Chapter 25

818 44 10
                                    

BERDOA DULU SEBELUM BACA

SETELAH ITU VOTE

AUTHOR NGGAK MAU CEREWET

APA SIH SUSAHNYA NGE VOTE ?,

KAN KALIAN CUMAN TINGGAL MENIKMATI AJA...





Berita hari ini


Sebuah pesawat XXXX yang mengangkut sejumlah penumpang kehilangan kontak begitu saja. Di duga pesawat jatuh karena badai di lautan. Pesawat ini terbang pada pukul 09.00 pagi tadi dan kehilangan kontak pada pukul 10.00. Kemungkinan besar tak ada penumpang yang selamat.


Seorang gadis kecil itu menangis sesenggukan melihat berita itu dari televisi, sudah satu jam ini ia tak berhenti menangis hingga membasahi kerudungnya. Umi dan Abinya ada di pesawat itu, padahal mereka baru saja bertemu kemarin.


Sedangkan kakaknya masih mengurus isterinya yang terbaring lemah. Tak lama kemudian gadis itu naik dan memeluk kakak laki-lakinya sekuat mungkin dan menangis di pelukan itu. Wajah pria itu memanas sejak tadi, saat adiknya memeluk dirinya, air mata itu meluncur begitu saja. Arkan memeluk balik adiknya di bibir ranjang. Shafa, gadis berusia 16 tahun itu pun berbicara dengan suara getarnya.


"Kak, umi, abi kak, hiks hiks....Kak mereka pasti selamatkan?," tanya Shafa, Arkan bingung harus menjawab apa, ini semua di luar kendalinya.


"Shafa, berdoa saja sama Allah agar umi abi selamat ya. Hidup mati tidak ada yang tahu, semua sudah di tentukan oleh Allah," jawab Arkan, mendengar ucapan kakaknya Shafa mulai berhenti menangis. Tak lama kemudia Shafira sadar.


"Enghh, umi abi !," seketika Shafira langsung bangun, Arkan mencoba menenangkannya, namun, Shafira terus memberontak. Tahu hal ini Shafa memutuskan pergi ke kamarnya. Arkan mengambil langkah, ia memeluk istrinya erat-erat hingga gadis yang ada dalam dekapannya berhenti berontak.


"Hikss, kak ..hikss...abi kak, umi kak hikss hikss," ucap Shafira dengan nada getarnya, ia melihat ke wajah Arkan yang sudah memerah sejak tadi. Arkan mengelus pelan pucuk kepala isterinya dengan lembut sambil memeluknya kembali dengan erat.


Padahal baru kemarin mereka bercanda, tapi sepertinya Allah lebih sayang kepada orang tuanya. Shafira sangat menyesal. Saat ayahnya masih hidup, ia sama sekali tak mau memanggil abi, tapi sekarang ?. Mulai saat itu juga Shafira harus belajar hidup lebih dewasa dan mandiri. Arkan dan Shafa adalah satu-satunya keluarga yang tersisa.


Setelah satu minggu kemudian, Shafira masih merasa terpukul atas kepergian orang tuanya. Sepasang suami istri itu dan adiknya memutuskan izin selama sepekan untuk menenangkan diri di rumah.


Saat ini Shafira masih terbaring lemas di ranjangnya. Membersihkan rumah, masak, semua di lakukan Arkan dan adiknya. Maklum, hati Shafira terlalu rapuh untuk menerima kenyataan ini, bahkan untuk mengiringi pemakaman orang tuanya, gadis itu tak mampu menggerakkan kakinya yang sudah lemas.


"Dek, ayo makan dulu. Kakak udah nyiapin makanan di bawah. Kamu belum makan dari semalam," ajak Arkan ia memegang tangan Shafira yang masih bersandar di ranjang. Gadis itu menolak dan melepaskan tangan Arkan.

Calon ImamKu (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang