25

4K 338 10
                                    

"Kolot kuadrat!"

"Amatir!"

"Rugi lo, rugii!"

"Hangus sudah makan siang bernilai puluhan juta."

Itu adalah kata-kata yang sejak tadi dilayangkan pada Revia. Jangan tanya bagaimana kondisi emosinya sebab ia berhasrat ingin menggorok leher manusia-manusia menjengkelkan yang kini duduk bersamanya.

"Diem nggak! Gue gorok tahu rasa lo pada!" semprotnya emosi.

Kekesalan Revia dihadiahi gelak tawa dari mereka semua. Ya, siapa lagi kalau bukan Gadis-Gadis Jablay Pemburu Eksmud. Rifa, Tika, Elma, serta Resi yang sejak tadi tak henti meledekinya.

"Andai tadi lo iyain ajakan Pak Regan buat maksi bareng, beuh ... makan gratis dah lo hari ini. Bisa puas-puas manjain mulut ama perut, apalagi ditemenin ama the most eligible bachelor di Jekardah. Dan yang paling penting, doi nggak sama kayak cowok-cowok lain yang cuma modal tampang! He owns everything! Gosh!" ucap Rifa antusias sembari mencampurkan kecap ke dalam baksonya. "Tapi sayang, akibat jomblo berabad-abad, sensor romansa lo udah nggak bisa nangkep sinyal baik yang disodorin Pak Regan."

"Itu dia. Kenapa lo amatir banget, sih, Vi? Kredibilitas lo sebagai penggaet hati anak adam kayaknya harus dipertanyakan," ujar Resi semakin memperkeruh suasana hati Revia.

"Penggaet? Sejak kapan gue suka nebar jala? Asem!"

Resi terkikik jenaka. "Becanda, Sayang. Emosian banget deh."

"Padahal Pak Regan oke lho, Vi. Ya ampun, mana dia cakepnya keterlaluan lagi. Andai aja Pak Regan naksirnya ama gue, gue rela nerima semua hartanya," tambah Elma dengan turur kata lembut.

"Ya udah sono! Ambil! Bawa pulang ke rumah biar gak kelayapan dan gangguin hidup gue!" cecar Revia galak.

"Emm ... ng-nggak jadi deh kalau gitu. Santai-santai, nggak usah cemburu. Perasaan gue belum nyentuh tahap cinta kok sama Pak Regan. Kagum sama hartanya doang gue, Vi. Lo tenang aja. Gue bukan temen makan temen. Lo nggak perlu pura-pura nolak gitu, ah, kita semua tahu kok kalau elo tuh sebenernya juga suka sama doi. Nggak perlu ada adegan bentak-bentak kayak tadi. Kita paham, Vi, lo orangnya gimana. Awalnya sok jual mahal, eh tahu-tahunya malah gak terduga."

"Arghh! Diem! Gue nggak suka, ya, kalian gini. Dan gue nyalahin lo, Fa!" tuding Revia geram pada Rifa yang tengah mengunyah satu bakso berukuran besar. Sejenak, kunyahannya terhenti. Lalu Rifa menunjukkan dua jarinya, meminta berdamai dengan simbol jari berbentuk V. Sebab, gara-gara Rifa yang tidak sengaja membaca pesan Regan tadi, dia malah membeberkan hal tersebut pada yang lain.

"Guys, stop. Main aman, oke? Revia dah masuk mode ngambek. Nggak usah dilanjutin lagi. Bahaya. Yang ada dia berhenti nyuplai sambel sama abon. Kalian juga yang nanti bakal nelangsa," kata Tika bijak. Dia ingin main aman saja karena enggan mempertaruhkan sambal dan abon Revia.

"Yeuu, gak seru ah," terang Resi kecewa yang langsung saja dibalas pelototan tajam Revia.

"Padahal gue butuh semangat, nih. Kerjaan banyak banget. Si bos nggak punya hati limpahin semua kerjaan ke gue. Kalau liat kalian berantem kayak tadi, semangat gue nambah. Ayoo dong berantem lagi. Please, gue suk-aduh! Aduh! Sakit kampret!" Elma mengusap kepalanya yang baru saja dijitak oleh Revia.

"Lanjut bicara lagi, nih meja gue tebalikin."

"Si Ibu galak amat. Mentang-mentang mau taken jadi sensitif gini," gerutu Elma pelan.

Miss Copywriter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang