Bagian Tiga

17 1 0
                                    

      '’Laila! Laila jangan tinggalkan aku, Laila…’’
Laila menoleh pada sahabatnya yang tidur di belakangnya.
      '’Aisyah! Aisyah apa yang kau lakukan? Bangun, kau pasti sedang mimpi buruk!!!’’
        Laila beranjak dari kursinya dan menggoyang-goyang tubuh sahabatnya yang masih teriak-teriak memanggil namanya.
         "Laila jangan tinggalkan aku, Laila!’’
         '’Bagaimana anak ini tidak bangun-bangun, padahal aku sudah menggoyang-goyang tubuhnya!’’
           Laila mengarahkan pandangan pada segelas air putih yang ada di atas meja belajarnya.
           Gadis itu tersenyum, lalu beranjak untuk mengambilnya.
           "Aku memang harus melakukannya. Hanya dengan ini kau bisa bangun.’’
            Laila mengambil segelas air putih itu lalu memercikkan pada wajah Aisyah.
           Aisyah tersentak membuka matanya.
           ‘’Apa atap kamar kita bocor?’’ Laila mendengus pelan, geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu
            '’Kau mimpi?’’Tanya Laila duduk di kursi meja belajarnya
             ‘’Jadi tadi itu hanya mimpi. Tapi mengapa seolah-olah benar-benar terjadi?
Tapi syukurlah jika itu memang hanya mimpi. Toh, Laila masih duduk disini bersamaku!’’
Batin Aisyah dalam hati
         ‘’Dan sekarang kau malah melamun.’’
Aisyah memutar kedua bola matanya.
         "OH YA! Aku mimpi buruk, buruk sekali. Sepertinya aku harus ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu!’’Ujar Aisyah menyingkapkan selimutnya
         ‘’Baguslah.’’
         ''Ngomong-ngomong. Kau belum tidur semalaman?’’
         ‘’Sudah. Tapi sudah bangun. Aku harus segera menyelesaikan tugas yang di amanahkan ustadzah Ani padaku.’’
          '’Tugas? Bukankah itu masih dikumpulkan minggu depan?’’Aisyah menautkan keningnya
          ‘’Lebih cepat selesai lebih baik, kan?’’
Laila membalikkan badan, kembali berkutat pada buku absensi ketertiban putri yang ada di atas meja
           ‘’Kau ini memang suka membuang-buang waktu!’’Celetuk Aisyah nyelonong keluar dari kamarnya.
Laila menggeleng-gelengkan kepala menghadapi sahabatnya itu. Laila sendiri tau, sahabatnya itu suka mengerjakan tugas pesantren secara dadakan.
        Aisyah menutup pintu kamar secara perlahan, ia tak ingin teman satu kamarnya yang lain terganggu dengan suara pintunya. Ia melewati koridor pesantren dengan langkah gontai.
         Kenapa aku mimpi Laila akan meninggalkanku ya. Dan mimpi ini persis terjadi setelah aku di panggil ke kantor pengurus tadi malam.
          Apa yang harus aku lakukan? Aku takut Laila tersinggung dan membenciku jika aku melakukan tugasku.
          Tapi jika tidak, bagaimana dengan tanggung jawabku sebagai wartawan pesantren!’’
          ‘’Bisa jadi mimpi tadi adalah pertanda bahwa aku tidak boleh melakukan tugasku.
            Tapi… apa yang salah dengan tugasku. Aku hanya disuruh untuk memeriksa almari, tas dan barang-barang pribadi milik Laila.
            Lalu aku akan membuat artikel untuk dipasang di madding untuk Headnews karena akhir-akhir ini tengah panas membahas isu terorisme!
            Pikir gadis itu sepanjang langkahnya.
             Dari kejauhan seorang lelaki tengah memelototi Aisyah dan mencoba memanggilnya.
             "Aisyah! Aisyah!’’
              Namun, gadis itu tak mendengar suara Ilham. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri gadis itu.



Selamat membaca yaaww :)
Hati-hati bacanyaaa, alurnya maju mundur hehheehe
Yuk next part langsung geser ....

Muara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang