15 : Yakin

1.2K 226 28
                                    

Jefri menyetir dengan kecepatan penuh. Pikirannya kalut. Rasanya Jefri tidak ingin pulang kerumah. Ia pergi ke salah satu warung kopi di Batu. Karena tempatnya yang tinggi dan dekat dengan pegunungan, hawanya dingin sekali. Apalagi menjelang malam seperti sekarang.

Setelah memesan secangkir kopi, sebungkus rokok dan korek api. Jefri duduk. Ia mengecek ponselnya, wajah Nara yang tersenyum hangat sebagai lockscreen makin membuatnya gelisah.

"Niki, le," sahut ibu penjual yang terlihat sudah berumur, memberikan pesanan Jefri.

(ini, nak)

"Nggih, matur suwun,"

(Iya, terima kasih)

Ia segera menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Seolah ia mengeluarkan semua masaahnya, Jefri menghembuskan asap rokok dengan lega.

"Mas, kosong?" ucap seorang pemuda sambil membawa secangkir kopi dan roti bakar. Jefri menatap sekeliling, semua meja memang penuh. Ia mengangguk, memersilahkan pemuda itu duduk.

Pemuda itu duduk, ia menatap Jefri yang sedang menghisap rokoknya.

"Akeh pikiran ta, Mas?" tanya pemuda itu sambil mengambil bungkus rokok milik Jefri.

(Banyak pikiran ya, Mas?)

"Gak sopan yo awakmu," ucap Jefri galak.

(Ga sopan ya kamu)

"Ketok mas lek wong ngerokok gara-gara seneng karo lek onok masalah,"

(Keliatan mas kalo orang ngerokok karena suka sama kalo ada masalah)

Pemuda itu menyesap rokok punya Jefri, "Ketok kan, Mas? Lek aku ngerokok gara-gara seneng, Mas e gara-gara onok masalah,"

(Keliatan kan Mas? Kalo aku ngerokok gara-gara suka, Masnya gara-gara ada masalah)

Jefri tidak menghiraukan pemuda itu. Ia menyesap kopinya. Pemuda itu mendorong roti bakarnya, menawarkan Jefri namun ditolak.

"Lek ate curhat tak rungokno, Mas," ucapnya sambil menyesap rokok.

(Kalo mau curhat aku dengerin, Mas)

Jefri mengulurkan tangannya, "Jefri,"

"Hendri," jawab pemuda itu, membalas uluran tangan Jefri.

Entah mengapa Jefri merasa percaya pada Hendri, pemuda yang baru ia temui beberapa menit lalu. Ia mulai bercerita jika ia bimbang dan berat untuk pergi.

Hendri menyesap rokoknya, "Jodoh ga  bakal kemana, Mas. Sampeyan kan wis yakin kate budhal, keluarga e sampeyan yo wis padha setuju kabeh. Ojok gara-gara pacar tok terus sampeyan akhire gak sido berangkat,"

Astronaut | JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang