First Date

1.7K 152 18
                                    

~°~°~°~

Seminggu kemudian

Hal yang aku rasakan saat dekat suamiku setelah malam indah itu. Aku merasa malu dan gugup di dekatnya. Kenapa aku merasa seperti itu yah, aku sangat malu saat memandangnya. Jantungku berdetak sangat cepat seperti ingin meledak. Pipiku mendadak memerah padam. Apa aku mulai mencintai suamiku ini. Semoga saja begitu.

"Bu-in" panggilan lembut itu membuat pipiku memerah.

"Ye, Seobangnim" jawabku dengan suara pelan. Kepalaku hanya bisa menunduk tak sanggup menatap suamiku yang baru kusadari sangat tampan dan indah ini.

"Kenapa kau selalu menunduk? Aku sangat sedih kau tidak mau memandangku" ucapnya sambil merajuk.

Sikapnya yang seperti ini semakin membuatku merasa malu dan gugup. Awal aku bertemu dengan Minhyung Orabeoni ketika aku masih kecil, kupikir dia pria dingin dan tidak pernah mengeluarkan ekspresi. Tapi setelah menikah aku dikejutkan dengan semua sikap dan perilaku yang Minhyung Orabeoni lakukan. Ternyata dia itu suka sekali melucu, merajuk, dan bermanja. Dia juga sering tersenyum, yang aku sadari hanya ditunjukkan pada orang terdekatnya. Hal itu lah yang membuat aku mungkin mulai mencintainya.

"Aku tidak apa-apa suamiku, oh yah kau ingin ku buatkan masakan apa?" tanyaku masih tetap menunduk.

"Angkat wajahmu Bu-in"

Aku pun mengangkat wajahku dan yang kulihat di depanku adalah bunga anyelir merah indah. Membuat lengkungan dibibirku melebar sambil menatap suamiku dengan penuh damba.

"Bunga indah untuk yang terindah dalam hidupku" ucapnya sambil tersenyum dengan tampannya.

Ku ambil bunga itu sambil tersenyum lebar. Ku hirup aroma bunganya dengan bahagia. Aku merasa beruntung memiliki suami seperti Minhyung Orabeoni. Aku jatuh cinta padanya.

"Terimakasih Seobangnim" ucapku sambil tersenyum lebar.

°°°°

Di tempat memanah kerajaan terlihat dua pria tampan dan gagah terlihat berdiri bersama. Pria dengan wajah ovalnya terlihat sibuk menembakkan panahnya yang selalu tepat sasaran. Dan pria satunya yang memiliki alis seperti burung merak terlihat berdiri di belakang sambil memikirkan sesuatu.

"Apa yang sedang sahabatku ini pikirkan, kulihat sejak tadi kau terus melamun, hyungnim" tanpa menoleh Wang Seja menegur Minhyung.

"Ahh, aku? aku tidak memikirkan apapun" elak Minhyung.

"Katakan atau kita akan bermusuhan jika kau tidak mau jujur padaku" Wang Seja itu berbalik dan mulai mendekati Minhyung.


Minhyung tertawa mendengar ancaman Wang Seja itu. Dia tidak akan takut dengan ancaman yang seperti candaan itu.

"Jangan tertawa Seo Minhyung" tegur Wang Seja.

"Baiklah baiklah, kita duduk untuk membicarakan ini"

Mereka duduk di ruang terbuka khusus untuk minum teh di Pavilliun Wang Seja. Putra Makhota itu terlihat sangat penasaran tentang apa yang akan dibicarakan Minhyung.

"Jadi langsung pada intinya"

"Yaampun, kau sangat penasaran yah"

"Seo Minhyung"

"Baik Wang Seja, aku bingung harus memberikan kado apa untuk ulang tahun pernikahan kami sebentar lagi"

Painful Love (Discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang