Nara membuka matanya malas. Kepalanya masih pusing. Ia mengerang, mencoba bangun.
"Dor!"
"AH! Kaget!"
Gadis itu langsung terjaga. Jantungnya rasanya mau copot. Jefri di depannya sedang senyum jahil.
"Mau apa kamu," sahutnya judes, efek baru bangun tidur.
"Judes amat... Ibuk bikin makan malem buat kita. Yuk keluar,"
"Eh?! Masih malem?" Nara menoleh ke jendela, langit biru gelap itu ia pikir pagi buta.
Jefri tertawa kecil, "Udah ditunggu, tuh,"
"E-eh, iya bentar," Nara menggeledah kopernya, mengeluarkan sisir dan peralatan mandi. Karena gugup, ia menjatuhkan semua barangnya.
Jefri tertawa melihat tingkah Nara. Ia menarik tangan Nara, merapikan rambut kekasihnya dengan tangan, "Dah, cantik."
"Iya, eh, anu, aku sikat gigi bentar, oke," Nara kembali mengobok-obok kopernya. Jefri gemas sekali melihat tingkahnya.
Ia menangkup wajah Nara dan mengecup bibirnya, "Wangi, kok,"
Pipi Nara memerah, "Heh ntar kalo diliat orang tuamu gimanaaa!"
Jefri tertawa geli dan melarikan diri dari kamar tamu sebelum dipukul Nara. Gadis itu masih sibuk merapikan hatinya yang kacau.
***
"Enak, nduk?" tanya ibu Jefri lembut.
Nara mengangguk riang, "Banget, bu! Ibu masak sendiri?"
"Iya, anak-anak Ibu ga ada yang mau bantu," ucapnya sambil sedikit melirik Jefri dan Cakra.
"Lah Ibuk ra purun tak rewangi," elak Cakra lalu memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
(Lah, Ibu gamau aku bantuin)
"Nek kowe sing ngrewangi, pawon e ancur," goda Jefri.
(Kalo kamu yang membantu, dapurnya hancur)
"Mas Jefri lo mesti," ucap Cakra dengan muka masam. Jefri tertawa, diikuti ibu dan ayahnya. Nara tidak terlalu mengerti, jadi ia ikut tertawa.
(Mas Jefri sukanya gitu)
"Nara ndak ngerti ya, nduk?" tanya ibu Jefri.
Gadis itu tertawa canggung, "Ngga, Bu.. Hehe.."
"Tapi kalo Ibu butuh bantuan, bilang Nara aja, Bu! Nara bisa bantu," sahut Nara bersemangat. Ibu Jefri tertawa, "Iya, iya. Besok bantu Ibuk bikin sarapan, bisa, nduk?"
"Gampang, Bu!"
Jefri tersenyum. Sepertinya ibu dan kekasihnya ini cocok sekali.
***
"Nduk, itu tolong apinya dikecilin, terus itu diaduk,"
Nara melakukan apa yang diperintah. Ia mengaduk rawon buatan ibu Jefri dengan hati-hati.
"Bu, ini udah? Matiin, ya?"
Ibu Jefri menghampiri, "Iya, taruh di mangkuk ya, nduk. Mangkuknya di lemari itu, yang bening,"
Nara mengambil salah satu mangkuk besar, "Ini, Bu?"
"Iya, itu gapapa. Ati-ati, nduk, panas."
Cakra datang menghampiri dengan rambut acak-acakan. Ia memeluk tubuh ibunya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronaut | JUNG JAEHYUN
Fanfictionmenunggu itu sulit. tetapi kamu harus tahu. kalau menunggu untuk mendapat kamu, saya rela menunggu 1000 tahun bahkan di angkasa yang dingin dan sepi. apa kamu mau menunggu saya untuk beberapa tahun?