"We used to be happy, not until..."
Apa yang begitu membuat Jennie benar-benar membenci Lisa sebegitu jahatnya?
Lisa dan Jennie adalah siswi-siswi yang saling bersaing dalam hal akademik maupun non-akademik disekolah.
Apakah ada alasan tertentu meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jennie..."
Sang empunya nama masih terdiam kaku mengerjapkan kelopak matanya dengan cepat. Sungguh ia masih tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya. Dan kini ia tidak tahu harus mengatakan apa.
"Jen..." panggil Lisa sekali lagi.
Jennie tersadar.
"A-aku ingin memberi ini" Jennie menyodorkan kotak makan berwarna merah kepada Lisa.
"I-ini kue bronis, aku baru saja membuatnya" Jennie ingin menampar dirinya sendiri karena berlagak gugup dihadapan Lisa.
"Masuklah sebentar Jennie, aku akan menyuci tempatnya"
"Tidak, kamu bisa mengembalikan nya besok-besok"
"Aku khawatir jika nanti aku jarang dirumah dan lupa mengembalikannya"
Mau tidak mau Jennie pun menuruti perkataan Lisa.
Ketika ia masuk didalam apartemen Lisa, ia melihat kearah sekitar. Sebenarnya desain antara miliknya dan Lisa sama saja. Namun penyusunan furniture nampak sangat beda. Tempat Lisa sangat sederhana tidak begitu banyak hiasan rumah.
"Kamu mau kopi atau teh?" tanya Lisa tersenyum.
"Tidak perlu repot-repot, Lisa"
"Aku memaksa, dan mengapa kamu mau ingin cepat-cepat pergi jika tempat tinggalmu tepat disebelahku?"
Jennie menatap mata Lisa sendu. "Kalau begitu teh saja"
Beberapa saat Lisa sudah kembali dengan nampan cangkir teh dan kue yang Jennie berikan padanya.
"Terima kasih" ucap Jennie
Suasana antara mereka berdua cukup canggung. Duduk diam diatas sofa dengan jarak yang jauh. Hanya bunyi seruputan minum mereka yang terdengar.
"Apa kamu sudah lama tinggal disini?" tanya Jennie.
"Tidak, aku juga baru saja pindah disini" jawab Lisa meletakkan cangkirnya dimeja. "I'm so sorry, Jennie" lanjut Lisa.
Jennie menatap bingung maksud perkataan Lisa. "Tentang?"
"Aku telah mendengar kabar itu"
Jennie hanya diam kembali menatap cangkir yang ia pegang. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja"
Lisa tahu Jennie berbohong. Semua itu tergambar diraut wajahnya. Namun ia takkan mengatakan itu kepada Jennie.
Lisa lalu tersenyum kaku. "Setidaknya kamu memiliki ku sebagai tetanggamu sekarang. Jadi jika ada apa-apa langsung saja bel pintuku" Lisa lalu memejam matanya "B-bukan maksudku semoga ada terjadi hal yang tidak-tidak, kamu tahu maksudku apa, kan?"
Jennie tersenyum. "Aku tahu, Lisa" Ia senang setidaknya Lisa masih peduli padanya.
Lisa pun ikut tersenyum. Jennie lalu berdiri dan mengapai kotak makan yang sudah bersihkan. "Aku kembali dulu, ada Irene menunggu"
