NYC

7.3K 256 1
                                    

Aku bukan tipikal orang dramatis yang mau diantar pergi ke bandara dan mengucapkan selamat tinggal.
"Yakin ngga mau kami antar, Mandy?" Tanya Ryan.
"Iya ngga usah. Kalian disini aja. Aku akan kembali kok. Lagian kalian bisa mengunjungiku di NY kapanpun kalian mau." Jawabku penuh yakin.
"Hati-hati ya, sayang." Ucap Ibu sambil memelukku dan mengecup keningku.
"Pasti, Mom."
"Jangan nakal, Mandy." Bisik Ryan seraya memelukku. "Kamu yang jangan macam-macam sama Kayla. Dia gadis baik." Lalu aku mengeluarkan sesuatu dari totebag ku. "Ini buat kamu." Aku memberikan credit card pada Ryan.
"Whoa! This is serious?"
"Kalau sampe aku liat tagihan yang aneh, aku langsung block ya."
"Thanks sis!" Dia memelukku sekali lagi.
Ibu dan Ryan membantuku memasukkan barangku ke taxi.
"Aku pergi ya." Aku pun masuk ke dalam taxi dan melambaikan tanganku. Selintas aku mengintip ke arah rumah James dan nampak tidak ada kehidupan disana. Mobilnya pun tidak ada. Baguslah kalau James pergi. Aku sungguh tidak ingin melihatnya lagi. Kepalaku mau pecah setiap kali aku mengingat segala hal yang dia lakukan padaku 2 hari belakangan.

***

"Thank you for flying with us and welcome to New York!" Terdengar suara pilot dari kokpit. Okay selamat kembali ke kehidupan nyata, Amanda.

Aku mengenakan sunglasses dengan frame warna biru stabilo ku. Berjalan menuju tempat dimana Carl seharusnya menjemputku sambil mendorong trolley sendirian. Kalau sudah di NY, penampilan jadi nomor satu, mengingat profesi ku. Jadi walaupun membawa banyak koper di dalam trolley, aku tetap mengenakan crop tee yang memamerkan perut rataku, hotpants, serta high heels. Menjadi pusat perhatian? Harus.

Lagi sibuk memegang iPhone ku dan berniat menelepon Carl, tiba-tiba seseorang laki-laki bertubuh besar menabrakku. Bodoh sekali, buat apa dia menabrakku padahal aku tidak sedang berjalan atau menghalangi jalan.
"Sorry." Ucapnya. Aku membuka sunglasses ku dan... Astaga.
"JAMES? NGAPAIN KAMU DISINI? KAMU MENGUNTITKU YA?" Tanyaku penuh emosi.
"Kamu marah atau penasaran?" Jawabnya enteng.
"Oh apapun yang kau lakukan disini aku tidak peduli selama itu bukan urusanku."
"Memang bukan urusanmu. Tapi kalau kamu merindukanku, kamu tau harus kemana mencariku." Dia pun menyisipkan kartu nama di saku belakang hot pants ku lalu pergi. Kenapa pria satu ini suka sekali pergi dan datang tiba-tiba sih? Oh iya karena namanya kan James Menyebalkan Clayton. Aku pun membaca kartu nama yang dia selipkan tadi, disana tertulis bahwa dia adalah guru honorer di salah satu sekolah menengah di New York. What? Kenapa aku baru tau ini? Menyebalkan. Menyebalkan. Kenapa di saat aku tidak ingin menemuinya lagi, dia malah mendekat sih? Masa bodo. Mau dia tinggal bersebelahan denganku pun mana aku peduli. It's New York, darling. I can rule everything. Dan pasti melupakan James dengan segala hal menjengkelkan tentangnya.

"Amanda!" Aha! Aku kenal suara ini!
"Carl!" Teriakku sedikit berlari!
"Nice shortpants, baby!" Ucapnya sambil memelukku. Tubuhnya yang tinggi besar selalu bisa membuatku hangat.
"Nice hair, too, hon!" Komentarku pada rambutnya yang baru di cat warna putih.
"So, shall we go now?" Aku mengiyakan. Carl menyuruh beberapa pegawai manajemen untuk mengangkut barangku.

