"Hari ini mau ngapain?" tanya Jefri via telepon.
"Terserah," jawab Nara sambil memainkan ujung rambut legamnya, "Mas gaada wishlist pengen kemana, gitu? Kan waktu pelatihan gabisa kemana-mana"
"Wah, ga kepikiran, Na,"
"Hm... Eh, Mas." Nara menegakkan punggungnya.
"Dalem?"
[Dalem itu artinya 'iya?' atau 'apa?' dengan cara halus dalam bahasa Jawa]
"Gamau bilang ke Buna sama Bang Teo dulu?"
Jefri diam untuk beberapa saat, "Iya juga, ya,"
"Mumpung mereka lagi di rumah, nih,"
"Deg-degan, Na kalo langsung sekarang,"
"Trus kapan dong? Buna sama Bang Teo sibuk banget akhir-akhir ini."
"Yaudah aku ke sana aja ya,"
"Oke, ati-ati, Mas,"
"Na?"
"Ya?"
"Love you," Jefri memutus panggilan saat itu juga.
Nara terkejut, lalu tersenyum sangat lebar. Tidak biasanya Jefri seperti itu. Pria bertubuh kekar itu biasanya menyalurkan perasaannya lewat skinship, seperti tiba-tiba menggenggam tangan Nara atau tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Gadis itu bersiap, ia belum mandi dari pagi. Namanya juga libur.
Tepat setelah Nara memakai hand cream, suara mobil terdengar berhenti di depan rumah. Ah, pasti Jefri.
"Eh, calon menantu!" reaksi Buna dari bawah makin meyakinkan Nara. Ia menyisir rambutnya dan turun.
"Na," sapa Jefri dengan senyum lembut. Ah, lesung pipinya yang manis selalu menghangatkan hati.
"Ngapel terus," cibir Bang Teo dari kamarnya yang pintunya dibiarkan terbuka. Wajar, Bang Teo baru saja putus. Mungkin masih sensitif.
"Apaan sih, baru ketemu juga," Nara memilih tidak menggubris abangnya, "Duduk, Mas."
Jefri duduk di tempat semestinya, ruang tamu. Padahal Buna sudah sering membujuknya agar bersikap santai di rumah. Kaya Mark, katanya.
Nara mengambil dua teh kemasan dan memberi satu pada Jefri. Ia duduk di sebelah pacarnya.
"Bunaaaa, Bang Teoooo, sini bentar deh,"
"Aduh, Nar, Buna mager," teriak Buna dari ruang tengah. Buna pasti sedang menonton serial drama favoritnya.
"Sini bentar, Buuuun. Bang Teo juga!"
"Bentar, Nar! Lagi seru-serunya!"
"Nanti Nara download-in, deh!"
Buna datang dengan remote di tangan, "Jangan hoax ya kamu,"
"Iya-iya," Nara menepuk sofa di sampingnya, "Buna duduk sini."
"Bang Teoo!" teriak Nara. Tak lama Bang Teo datang dengan rambut super acak-acakan.
"Apaan sih!"
"Duduk!"
Bang Teo bergumam kesal dan duduk di hadapan Nara.
"Na, ganggu ya?"
"Ngga, kok. Buna sama Bang Teo aja yang mageran,"
"Mau ngapain, sih" Bang Teo menggaruk kepalanya gatal. Ah, pasti ia belum mandi hari ini.
"Mau ngelamar Nara?" ucap Buna dan mendapat pukulan malu dari Nara.
"Bukan, Bun! Lebih complicated lagi ini mah,"
"Ada apa, Jef?" tanya Buna serius. Sepertinya Buna mulai paham bahwa pembicaraan ini cukup serius.
"Jadi gini, Bun, Bang," Jefri menceritakan semuanya dengan detail, sangat detail. Mulai bagaimana ia diterima, hubungan mereka, alasan Jefri tidak pernah mengaku soal ini sebelumnya, sampai bagaimana ia bisa ditentukan ikut dalam proyek besar antar dua negara.
"Ah..." respon Buna yang sama sekali tidak diduga. Bang Teo diam, menatap lantai.
"Jujur, Jef. Buna bingung mau ngomong apa," akhirnya Buna angkat bicara, "Buna banggaaaaa banget sama kamu, Nak. Buna sama bangganya sama ibu kamu kalo tau kamu punya pekerjaan yang hebat.
"Tapi ini terlalu aneh bagi Buna. Maksudnya, Buna ga pernah denger dan menyangka kalo pekerjaan ini ada di Indonesia. Yang Buna bayangin, astronot ya cuma orang-orang bule,"
Buna melanjutkan, "Kalau Jefri tanya Buna setuju apa nggak, jelas Buna setuju banget. Cuma Buna khawatir sama hubungan kalian,
"Kamu bilang bakal lama kan di sana? Bahkan harus lost contact sama Nara. Apa kamu bisa, Jef? Apa Nara bisa?
"Buna khawatir kalo semua ini ga bakal sesuai sama ekspektasi kalian."
"Buna! Jangan ngomong gitu dong ntar kejadian beneran," pekik Nara.
"Itu fakta, Nar. Lo kudu siap nerima itu," sela Bang Teo tegas.
"Entah bakal kejadian ato ngga, lo kudu siap, Ra. Gue gamau ya lo nangis-nangis bilang kangen Jefri. Lo kudu kuat, pacar lo astronot, Ra." semprot Bang Teo yang membuat Nara diam.
Bang Teo kembali membuka bibir, "Gue setuju sama Buna, Jef. Ini hubungan kalian. Gue sama Buna cuma bisa jadi pendukung kalian dari belakang.
"Ah, sama satu lagi," lanjut Bang Teo. "Kalo lo merasa ga sanggup, putusin adek gue sekarang juga. Awas aja sampe lo udah bikin Rara nunggu lama kaya orang bego dan lo dateng bawa berita buruk. Gue bakal jadi orang pertama yang nyamperin lo,"
Jefri mengangguk yakin, "Tenang, Bang. Pulang dari sana, gue bakal lamar adek lo,"
Nara melotot, pipinya memerah.
Ambyar.
HOLA
waaah 5k😭
pencapaiankupaling tinggi huhuhu
seneng banget banyak yang suka Astronaut! kirain ga bakal ada yang baca:(makasih semuanya!💗
maaf yaa late update banget huhu buntu:(
💗💗💗💗lov💗💗💗💗 dari jefri
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronaut | JUNG JAEHYUN
Fanficmenunggu itu sulit. tetapi kamu harus tahu. kalau menunggu untuk mendapat kamu, saya rela menunggu 1000 tahun bahkan di angkasa yang dingin dan sepi. apa kamu mau menunggu saya untuk beberapa tahun?