"Carl apa ya jadwalku hari ini?" Tanyaku via telp sambil menyeruput susu kotak.
"Kebiasaan malas membaca email."
"Too lazy to do it. Buat apa punya kamu kalo gitu, Carl?"
"Huh!" Lalu terdengar Carl membolak balik kertas dari kejauhan. "Hari ini kamu free sampai sore. Malam nanti ada gala dinner perayaan edisi ke-3000 Vogue Magazine. Aku sudah menyiapkan gaun. Nanti kurir mengantarkan ke apartemenmu."
"Kenapa ngga kamu aja yang antar?"
"Aku sibuk sayang."Artinya aku bisa bermalas-malasan sampai sore nanti.
***
Menghabiskan waktu di couch sambil nonton DVD ternyata hal menyenangkan yang sudah lama tidak aku lakukan. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Tandanya aku harus segera pergi keluar untuk makan siang. Eh atau delivery aja ya?Kudengar pintu apartemenku diketuk. Oh ini pasti kurir nya Carl yang mengantarkan gaun untuk acara malam nanti. Aku pun membuka pintu dan..
"Belum mandi ya, Amy?" Ingin rasanya aku menutup pintunya lagi mengetahui yang disana berdiri adalah James.
"Tau darimana aku tinggal disini?" Tanyaku ketus.
"Kita kan bertetangga 23 tahun dan pergi ke sekolah yang sama selama 16 tahun, masa aku sulit menemukan tempat kamu tinggal." jawabnya meniru gaya bicaraku.
"Mau apa kamu disini? Aku sibuk."
"Numpang makan siang."
"Ngga ada makanan."
"Aku yang masak."
"Kulkasku kosong."
"Ya kalo gitu makan diluar."
"Damn! Kenapa kamu banyak alasan sekali si Clayton?"
"Tidak lebih banyak darimu." Lalu dia mendorong pintu apartemen dan berhasil masuk. "Wow Ryan benar, apartemenmu mewah. Tapi ngga lebih rapi dari apartemenku."
"Banyak bicara."
"Cepat mandi. Aku menunggu disini. Apa perlu aku ikut juga?"
"Kenapa kamu memaksaku sih?" dia malah menggendongku ke kamar mandi dan menutup pintunya.
"Jangan lama-lama!"Sudah kubilang, akhir-akhir ini banyak pria menyebalkan disekitarku. Kemarin Luke, sekarang James.
Selesai mandi, aku mengenakan crop tee dan hot pants jeans lalu keluar dari kamar mandi.
"Change your clothes." Teriak James yang sedang asyik melihat-lihat sekeliling apartemenku.
"Ada masalah?"
"Kamu akan makan siang dengan seorang guru, bukan anak band. Ganti bajumu sekarang atau aku yang menggantinya."
"Kamu mengesalkan, James. Siapa kamu berani mengaturku."
"Cepat ganti bajumu sekarang. Jangan banyak protes, cerewet."
Aku pun mengganti bajuku dengan casual dress warna navy.Beberapa kali James mencoba menggenggam tanganku tapi aku tolak. "Jangan coba coba pegang tanganku, aku malas kalau sampai paparazzi mendapatkan foto kita." James cuma mengomentari dengan wajah menyebalkannya. Tapi tetap tampan. Eh, gimana?
Kami memutuskan untuk makan siang di sebuah Italian cafe dekat apartemenku. Oh iya perlu kalian tau bahwa James memakai kemeja gading polos dan celana katun hari ini. Ya layaknya guru kebanyakan. Dan dia terlihat amat sangat dewasa, tampan tapi menyebalkan.
"Makanmu sedikit?" Tanya James ketika melihat lasagna ku bahkan belum habis setengahnya.
"Ngga nafsu makan soalnya di depanku ada pria so tau, tukang maksa dan berlagak tampan."
James malah tertawa terbahak-bahak. "Amy kamu lucu."
"Aku benar-benar ngga mau ketemu kamu lagi tau. Kenapa kamu dengan kurang ajarnya datang ke tempatku sih?"
"Karena kamu tidak meneleponku padahal aku sudah memberikannya padamu."
"James, aku sibuk!"
"Tadi pas aku kesana kamu lagi santai tuh."
Menjengkelkan sekali anak ini. Aku segera menghabiskan menu makan siangku dan beranjak dari tempat duduk.
"Mau kemana?" Tanya James.
"Pulang. I hate you. Jangan ganggu aku lagi, I meant it."
"Kalau begitu aku antar."
"Ngga perlu. Aku bisa jalan kaki sendiri." Lalu James membiarkanku pergi. Baru sampai pintu cafe, sudah banyak paparazzi menghampiriku. Ah shit.
"Amanda! Bagaimana hubunganmu dengan Luke?"
"Amanda, apakah benar kamu bermalam di apartemennya Robert?"
Aku mencoba keluar dari kerumunan paparazzi ini tapi sulit sekali karena jumlah mereka yang tentu saja lebih banyak dariku. Lalu kurasakan seseorang menarik tanganku untuk masuk lagi ke dalam cafe. Dia berjalan dengan cepat sambil menggandengku. Ternyata dia menunjukkan padaku jalan keluar cafe ini lewat belakang. Dan itu James.
"Sudah kubilang, kau kuantar pulang. Keras kepala sekali." Ujarnya sambil terus memegangi tanganku sampai tiba di lobby apartemen. "Sampai sini ya. Aku ada kelas mengajar lagi 30 menit lagi." Aku mengangguk. Dia pun pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Being Me
ChickLitMenjadi seorang model adalah impian Amanda, dan dia berhasil mewujudkannya. Lifestyle nya pun berubah sejak itu. Dia menikmati hidupnya, segala pesta, berganti teman tidur dan segala kemeriahan lainnya. Dengan semua ini, sempatkah dia untuk jatuh c...