BAB XX: Ulang Tahun Sagara

1.9K 392 353
                                    

°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°

_______________

SENANDUNG
USANG. |

BAB XX:

Ulang Tahun
Sagara

|                      

______________

Mungkin sudah hampir 20 kali jari Rena mengulang aktivitasnya. Dia berkali-kali menarik layar ponsel, memperbaharui laman. Namun sebanyak apapun dia berusaha, informasi yang ia dapat tentang sosok Ellina Halim hanya terkumpul sedikit.

Mesin pencari Google hanya mencatat bahwa Ellina Halim adalah Gadis Sampul tahun 2006. Nama lainnya adalah Lee Naeun. Dia memiliki campuran darah Korea dari ibunya. Akan tetapi statusnya adalah WNI asli karena ayahnya murni berasal dari Bandung, yang mana sekaligus merupakan tempat lahir Ellina.

Hanya itu. Rena tak bisa melakukan apapun lagi selain mendesah kecewa.

"Oit? Kenapa kamu?"

Rena terkesiap, baru seratus persen tersadar kalau ada Raymond di sampingnya, tengah menyetir di jalanan Jakarta yang macet. Ada juga Gianna yang sedang duduk di kursi belakang.

"Mau ke ulang tahun kawan malah hah-hoh-hah-hoh melulu. Kenapa kamu, Neira Irena?" Gianna mencubit pipi kawannya dari belakang. "Capek abis kereta?"

Mengangguk pelan, Rena memejamkan mata sejenak. Lagipula perjalanan kereta 3 jam Bandung-Jakarta memang cukup melelahkan dan membuat badannya pegal-pegal. Ini pun dia baru saja duduk di jok mobil sekitar 30 menit setelah dijemput dari Stasiun Gambir.

"Ya udah, tidur dulu. Nanti kalau udah sampai rumah Bang Sagara kita bangunin." Raymond mengelus puncak kepala kekasihnya dengan satu tangan lain yang bebas.

Rena setuju saja. Toh bangun jam 4 subuh dan beres-beres ini dan itu sungguh bikin kepala pening.

Raymond dengan natural menyalakan playlist kesukaan Rena. Ditekannya secara acak dan satu melodi familiar terputar.  Tak Ada Yang Bisa, Andra & The Backbone. Itu satu-satunya lagu yang sempat Rena dengar sebelum terlelap.

***

"Udah sampai, sis. Bangun, yuk." Gianna mengetuk bahu Rena. 

Samar-samar terdengar Raymond yang menyuruh Gianna untuk masuk duluan.

"Bangun, Tuan Putri." Raymond mengecup bibir Rena sekilas. Yang diserang masih ingin memejamkan mata. Mengibaskan tangan ke wajah Raymond, Rena menggeleng.

"Rena, ya ampun, ngorok pula kayak kodok."

"Nggak, ya." Rena mengerang sebal, matanya terbuka perlahan. "Nambah-nambahin."

✔ Senandung Usang | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang