‘’Cie Ilham kecilmu!’’Goda Laila menyenggol lengan Aisyah setelah gadis itu selesai cerita mengenai Ilham.
‘’Laila apaan sih, jangan seperti itu. Nanti kedengeran santri yang lain!’’
‘’Ups! Baik-baik.’’Laila segera menutup mulutnya yang ada di balik cadarnya
‘’Sebenarnya ada satu lagi yang belum kau ketahui!’’Aisyah menghentikan langkahnya di koridor pesantren putri
‘’Apa?’’Laila berhenti disamping Aisyah.
‘’Hei. Kalian ayo cepat, kalian ini menunggu apa. Sebentar lagi jamaah akan dimulai!’’teriak pengurus bagian ketertiban pada Aisyah dan Laila. Mereka terperanjat. Lalu segera mempercepat langkah untuk shalat berjamaah di masjid.
***
‘’Aisyah..’’Panggil Laila menghampiri Aisyah dibangkunya selesai mengaji kitab di kelas. Aisyah hanya menyahut, lalu membereskan kitabnya yang ada diatas mejanya.
‘’Kok aku lihat tulisan di madding belum diganti ya?’’Tanya Laila. ‘’Oh atau mungkin emang saat ini masih proses penulisan?’’
Aisyah menelan ludahnya dengan susah. Gadis itu tak enak hati jika harus menulis opini mengenai wanita bercadar yang disangkut pautkan dengan teroris akhir-akhir ini.
Seorang santri lain menghampiri Aisyah dan Laila.‘’Aisyah! Kau dipanggil ke kantor sama ustadzah Ani!’’
‘’Oh gitu ya. Oke aku aka segera kesana!’’Ujar Aisyah menemukan ide untuk menghindar dari pertanyaan Laila
Aisyah beranjak dari bangkunya. Menjajari Laila yang berdiri di sampingnya.‘’Laila! Kayaknya aku duluan deh. Aku harus ke kantor..’’Ujar Aisyah mendekap kitabnya
Laila manggut-manggut.
‘’Kalo gitu aku duluan ya. Assalamu’alaikum!’’
‘’Wa’alaikumsalam!’’Jawab Laila setelah Aisyah mengucapkan salam dan keluar dari kelas. Aisyah melangkahkan kakinya menuju kantor dengan langkah gontai. Gadis itu tak tau harus berbuat apa. Ia menahan langkahnya saat menyadari bahwa ia telah berada di depan pintu kantor bahasa. Gadis itu membalikkan badan.
‘’Aduh! Apa aku balik aja ya! Tapi ini kan perintah!’’pikir gadis itu
‘’Aisyah! Kau disini. Ya allah ustadzah sudah menunggu dari tadi. Tapi kau tidak segera masuk ke dalam.’’
‘’Ustadzah ada disini!’’Ujar Aisyah tergagap saat mendapati ustadzah Ani muncul dari balik pintu.
‘’Ayo masuk. Kau masih menunggu teman?’’
Aisyah menggelengkan kepala. ‘’Tidak ustadzah. Saya masuk sekarang.’’
Ustadzah Ani mengangguk. Lalu melangkahkan kaki masuk kedalam kantor bahasa.
‘’Apa ada masalah dengan tugasmu?’’Tanya Ustadzah duduk di kursinya.
Aisyah terdiam. Gadis itu menunduk.
‘’Aisyah saya sedang bertanya lho!’’
‘’I-itu ustadzah. Saya takut jika saya memeriksa barang-barang pribadi milik Laila, nanti Laila akan tersinggung dan tidak mau berteman lagi dengan saya. Mengingat bahwa di pesantren ini hanya dia yang memakai cadar!’’Jelas gadis itu tanpa mengangkat kepalanya.
Ustadzah Ani tersenyum simpul. ‘’Bukankah ini justru cara kita melindungi dia ya, Aisyah!’’
Aisyah mengangkat kepalanya, gadis itu menautkan kedua alisnya. ‘’Maksud ustadzah?’’
‘’Aisyah. Saat ini orang-orang tengah gencar untuk menangkap teroris, mereka mencurigai wanita yang memakai cadar karena mereka beranggapan jika wanita bercadar itu bagian dari teroris. Maka dari itu, kita harus menghapus image negatif itu karena yang salah itu bukan cadarnya!’’
Aisyah menunduk. ‘’Tapi ustadzah, apa saya bisa melakukannya?’’
‘’Lakukan ini demi sahabatmu, jangan biarkan santri yang lain menaruh curiga pada sahabatmu. Jangan biarkan orang lain membuat opini publik bahwa semua wanita bercadar itu berbahaya!’’
Ustadzah Ani berdiri dari kursinya. Lalu perlahan mendekati Aisyah yang duduk diseberang mejanya.
‘’Aisyah. Jangan membuat pembacamu menunggu tulisan-tulisanmu. Kau hanya akan membuat tulisan untuk meluruskan kecurigaan-kecurigaan santri-santri lain pada Laila. Ustadzah tau betul bahwa dia santri yang sangat baik. Dia tidak akan tersinggung, karena dia tau, ini ruang untuk menulis. Tema ini terlalu penting jika harus ustadzah ganti penulisnya. Kau sahabatnya, kau pasti bisa melakukannya!’’Ujar Ustadzah Ani menepuk pundak Aisyah.
Gadis itu mengangguk, menghela napas.‘’Saya akan melakukannya ustadzah. Pertama karena ini sudah menjadi tugas saya, dan yang kedua ini demi sahabat saya. Saya tidak akan menulis dalam keraguan. Karena saya tau, sebuah tulisan akan mempengaruhi pola pikir pembacanya, maka dari itu saya akan menulis sesuai dengan fakta yang ada.’’
Ustadzah Ani mengangguk. ‘’Saya memang memilih orang yang tepat.’’
Aisyah tersenyum. ‘’Terima kasih atas kepercayaannya ustadzah. Semoga saya tidak mengecewakan ustadzah. Kalau begitu Aisyah permisi dulu, assalamu’alaikum!’’ujar Aisyah
‘’Wa’alaikumsalam wr.wb!’’Jawab Ustadzah Ani setelah Aisyah mencium tangannya.
Aisyah melangkahkan kaki keluar dari kantor bahasa. Setelah menutup pintunya, gadis itu melangkahkan kaki menyusuri koridor pesantren yang ada di lantai 2. Gadis itu berhenti sejenak, melihat ke lapangan yang ada di tengah-tengah gedung pesantren.
Gadis itu terkejut, menatap dua orang yang tengah beradu mulut di bawah pohon yang ada di pinggir lapangan.
‘’Abdi!’’gadis itu segera menuruni anak tangga dengan cepat.
Btw readers ;)
Rahma menerima kritik saran yang membangun yaw ;)
Next part bakal masuk di alur yang gmna yaw?
Cus deh langsung bacaa :) :) :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Muara
Kısa HikayeMemaafkan merupakan kewajiban. Dan melupakan perkara perasaan yang tidak bisa dipaksakan.