BAB VII: Sebelas Januari (1)

2K 494 154
                                    

_______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________

SENANDUNG
USANG.       |

BAB VII:

Sebelas
Januari

|                     

______________

°

"Jadi kamu kemarin semalaman sama Kak Tara?"

Suara Raymond di sambungan telepon jelas tidak senang. Bagaimana tidak? Raymond khawatir setengah mati karena Rena tidak membalas pesannya semalaman. Gadisnya belum pernah seperti itu sebelumnya. Raymond menghela napas emosi.

"Ren." Dia menggantungkan kalimatnya sebentar, "Kamu semalam ngapain aja sampai nggak balas chat?"

Demi Tuhan. Rena sudah mengulangnya, entah sudah berapa kali. Gadis itu mengeratkan ponsel. Satu sisi merasa marah, lain sisi dia juga pasrah. "Kalau aku ada ngapa-ngapain, mana mungkin aku kasih tahu kamu kalauㅡ"

"Kalau kamu cuman kasih tahu setengah, aku juga nggak akan tahu, 'kan?" tukas Raymond seenaknya. Dia tidak memberi gadis itu celah.

Sejujurnya, Raymond jarang begini. Ini tidak seperti Raymond yang biasanyaㅡdan jujur saja Rena takut.

Gadis itu yakin kalau suara yang merembes dari bibirnya itu terdengar begitu serak saat bertanya pasrah.

"Terus aku harus ngomong apa biar kamu percaya?"

Raymond kehilangan kata-kata untuk beberapa sekon sebelum menutup telepon. "Udahlah. Hati-hati di jalan."

Sambungan telepon diputuskan sepihak. Rena cuman memasukkan ponsel. Malas ribut lagi. Gadis itu mendongak, menatap langit atap Stasiun Gambir sembari menunggu dijemput.

Gianna dan teman-teman masih menetap di Bandung dan baru akan pulang besok. Tapi karena Rena ada keperluan untuk mengemas barang-barang yang diperlukan di Bandung nanti, jadi dia pulang terlebih dahulu menggunakan kereta api dan Mama sendiri yang akan menjemput di stasiunㅡyeah, kalian tahu alasannya. Mama protektif dan tidak memperbolehkan Rena sembarangan naik transportasi umum apapun.

Tadinya sambungan telepon dengan Raymond dimulai karena seharusnya pria itu yang mau menjemput. Namun karena ada meeting mendadak di kantor, dan sebagai staf yang masih dibawah naungan supervisor, Raymond pun tidak bisa pergi sesuka hati pada jam kantor. Tidak masalah dengan ituㅡRena paham. Namun seketika konversasi mulai berubah haluan dan Raymond mulai bertingkah seperti detektifㅡitu Rena tidak paham. Sigh.

"Neira~!"

Itu pasti Mama. Hanya Mama yang memanggilnya begitu. Mobil sudah sampai, Mama yang duduk di belakang menurunkan kaca mobil, "Sayang, ayo masuk."

✔ Senandung Usang | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang