Bagian Delapan

10 0 0
                                    

‘’Jadi, apa sebenarnya maksud kedatanganmu kesini?’’Tanya Ilham pada lelaki yang ada di depannya.
‘’Ilham! Pertanyaan apa ini, aku pernah mondok disini. Sudah sepantasnya jika aku ingin mengunjungi pesantren tempatku dulu menimba ilmu.’’
‘’Bohong! Kau tidak datang sebagai santri. Aku tau itu!’’Sergah Ilham.
Abdi menautkan kedua alisnya. ‘’Apa maksudmu? Jiwa santri sudah mengalir didarahku!’’
‘’Tapi kau sendiri mencurigai santri-santri yang ada disini, kan?’’
Abdi menghela napas. ‘’Ilham! Dari tadi kau mencercaku dengan kata-kata yang tidak sepantasnya kau ucapkan, aku ini tetap Abdi sahabatmu.’’
‘’Dulu!’’Sela Ilham membalikkan badan. ‘’Sebelum kau menjadi orang asing yang perlu kupertanyakan maksud kedatanganmu kemari!’’
‘’Akhiri omong kosong ini, Ham! Aku datang kemari untuk menjaga pesantren dari hal-hal yang tidak diinginkan. Apa aku salah, jika aku ingin melindungi pesantren tempatku dulu menimba ilmu.’’
‘’Lalu kau ingin menggeledahnya satu-persatu.’’
‘’Ini salah paham. Kami tidak mencurigai santri, yang kami lakukan kapan hari itu hanya untuk memastikan keamanan, lagi-lagi kami hanya ingin melaksanakan tugas untuk melindungi masyararakat dari teroris yang masih berkeliaran.’’
Ilham ingat betul kejadian 1 minggu yang lalu, ketika ada seorang santri yang baru turun dari bus dengan membawa kardus hendak balik ke pesantren setelah pulang, dan teman-teman Abdi  menyuruhnya untuk membuka dan mengeluarkan isi dari kardus yang dibawa santri itu, meskipun Abdi sendiri yakin tidak ada barang berbahaya yang dibawa santri itu. Ia hanya melaksanakan tugas dan memastikan tak ada barang yang mencurigakan didalam kardus itu.
‘’Oh iya? Dan sekarang lihatlah. Aku tengah berbicara dengan siapa?’’Ilham membalikkan badan, menatap Abdi lekat-lekat. Abdi menelan ludah.
‘’Seorang polisi yang gagah tengah berdiri didepanku. Dan itu yang membuatmu menjadi asing dimataku!’’
‘’Ilham!’’Aisyah muncul dari balik pohon. Menghampiri Abdi dan Ilham yang tengah bersitegang. ‘’Kau ini bicara apa?’’
‘’Lihatlah? Kita kedatangan tamu spesial! Katakan pada kyai bahwa kita harus menyambut tamu kita ini!’’
Aisyah menautkan alisnya. ‘’Ilham. Apa yang kau katakan. Kenapa emosimu begitu tidak terkontrol. Apa masalahnya jika dia datang kemari? Dia santri disini bukan?’’
‘’Lihat. Jika dia datang kemari sebagai santri, dia akan mencopot seragamnya. Tapi nyatanya? Dia datang untuk melaksanakan tugasnya!’’Sergah Ilham. Hening. 
Aisyah menggelengkan kepalanya dengan cepat. ‘’Ilham. Beri dia kesempatan untuk bicara, mungkin dia memang rindu dengan pesantrennya.’’
‘’Dia tidak datang tanpa maksud, Aisyah. Lihatlah, bahkan dia datang dengan 3 orang rekannya. Buat apa? Mereka juga ingin ikut mengaji juga disini?’’Ujar Ilham mengarahkan pandangan pada teman-teman Abdi yang ada didepan pos satpam. Aisyah melirik ketiga lelaki dengan seragam polisi lengkapnya.
‘’Apa ini, Abdi? Apa maksudmu?’’
Abdi menelan ludah. Ilham melengos.
‘’Sudahlah, kau tidak perlu bertanya lagi. Jika dia datang kemari untuk memeriksa gadis itu apa kau terima?’’sela Ilham
‘’Gadis itu? Siapa gadis yang kau maksud?’’

Muara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang