39 ; Pulang?

1.7K 227 98
                                    

"Jefri balik!"

Gadis itu menganga, tak yakin dengan apa yang diucapkan abangnya. Jantungnya terasa nyeri karena berdetak terlalu kencang. Matanya bergetar dan berkedip cepat, sedikit lagi keringat dingin akan keluar dari pelipisnya.

"A... eh..." suaranya tak berani keluar, terlalu menakutkan baginya untuk memastikan kebenarannya. Berita duka kemarin terlalu memukul, hingga Nara hampir merelakan kekasih kesayangannya itu, Jefri.

Ah, sudah lama tak mendengar namanya. Jefri, pria dengan tutur kata semanis madu dengan hati seluas samudra. Jangan lupakan tampangnya yang rupawan, memaksa setiap gadis rela jatuh untuknya. Cacat di kedua pipi tembam membuatnya terlihat makin rupawan. Dan pria hampir sempurna itu miliknya. Milik Nara.

"Nar?" panggil Dimas dengan tatapan cemas. Melihat tubuh Nara yang membatu, ia tahu ada sesuatu yang terjadi.

"Ra?" panggil abangnya di seberang.

"Ya?"

"Cepet pulang!"

Dimas mengernyit. Sayup-sayup ia mendengar suara Bang Theo yang memerintah Nara untuk pulang. Pria itu bergegas merapikan barang-barangnya.

"Ayo pulang, Na,"


***


"Na,

"Na?

"Nara!"

"Ya?" Nara menoleh, menanggapi panggilan Dimas. Pria itu tampak cemas melihat Nara linglung.

"Udah sampe, nih,"

"Oiya," Nara menggantung tas di pundaknya, "Makasih banyak, Kak,"

"Kamu ga seneng dia pulang? tanya Dimas dan membuat gadis itu enggan membuka pintu mobil.

Ia menggeleng, "Aneh rasanya, bingung."

"Bingung gimana?"

"Gara-gara berita kemarin, aku terus-terusan bilang kalo itu bukan Mas Jefri. Tapi lama-lama aku mulai ragu. Lama-lama aku hampir percaya kalo Mas Jefri udah gaada di sini. Aku hampir terbiasa tanpa Mas Jefri, Kak,

"It was hell. But suddenly it becomes a dream, just with one call,

"Aku jadi agak takut mau percaya, takut kecewa lagi,"

Dimas mengangguk paham, "It does feel weird,"

"Ya kan?" gadis itu menghela napas panjang dan membuka pintu mobil, "Kayanya aku harus cepet masuk biar Bang Theo sama Buna ga ikutan bingung,"

Pria itu mengangguk, "Iya, salam ya,"

Nara menahan pintu, menjulurkan kepalanya ke dalam mobil, "Makasih banyak ya, Kak? Buat semuanya."

Ia tersenyum, "No problem,"

Dimas menatap Nara membuka pagar rumahnya. Ia menghela napas dan memutar stir ke arah rumahnya.

Begitu Nara membuka pintu, Mark langsung menghampiri dengan ponsel di tangan.

"Liat, Nar!" seru Mark sambil menunjukkan video berita di ponselnya.

Gadis itu meraih ponsel Mark dan duduk di sofa dengan Buna dan Bang Theo yang tersenyum lebar. Ia memutar video.

"Empat astronot yang sempat menggemparkan dunia ini akhirnya dipulangkan. Projek yang dilaksanakan NASA untuk mempererat hubungan antar negara ini akhirnya selesai setelah dua tahun.

Sangat disayangkan, salah satu astronot berinisial 'J' dikonfirmasi tewas saat bertugas lewat konferensi pers yang baru selesai dilaksanakan. Sampai saat ini belum ada informasi lebih lanjut tentang astronot malang ini.

Pihak NASA mengkonfirmasi bahwa tiga astronot dan satu jasad diperkirakan akan tiba di bumi besok sekitar dini hari waktu Indonesia bagian barat. Berita berikutnya..."

Hening. Hanya ada suara gemeletak ponsel Mark yang ditaruh di atas meja.

"Ra," Bang Theo mengangkat suara, "Belum tentu itu Jefri, kok,"

Mark meraih ponselnya, "Lagian kan yang inisialnya J ga Bang Jefri doing, ada yang dari Korea tuh siapa namanya? Jong siapa?"

"Kim Jongin." balas Bang Theo

"Nah iya itu! Kalo ga salah yang dari Amerika juga namanya Josh,"

Buna menggenggam tangan Nara, meyakinkannya untuk tak menyerah. Gadis itu membalas dengan senyuman. Ibunya segera tahu, senyuman Nara pahit sekali.

"Pacarmu itu orang baik, Nak. Dia udah janji sama Buna bakal balik. Buna yakin dia ga bakal ingkar janji," Buna mengeratkan genggamannya, "Nara juga harus yakin, ya?"

Gadis itu hanya tersenyum, membalas genggam tangan ibunya.

"Bun, Nara gamau sakit hati lagi,

"Nara gamau terlalu berharap, Bun,"

Mata Buna memerah. Ia mengatupkan bibir dan mengangguk paham. Kedua tangannya menarik Nara masuk ke dalam pelukannya.

"Buna minta maaf ya, Nak?," bisiknya sambil mengelus punggung putri satu-satunya.

Nara menggeleng, "Bukan salah Buna."

"Nara pernah bilang kan? Mas Jefri itu hampir sempurna. Jadi harga buat dapetin Mas Jefri itu mahal. Sekarang lagi Nara bayar,"

"Nara juga yakin kalo Mas Jefri itu kuat. Dia ga bakal pergi segampang itu," ucapnya sambil membalas peluk ibunya.

Bibir memang bisa berbohong, namun hati yang ragu tak akan bisa menipu. Mata sendu Nara yang menatap kosong menjadi bukti.

Ia ragu setengah mati.












HALOOOOO💓💓💓💓💓

akhirnya aku bisa ada waktu luang dan akhirnya bisa updateee aaaa😭😭😭😭😭

buat yang cari-cari Jefri, maaf yaaa Jefrinya ga muncul di chapter ini:(((

untuk berikutnya, aku usahain bisa update cepet yaaa

terima kasih yang udah stay tune sampai sini💓

makasih jugaa buat yang udah excited dan sabaaar banget nunggu aku update✨ sayang banget sama kalian❤❤❤

enjoy❤

lov y'all💓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Astronaut | JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang