Fana

2.1K 404 402
                                    

°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°

jangan pelit vote comment, yah.

_______________

SENANDUNG
USANG. |

BAB XXI:

Ekspektasi Fana

|

______________

Raymond Hernando itu tipe yang tidak bisa berbohong. Wajahnya bertekuk masam bahkan sampai di detik Rena turun dari mobil. Tidak ada peluk hangat atau acara cium kening seperti biasa. Bahkan jika Gianna tidak ikut menumpang di mobil, Rena yakin kalau mereka punya peluang besar untuk beradu argumen.

Setelah menurunkan Rena dan Gianna, Raymond benar-benar langsung pulang.

"Aku numpang mandi dulu, ya?" Gianna minta izin sebelum masuk ke kamar mandi di dalam kamar Rena. Di bahunya tersampir handuk yang dipinjamkan untuknya.

"Kamu kan udah sering ke sini. Masuk aja, ih. Sudah kayak rumahmu juga ini."

"Ya kan aku sopan toh." Gianna terkekeh sebelum menutup pintu.

Mata Rena mengitari tembok kamar dengan kosong. Sekarang, segalanya terasa asing. Bahkan Rena merasa tidak kenal dengan dirinya sendiri.

Pandangan kembali jatuh pada portal halaman pencarian di ponsel. Ditatapnya lamat wajah Eliina yang cantik di sana. Isi kepala Rena bercampur adik. Kini dia baru tahu, bahwa inilah sosok anak SMA yang menjadi kekasih tutor pribadinya saat diaㅡsi bocah SMP yang tidak tahu apa-apaㅡtengah berusaha mendekati Dirgantara Wijaya.

Rena mengembuskan napas.

Kepalanya menghadap ke atap kamar ditopang dengan lengan kiri. Ah, ternyata ini tidak semudah seperti apa yang ia bayangkan. Rena tidak tahu kalau Kak Tara dulu punya pacar. Dan sialnya, Kak Tara tidak pernah bilang.

Ralat. Salah Rena juga yang tidak bertanya.

Ah, tapi bukankah seharusnya pria itu bilang kalau dia punya kekasih saat menolak Rena? Bagaimana bisa pemuda itu tega-teganya membiarkan Rena berlakon manja, menitipkan hati kecilnya di sana semasa remaja.

Rena sempat berpikir kalau Dirgantara hanya bersikap baik sebagaimana sifat itu telah dianugerahkan dari Yang Maha Kuasa kepadanya. Barangkali pria itu hanya takut Rena kecil sakit hati. Tapi, dia ingat betul kalau Dirgantara menganggap perasaannya sebagai sebuah candaan. Dirgantara meledeknya---yang masih berumur 15 tahun kala itu---tidak paham soal keseriusan. Bukannya bagaimana. Tapi Rena punya satu pertanyaan besar di kepalanya.

✔ Senandung Usang | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang