Hari terakhirku di Kanada sebelum besok kembali ke New York dan menjalani rutinitas. Tadinya aku akan mengajak Ibu jalan-jalan, shopping, tapi ternyata Ibu ada urusan lain. Ryan pun demikian. Ya sudah, aku jalan-jalan sendiri.
Menyusuri kota kecil Alberta bukan hal yang sulit. Pasti akan berjumpa orang yang kamu kenal dengan mudah. Setelah beberapa menit jalan sendirian, aku memutuskan untuk masuk ke dalam coffee shop yang lumayan happening di Alberta. Jaman aku sekolah dulu, coffee shop ini adalah tempat yang tepat buat ngajak kencan.
Setelah memesan double espresso dan seporsi cronuts, tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menyapaku.
"Amanda!" Aku pun menoleh.
"Ed?" Duh kenapa aku harus bertemu orang ini sih.
"Boleh aku duduk denganmu?" Wah tentu saja tidak, Ed. Kamu menyebalkan dan hampir bercinta denganku ketika aku mabuk. Sudah pergi sana.
"Sure." Ucapku sambil mempersilakan dia duduk di depanku.
"Sendiri?"
"As you see. Kamu? Sedang apa disini?"
"Baru pulang kerja. Kantorku tepat disana, gedung tinggi itu, Amanda."
"Wow! Kamu bekerja sebagai apa di bank itu?"
"Head teller."
Ed pun memanggil waitress dan memesan frappucino. "Kamu sendiri sedang apa?"
"Jalan sendirian aja sih. Random. Besok aku sudah kembali ke New York. Jadi rasanya kurang lengkap pulang kampung tanpa ngopi disini."
"I am proud of you, Amanda. Ngga nyangka kamu bisa jadi model terkenal kaya sekarang."
"Mengingat aku bukan cewek populer jaman sekolah ya, Ed?" Ucapku sambil senyum.
"Ya itu salah satunya. Look at you, beautiful and sexy of course. Siapa kekasihmu?"
"Ngga ada. Mana ada yang mau sama kehidupanku yang aneh ini."
"Aku sih mau." Tegas Ed dengan percaya dirinya.
"Insane!" Balasku. "Anyway Ed, James itu kenapa sih? Kok dia berubah?" Lah kok aku tiba-tiba nanyain James Menyebalkan Clayton sih.
"Sejak masuk kuliah, dia berubah, Amanda. Jadi cowok baik, setia, ya gitulah. Dia bilang sih waktu buat nakalnya sudah cukup sampai lulus SMA."
"Aneh." Jawabku.
"Kalau kamu kebalikannya ya? Mulai nakal setelah lulus SMA." Ucap Ed sambil mengedipkan mata kanannya padaku.
"Tuntutan karier, Ed!" Jawabku sambil sedikit tertawa. Sial. Ed ini ngga berubah flirty nya dari jaman SMA. Dulu teman sebangkuku diperawanin sama si cowok berambut pirang keemasan ini nih.Ed pun mengantar aku pulang, setelah sebelumnya menawarkan untuk berkunjung ke apartemennya. Tentu saja aku menolaknya. Aku ngga mau dia seenaknya. Lagian aku masih kesal sama James, jadi mood ku belum membaik sepenuhnya.
Saat akan turun dari mobil Ed, aku melihat James sedang di teras rumah sibuk dengan ponselnya. Saat mobil Ed berhenti, aku rasa James menyadari aku disana. Aku pun dengan spontan mengecup pipi Ed sebelum turun dari mobil untuk berterima kasih. Lalu masuk ke rumah tanpa menoleh ke arah James yang sedang memperhatikan kami.
Suruh siapa membuatku bad mood.
***
Sampai jam 9 malam, aku masih sendiri di rumah. Ibu dan Ryan belum juga pulang. Sedih sekali rasanya mengetahui besok aku kembali ke New York dan mereka masih kelayapan jam segini.Aku mulai mengepak barangku untuk besok. Carl membooking penerbangan jam 12 siang. Lagi asyik packing, aku mendengar suara ketukan pintu.
"Hai Amy." Ya siapa lagi kalau bukan James Menyebalkan Clayton.
"Yeah hai." Jawabku sedikit malas. Dia melihatku dari atas sampai bawah. Aku sedang memakai oversized baseball jersey dan rambut diikat ponytail. "What are you looking at?"
"Ngg ngga. Anyway maaf atas kejadian kemarin. Nampaknya kamu masih kesal denganku." Yaiyalah James. Gila aja. Aku seorang model dan kamu cuma pemuda biasa bisa bisanya menolak ajakanku.
"Nevermind, James. Anything else? Aku sedang sibuk mengemasi barangku. Aku akan kembali ke New York besok."
"That fast?"
"Iya liburnya cuma dua minggu."
"Boleh aku bantu mengemasi barangmu?" Apalagi sih cowok ini. Ngga usah so baik deh, James. Jangan nantinya bikin aku turn on lagi dan kamu meninggalkan aku begitu saja.
"Boleh. Kamarku diatas."James mengikutiku dari belakang menuju kamarku di lantai dua. "Sorry such a messy room." Ucapku saat James masuk kamar.
James tertawa kecil. "Bahkan kamarku jauh lebih rapi." Ucapnya.
"Ngga nanya."
"Yaampun Amy sebegitu marahnya kah kau?"
"Ngga sih. Kan tadi aku sudah memaafkanmu. Lagian kamu ngga salah apa-apa."
James melihat sekeliling kamarku. Dia melihat banyak fotoku menempel di dinding. "Kamu memang fotogenik ya, Amy. " Iya dan kamu tampan dan menolakku.
"Thanks."
"Eh tadi darimana sama Ed?"
"Kebetulan ketemu si coffeeshop dan dia mengantarku pulang."
"Kamu jalan sendirian tadi? Kenapa ngga ngajak aku?"
"Emangnya kamu bodyguard ku?" Jawabku sambil mencoba menutup koperku tapi gagal.
"Sini aku bantu." tawarnya. "Ya mana bisa ditutup kalau kamu menyimpan bajunya berantakan gini. Harusnya lebih rapi. " Dengan pedenya dia menumpahkan kembali isi baju yang sudah aku simpan tadi.
"Kenapa diberantakin lagi sih? Kan capek!"
"Ya kalau kamu ngga mengaturnya dengan rapi, mana bisa ditutup koperna hey Amanda Cathrina Chase!"
"Terserah kamulah, James. Kamu aja yang beresin. Aku mau tidur!" Aku pun naik ke tempat tidur dan memeluk guling.James masih disana sambil membereskan baju-bajuku dengan sabarnya. Aku ngga tidur sih. Aku menyalakan iPod ku dan memasangkan earphone nya pada kedua telingaku. Tapi lama-lama aku merasa ngantuk dan tertidur.
***
"Amy.." Kudengar suara itu sayup-sayup. Sambil mencoba membuka mata, kulihat pria dengan Vneck putih itu sudah duduk di tepi tempat tidurku. Lalu aku sadar itu James. "Aku sudah selesai membereskan kopermu. Dan ibumu sudah pulang sejak 30 menit lalu, aku yang membukakakan pintunya."
"And then?" Tanyaku sambil mencoba bangun.
"Aku pulang sekarang ya."
"Okay. Terimakasih banyak James."James pun mengacak-acak rambutku sambil tersenyum lalu pergi. Punggung tegapnya membuatku luluh lagi. Shit you, James. "James." Panggilku saat dia mendekat pintu.
"Ya?"
"Can I have a hug?"
"Of course." Dia pun kembali menghampiriku yang masih duduk malas di tempat tidur.
Tubuhnya memelukku hangat dan aku merasakan lagi perasaan ingin menyentuhnya lebih dari ini. Aku pun memindahkan tanganku yang tadinya memeluknya menjadi masuk ke dalam tshirt bagian belakangnya. Dia pun merasa bingung dan langsung melepaskan pelukannya tapi aku menariknya lagi. Melingkarkan tanganku pada lehernya dan mendekatkan kepalaku pada kepalanya. Mendekatkan bibirku pada bibirnya. Anehnya dia tidak melawan kali ini. Bibir kami bertemu. Aku menggigit bibir bawahnya, dia membalasnya dengan lebih liar. Aku menikmati permainan lidah antara kami berdua. I cannot take it.
"I want more.." Ucapku sambil menghela napas setelah lelah berciuman. Lalu melumat bibirnya lagi. Posisiku sekarang sudah berada tepat di depannya, melebarkan kakiku ke pinggangnya. Selangkanganku berada tepat di perutnya.
"Bahkan aku belum melakukan apa apa and you're already wet?" Tanya James saat dia melepaskan ciumannya.
"No I am not!" Jawabku.
"Lalu apa ini?" Tanyanya sambil menyentuh bagian pribadiku dengan tangan kekarnya. Lalu memasukkan jarinya kesana.
"Fuck you James. Aaaarrrghhhh..."
"Is this what you want?" Tanyanya sambil tetap asik 'mempermainkanku'. "Ternyata mudah membuatmu seperti ini, nona model terkenal. Aku kira kamu lebih hebat dari ini." Ucapannya membuatku mengerang lebih keras. Memintanya melakukan lebih. James pun melepaskan jarinya, ah pasti ini saatnya aku membuktikan bahwa aku juga bisa membuatnya tidak berdaya. Tapi kenyataannya?"Aku pulang ya!" Dia pun menutup pintu kamarku. FUCK YOU JAMES CLAYTON. YOU LEAVE ME HORNY LIKE THIS. LIHAT PEMBALASANKU. DAN PERASAAN INI MEMBUATKU MAKIN KESAL, NGGA KARUAN! I HATE YOU JAMES CLAYTON DUMBASS!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Being Me
ChickLitMenjadi seorang model adalah impian Amanda, dan dia berhasil mewujudkannya. Lifestyle nya pun berubah sejak itu. Dia menikmati hidupnya, segala pesta, berganti teman tidur dan segala kemeriahan lainnya. Dengan semua ini, sempatkah dia untuk jatuh c...