Laila menahan langkahnya. Gadis itu mengarahkan pandangan pada tumpukan sampah yang ada di pinggir lapangan. Gadis itu mengambilnya lalu membuangnya ke tempat penampungan sampah yang berjarak beberapa meter dari pesantren.
‘’Pak satpam kemana, tumben sekali pesantren sepi!’’Pikir gadis itu membuka gerbang dan menuju penampungan sampah. Gadis itu baru ingat bahwa hari itu Kyai dan kang Adi mengantar santri yang mengikuti lomba tingkat kota dan sebagian santri datang sebagai supporter, pantas saja jika pesantren sepi. Mungkin yang lain memilih di kamar.
Gadis itu menyusuri jalan sepi yang ada di sekitar pesantren dengan santai, sebelum seseorang muncul memanggilnya dari balik punggungnya.
‘’Anastasya.’’Suara itu menahan langkah Laila. Gadis itu menghentikan langkahnya. ‘’Keluar juga kau dari tempat persembunyianmu . Aku sudah mencarimu kemana-mana!’’suara seorang lelaki yang tak asing di telinganya terdengar dengan jelas diceruk telinganya yang lebar. Tangannya gemetar, gadis itu memberanikan diri menoleh ke belakang.
‘’Om adit! Bagaimana mungkin om adit bisa ada disini?’’
Lelaki dengan jaket hitam itu tertawa. ‘’Kabur! Memang ya, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Disini aku bertemu juga dengan keponakan kesayanganku ini.’’Lelaki itu tertawa. ‘’Hei! Mau muka kau itu kau tutupi dengan apapun, aku tetap bisa mengenalimu!’’
‘’Pergi dari sini. Apa yang kau inginkan?’’
Lelaki itu tertawa.’’Kau. Kau itu sumber uangku. Pergilah denganku dan aku berjanji tidak akan melukai siapapun!’’
Laila menggigit bibir bawahnya. ‘’Aku tidak akan pergi kemana pun!’’
‘’Atau kau lebih memilih menjadi buron polisi?’’
Laila menautkan alisnya. ‘’APA?’’
‘’Sudah kukatakan. Pergilah denganku. Kau akan aman!’’lelaki itu tertawa terbahak-bahak.
‘’Aku tidak akan kemana-mana dan mereka pasti akan mempercayaiku. Dan sekali lagi aku katakan. Namaku Laila bukan Anastasya.’’Ujar gadis itu lari mencoba masuk ke dalam gerbang pesantren. Lelaki itu berusaha mengejar Laila. Gadis itu mencoba mencari Abdi, lelaki yang tadi siang diam-diam ia lihat dari kamar saat Abdi bersitegang dengan Ilham dan Aisyah.
‘’Abdi!’’langkah gadis itu terhenti ketika mendapati Abdi telah berdiri di depan pos satpam
‘’Kau! Akhirnya kau datang juga meskipun aku belum memanggilmu!’’sergah Abdi
‘’Abdi tunggu ada yang harus aku…’’Ujar Laila terputus
‘’Sudahlah. Apa kau pikir dengan kau datang kemari, kau bisa langsung membuatku percaya bahwa kau ini sudah taubat. Aku sudah muak. Bandar narkoba kelas atas sepertimu ini benar-benar licik. Jika saja malam itu aku berhasil menangkapmu, aku pasti sudah menjebloskanmu ke dalam penjara!’’
Laila menautkan alisnya. ‘’Bandar narkoba? Percayalah. Aku tidak melakukannya!’’Loh.. Lohh ternyata Abdi memang mengincar Laila di pesantren. Kenapa ya?
Cus deh next part ;)
Jangan lupa share, like, comen yah ;)
Thankyouuuu readers
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara
Short StoryMemaafkan merupakan kewajiban. Dan melupakan perkara perasaan yang tidak bisa dipaksakan.