Bagian sembilan

13 0 0
                                    

‘’Sudahlah, kau tidak perlu bertanya lagi. Jika dia datang kemari untuk memeriksa gadis itu apa kau terima?’’sela Ilham
‘’Gadis itu? Siapa gadis yang kau maksud?’’
Aisyah menggigit bibir bawahnya. Mencoba mencerna kata-kata Ilham.
Laila. kenapa selalu gadis baik itu yang menjadi sasaran orang-orang, padahal dia tidak melakukan apa-apa.  Batin Aisyah dalam hati
‘’Aisyah. Percayalah, aku tidak akan melakukan apapun. Aku disini untuk beberapa hari. Aku tidak mencurigai siapa pun, tapi kita harus selalu waspada terhadap apapun. Kau baru mengenalnya 2 bulan ini bukan? kau tidak tau bagaimana latar belakangnya!’’ Ucap Abdi
Aisyah menautkan alisnya. Ia heran, bagaimana bisa Abdi mengetahui bahwa Laila adalah santri baru disini, sedangkan sejak satu tahun yang lalu setelah Abdi lolos tes sebagai polisi Abdi belum pernah datang ke pesantren.
‘’Aisyah. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan pesantren kita, jangan lengah dengan kebaikan orang yang baru saja kau kenal…’’
Aisyah menelan ludahnya. ‘’Bagaimana mungkin kau melakukan ini pada kami, Abdi?’’
‘’Apa aku salah. Aku hanya ingin menjaga pesantren kita dari ancaman. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pada pesantren kita!’’Ujar Abdi
‘’Apa santri disini masih kurang untuk menjaga pesantren ini?’’Sela ilham.
‘’Kau meragukan kemampuan santri disini untuk melindungi kyai atau kau tengah jadi mata-mata?’’sergah Aisyah
Abdi menggelengkan-gelengkan kepala. ‘’Kenapa ini? Apa yang terjadi dengan kalian, kenapa kalian bersikap seperti baru saja mengenalku?’’
‘’Kau datang kemari untuk memeriksa sahabatku!’’Sergah Aisyah.
‘’Aisyah. Dengar, aku sama sekali tidak berprasangka buruk pada sahabatmu, mereka atau orang-orang itu. Aku hanya ingin memastikan bahwa keadaan disini aman. Dan aku tidak akan khawatir lagi!’’
‘’Jika memang dia sama seperti wanita-wanita itu, dia akan melakukannya dari dulu!’’Sela Aisyah
‘’Mungkin saja belum.’’Sela Abdi. ‘’Dia masih menunggu waktu yang tepat, sama seperti yang lainnya. Bisa saja saat ini dia…’’
‘’Cukup!!!’’Teriak Aisyah menutup telinganya dengan kedua tangannya. ‘’Jangan katakan apapun lagi. Aku tidak ingin mendengar apapun yang kau katakan!’’
Seorang lelaki berdiri di balik punggung Aisyah. ‘’Ada apa ini?’’
‘’Ustadz.’’Aisyah membalikkan badannya. ‘’Saya permisi ke kamar dulu, Assalamu’alaikum.’’Ujar Aisyah berlalu dari hadapan mereka.
‘’Wa’alaikumsalam wr.wb.’’
‘’Kang Adi.’’ Abdi mengulurkan tangan untuk mencium tangan Ustadz ngajinya itu. Namun, Ustadz nyentrik itu lebih senang dipanggil kang daripada ustadz oleh santri-santrinya.
‘’Abdi. Apa kabar? Senang bisa melihatmu datang kemari.’’Ujar Kang adi dengan lesung pipit dipipinya
‘’Alhamdulillah Abdi sehat, Kang.’’
‘’Masuklah. Santri yang lainnya pasti juga ingin bertemu denganmu!’’Ujar Kang Adi. ‘’Ajak pula teman-temanmu itu.’’
Ilham menautkan alisnya. ‘’Kang!’’
‘’Sebentar lagi jamaah shalat dhuhur. Ajak juga teman-temanmu untuk jamaah di masjid!’’imbuh Kang Adi. Abdi mengangguk pelan. Abdi bergegas menghampiri teman-temannya dan mengajak mereka masuk ke dalam pesantren.
‘’Kang Adi. Apa ini? Mereka…’’Ujar Ilham terputus
‘’Ilham apa yang salah dengan dia, dia hanya menjalankan tugasnya. Kita harus membuktikan bahwa pesantren kita aman.’’Ujar Lelaki itu. ‘’Kita tidak boleh suudzon, semua orang boleh datang kemari!’’
Ilham menghela napas. Istighfar dalam hati. 
‘’Saya tau maksudmu. Tapi redamlah amarahmu. Kalian ini bersahabat bukan?’’Ujar Kang Adi menepuk pundak Ilham. ‘’Ayo kau harus segera adzan.’’
Ilham mengangguk pelan. Lalu beriringan menuju masjid bersama Kang Adi.


Hayo pada penasaran nggak kenapa Ilham geram banget dengan kedatangan Abdi? Padahal mereka dulu sahabat?
Hehehe yuk deh cus ke part selanjutnya ;)
Jangan lupa share, like dan komen yah ;)

Muara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang