Bagian Dua belas

7 0 0
                                    

Laila menghapus air matanya. Ia menghela napas.
‘’Setiap hari aku selalu melihat ibu dan Alif shalat berjamaah. Setiap waktu aku mendengar lantunan bacaan ayat suci al qur-an yang keluar dari mulut Alif. Lantunan ayat suci al qur’an telah menyentuh batinku. Bacaan demi bacaan mampu merobohkan semua ketakutanku selama ini, hatiku bergetar. Aku begitu tenang ketika mendengarnya,   Untuk pertama kali aku diajari shalat oleh ibu Alif. Dari mereka aku belajar sedikit demi sedikit tentang agama’’ 
Ungkap Laila menerawang.
‘’Lalu kau mengubah nama menjadi Laila?’’Tanya Aisyah pelan.
Laila menghela napas. ‘’IYA! Laila adalah nama kakak Alif yang meninggal karena sakit. Suatu ketika Kang Adi datang ke gang kumuh tempat kami tinggal untuk memberikan bantuan. Ibu bilang, pesantren ini setiap bulan selalu memberikan pakaian, buku, uang untuk orang-orang disana, tempat kumuh yang semua orang akan berpikir dua kali untuk datang kesana.’’
‘’Ibu bilang jika aku ingin belajar agama, aku harus pergi bersama Kang Adi untuk belajar di pesantren. Akhirnya aku memutuskan untuk memakai cadar, aku malu dengan allah, aku ingin lebih dekat dengan allah.’’Lanjut Laila mengakhiri ceritanya.
Aisyah tersenyum pada Laila ‘’Lalu allah mengirimmu kemari untuk menjadi saudaraku!’’
Laila tertegun, mata birunya menatap lekat-lekat Aisyah yang ada di sebelahnya. ‘’Setelah semua yang terjadi apa kau tidak membenciku?’’
Aisyah tersenyum. ‘’Kenapa aku harus membencimu? Sebaik-baiknya orang adalah ketika dia menyadari kesalahannya…’’
‘’Dan dia mau bertaubat.’’potong Laila. Aisyah terkekeh. Lalu memeluk gadis bercadar di sampingnya.
‘’Aisyah.’’Laila melepas pelukannya. ‘’Jika kau mau aku telah menulis semua artikel tentangku di laptopku. Kau boleh menyalinnya dan mengganti menjadi namamu!’’
Aisyah menautkan alisnya. ‘’Kenapa aku harus melakukannya?’’
‘’Karena kau membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasmu! Lakukanlah, pembacamu pasti menunggu-nunggu tulisanmu!’’
‘’Kau sendiri yang menulisnya, itu karyamu. Jadi, tulisan itu akan tetap menjadi karyamu.’’Ujar Aisyah. Laila tersenyum lalu memeluk erat sahabatnya itu.

Muara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang