Biasanya jika Revia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu, terlebih jika dirinya berhasil menyelesaikan deadline dengan cepat, ia akan pulang sesuai jam pulang kantor.
Setelah itu, ia akan berkeliling di jalanan atau ke perkampungan-perkampungan yang bisa digapai dengan Ramason--mobil seken--kesayangannya. Nama mobilnya kece, bukan? Tidak jarang juga, ia akan pergi ke tempat wisata untuk me-refresh pikiran serta raganya yang dilanda kepenatan.
Namun, Revia cenderung lebih sering berkunjung ke perkampungan yang banyak ditempati para migran. Ia adalah gadis yang senang belajar hal baru dari orang-orang seperti mereka baik dari segi bahasa, makanan tradisional dan budaya yang mereka bawa. Sering kali, ia selalu dibuat terkesima dengan tradisi-tradisi yang diceritakan oleh para migran itu. Membuatnya begitu antusias ingin menjelajahi berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Revia yang sebenarnya bukan penduduk asli Jakarta, lebih suka mencari informasi tentang budaya-budaya unik yang ada di nusantara. Dia sebenarnya lahir di Gorontalo. Bundanya yang memiliki darah Gorontalo, dipertemukan dengan sang Ayah yang tidak lain warga asli Jakarta, tapi walaupun lahir di kota yang dijuluki sebagai Serambi Madinah tersebut, Revia tidak menetap di sana. Sejak dirinya lahir, kedua orang tua Revia memboyongnya ke kota metropolitan ini hingga membuat dia tidak terlalu mengenal baik kota kelahirannya.
"Untung kerjaan gue udah selesai ya ampun. Hahh ... waktunya BeRi! Berpelesir Ria!" monolog Revia sembari mengemudikan Ramason ke tempat-tempat yang hendak dia kunjungi.
Revia memiliki panggilan tersendiri untuk para migran yang sering dia temui. Ia menyebut mereka sebagai 'Parut' atau 'Para Tutor'. Satu yang pasti, Revia benar-benar menyukai aktivitas berkunjung ke tempat Parut. Itulah sebabnya, Revia bertekad akan mengelilingi Jakarta seorang diri agar dia bisa lebih banyak mengenal pelbagai tradisi dan budaya yang dibawa oleh Parut dari daerah mereka. Jakarta yang notabennya memang luas, tentu banyak dihuni oleh migran yang berasal dari berbagai macam provinsi di Indonesia.
Banyak tempat-tempat menyenangkan yang disuguhkan di kota metropolis ini. Dari yang hanya bisa didayagunakan oleh kaum proletariat, sampai yang memang dikhususkan untuk kaum borjuis, ada kota besar ini. Hal itu juga yang membuat Jakarta masyhur sampai ke pelosok-pelosok negeri. Meskipun begitu, tinggal di Jakarta tidaklah mudah sebab biaya hidupnya cukup tinggi. Sehingganya, banyak orang yang rela berpenat-penat demi mengais rezeki. Apa pun profesinya. Terlebih lagi dengan para migran yang mengundi nasib di kota besar ini. Tanpa banyaknya koneksi atau pun kemampuan mempuni, sudah dapat dipastikan mereka akan mengalami kesulitan walau hanya sekadar mencari uang makan per harinya saja.
Hal itulah yang menyebabkan hati Revia tergerak untuk berpelesir ke tempat-tempat yang memang didiami oleh para migran. Tujuan Revia tidak lain adalah membantu semampu yang dia bisa. Seperti memberikan sembako dan kebutuhan hidup lainnya.
Ia prihatin, juga peduli dengan mereka. Tidak mengapa saldo ATM-nya terkocek banyak, sebab Revia tahu dengan pasti bagaimana susahnya berlomba-lomba mencukupi kebutuhan hidup di masa sekarang. Paling tidak, dia ingin menjadi manusia yang berguna bagi orang lain.
Revia juga memiliki satu alasan lagi mengapa dia membantu Parut. Alasan yang tidak lain adalah melancarkan aksi bertanya mengenai daerah asal orang-orang yang dibantunya itu. Dia memang seingin tahu itu tentang bagaimana budaya, pranata, serta konvensi para tutor. Sebenarnya, Revia bisa saja berselancar di situs-situs pencari, tapi mau bagaimana lagi jika dia lebih menyukai opsi belajar langsung fresh from the tutor, dibanding melihat dari Internet. Hal itu Revia lalukan agar semata-mata pemahamannya tidak keliru.
"Sebelum pergi, gue harus singgah ke Indo Jaya dulu," ucap Revia menyebutkan mini market yang menjamur di Jakarta.
Seraya menjalankan mobilnya, Revia mulai memikirkan apa-apa saja amunisi yang akan dibelinya untuk para tutor nanti. Melihat Indo Jaya yang ditujunya telah berada di depan mata, Revia bergegas mencari tempat kosong untuk memarkirkan Ramason.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Copywriter [✓]
Chick-Lit| Tamat | | Akan direvisi kembali | Revia tidak tahu apa maksud mereka. Ayah, Ibu, Kakak dan Adiknya diam-diam memendam kebencian padanya. Selama ini mereka mengenakan topeng dan bersikap munafik, for god sake! Semua tawa, kasih sayang dan senyum ha...