‘’Hei. Kau ngapain disitu?’’
Seorang lelaki berteriak dari belakang Aisyah. Gadis itu terperanjat.
Tidak berani menoleh ke arah lelaki yang ada di belakangnya.
‘’Ini wilayah santri putra. Kau tidak boleh masuk kesini. Kau mau jika orang yang bukan muhrimmu memandangmu?’’imbuh lelaki itu semakin dekat dengan Aisyah.
Gadis itu menunduk tanpa membalik badan.
Suara lain muncul dari balik pundak gadis berhijab itu.
‘’Kang Adi, sepertinya Kyai sudah menunggu kang Adi di kantor.’’
‘’Saya harus menegurnya!’’
‘’Sudahlah kang. Mungkin dia santri baru, jadi dia belum terlalu memahami aturan di pesantren."
‘’Yasudah. Mungkin memang begitu. Saya pergi ke kantor dulu. Assalamu’alaikum!’’
‘’Wa’alaikumsalam.’’
Hening. Aisyah tidak mendengar lagi suara lelaki di belakangnya. Gadis itu menautkan kedua alisnya.
Gadis itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Mengelus-elus dadanya. Merasa tenang karena tak ada suara lelaki lagi di belakangnya.
‘’Kalo nggak gara-gara pengin denger suara adzan dari dekat. Ogah juga harus jalan diam-diam kesini kaya maling!"
"Lagian suaranya siapa sih indah banget! Terserahlah, yang penting tiap hari aku bisa mendengarnya!’’ ujar gadis itu membenarkan bajunya beranjak dari balik semak-semak.
Gadis itu membalikkan badan.
‘’Astaghfirullahal adzim!''
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara
ContoMemaafkan merupakan kewajiban. Dan melupakan perkara perasaan yang tidak bisa dipaksakan.