***
Ternyata Carl sudah menyediakan banyak makanan di apartemenku, jadi kami tidak perlu keluar lagi untuk makan siang. Kami saling bertukar cerita tentang liburan kami.
"Jadi liburanmu semuanya tentang James ya?"
"Iya dan kamu tau hal paling menyebalkannya selain dia meninggalkanku dengan kondisi horny?"
"What?"
"Dia tinggal di New York. Tadi aku bertemu dengannya di airport." Carl pun hampir tersedak.
"Nampaknya dia jodohmu!" Komentarnya sambil tertawa lepas.
"Ngga mau! Dia menyebalkan, Carl. Ayolah, bawakan aku beberapa pria menyenangkan untuk melupakan makhluk Mars ini."
"Nanti malam ada party di 666 Bar. Seleb semua disana, katanya sih ada birthday party nya si pemilik bar. Kesana yuk!"
"Apa dresscode nya?"
"Sebentar.." Carl pun melihat handphone nya dan nampak mencari email yang masuk. "Menurut undangan yang kuterima di email, dresscode nya adalah : Beachy Night."
"Awww menantang! Baiklah! Aku menjemputmu di apartemenmu ya! Biar aku yang bawa mobil!"
"See ya tonite, bitch!"

***
Aku sudah siap dengan two pieces bikini ku berwarna shocking pink. Membubuhkan eyeshadow, lipstick warna merah shocking pink juga serta menyemprotkan parfum aroma vanilla. Lalu kuambil mantel selutut untuk menutupi. I am ready to go! Dengan mengendarai Audi A3 Cebriolet, aku sangat bersemangat malam ini. Sebelumnya mari kita jemput Carl dulu.

Carl sudah terlihat siap di lobby apartemennya. Dia mengenakan kemeja pantai dan celana pendek santai.
"Akan ada siapa saja malam ini?" Tanyaku.
"Aku belum tau siapa saja list tamunya. Tapi kamu pasti dapat cowok tampan malam ini."
"Sure I will!"

Dan benar saja, 666 Bar penuh dengan deretan selebriti malam ini. Bagusnya karena ini pesta private, ngga akan ada paparazzi yang kutemui. Kendall Jenner melambaikan tangannya padaku dari sudut ruangan. Ah kenapa dia terlihat sempurna hanya dengan bikini simpel hitamnya? Di kanan ruangan kulihat Drake yang dikelilingi banyak wanita. Dia melihatku dan melambaikan tangan mengajak bergabung tapi aku balas lambaiannya dan berkata tidak.
"Aku ambil minuman ya Carl. Kamu disini?"
"Enjoy your party, babe. Jangan hiraukan aku." Ucapnya.
Suasana pesta makin ramai karena DJ yang diundang kali ini adalah David Guetta. Who doesn't love his music anyway?

"Apple Martini, please." Ucapku pada bartender. Tak lama kemudian bartender memberikan minuman tsb padaku. Saat aku berbalik, sudah ada lelaki tampan di depanku.
"Hello." Sapanya.
"Hai. Robert Hattinson, right?"
"You knew me."
"Siapa yang ngga kenal kau Mr. Vampire?" Iya, Robert ini aktor yang digandrungi anak muda sekarang karena peran vampire nya di sebuah film.
"Dance?" Ajaknya sambil mengulurkan tangan. Aku pun menyambut tangannya dengan senang hati.

Suasana dancefloor memanas. Beberapa pasangan di sekitar aku dan Robert sudah tidak malu-malu lagi saling bertukar ciuman, bersentuhan.. Yeah, this is life I am living now.

Robert pun mulai melingkarkan tangannya di pinggangku. Wajah Inggris nya memang patut dibanggakan. Tampan sekali dia. Sesekali dia mencium leherku. Dan sekarang bibirnya ada di bibirku. Red cherry lips.

The Art of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang