Quickie

7.7K 266 0
                                    

"Hey Amanda! Dekatkan wajahmu pada Danny! Pasang pose sensualmu!"

Cekrek!

"Gigit bibir bawah Danny, Amanda! Danny! Ekspresimu kurang menginginkan Amanda! Lebih sensual dan seksi lagi!"

Cekrek!

"Ya aku kira cukup pemotretan hari ini. Thanks, guys!" Chris, fotografer hari ini pun menurunkan kameranya. Aku langsung mengambil kimono untuk menutupi tubuhku yang kedinginan karena sekitar satu jam berpose di kolam renang bersama Danny, model pakaian dalam pria asal Irlandia. Lalu aku mengambil tas ku dan pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.

Baru saja aku melepas kimonoku dan mengeringkan rambut, tiba-tiba Danny datang dan langsung mendorongku ke dinding.

"Sorry, Amanda, you are too hot to be ignored." Dia pun mulai menggerayangi setiap inch dari tubuhku dan aku tidak melawannya.

Kami melakukan 'itu' dengan 'cepat'.

Selesai dengan urusan kami, kami keluar ruang ganti dengan wajah dingin, seperti tidak kenal satu sama lain.

Sudah biasa, pikirku.

***

Tidak biasanya jalan ini macet, padahal baru jam 3 sore. Aku yang sedang di balik kemudi membuka jendela mobil dan mengeluarkan kepalaku mencari tau apa penyebab kemacetan. Bodoh sekali. Pantas saja macet, ini kan jam pulang sekolah. Dan, ini kan jam pulang sekolah tempat James mengajar. How about texting him?

To : James Clayton
Teacher, sedang apa?
(Sent)

From : James Clayton
Masih di sekolah, mengajar basket. Ada apa, supermodel?

To : James Clayton
Aku terjebak macet depan sekolahmu. Mau mampir boleh ngga, anak kebun strawberry?
(Sent)

From : James Clayton
Silakan. Aku di aula basket, lantai 2, belok kanan lalu lurus. Ditunggu ya, lady who thinks she's good in bed but actually not.

Membaca kalimat terakhir ingin rasanya membenamkan kepala James ke tumpukkan strawberry busuk. Tapi aku yakin dia bercanda. Huh.

Aku pun memarkirkan mobilku lalu bergegas keluar dari sana. Baru dua langkah, aku sadar hari ini aku mengenakan tank top yang amat sangat memperlihatkan belahan dada. Sebelum guru menyebalkan itu protes, aku kembali ke mobil dan mengambil blouse biru tua dan memakainya.

Suasana sekolah sudah agak sepi. Hanya terlihat beberapa murid yang masih mengerjakan tugas ataupun yang masih mojok di ujung koridor sambil melumat bibir masing-masing. Teringat kelakuan James kalau melihat yang seperti itu.

Sesampainya di aula, aku melihat James memakai training pants, kaos tanpa lengan warna putih dan sneakers. Dan, WTF! Dia mengajar basket anak perempuan? Aaaah pasti modus sekali ini! James melihat ke arahku dan menghampiri.

"Hi!"
"Hi, James. Kamu mengajar basket anak perempuan? Yang benar saja! Modus ya?" Ucapku setengah menggoda.
"Enak saja! Pelatih basket perempuan sedang cuti seminggu, aku yang menggantikan." Jawabnya kesal. Aku pun tertawa sambil mengacak-acak rambut lurus gelapnya.
"Nah kalau kesal gitu kamu terlihat lebih baik, James."
"Terlihat lebih tampan?"
"I didn't say that. Sudah ah, aku menunggumu di pinggir lapangan saja, teruskan pekerjaanmu. I'll be watching you kalau kau sengaja menyentuh murid-murid perempuanmu itu."
"Alright. Aku sebentar lagi selesai kok!"

Apa yang aku ingat setiap kali melihat anak sekolahan main basket? James dan teman-temannya dulu. Mereka suka tebar pesona, setelah pertandingan selesai, menggoda anak cheers dan sejenisnya. Pokoknya James tidak menyenangkan jaman sekolah dulu. Mungkin dia membayarnya sekarang. Baguslah.

Beberapa kali kulihat murid-murid James ini mencari kesempatan berdekatan dengan James. Ya pura-pura jatuh lah, ya minta diajarkan drible bola lah. Ada-ada saja anak kecil ini. Akupun tertawa dalam hati.

Drrt drrt..
From : Carl
Alesso will be on Amazing Club tonite. Pick me up at 9.

Whoa! Alesso adalah DJ kesukaanku. Pendatang baru yang berbakat dan tampan!

To : Carl
Will do, darling. What's dresscode?
(Sent)

From : Carl
No specific dresscode but let's wear red!

James yang ternyata sudah selesai, memperhatikanku dan duduk di sebelahku.
"Boyfriend?" Tanyanya.
"No. It's Carl, asistenku. Dia bilang Alesso akan main malam ini. I like Alesso so much!" Jawabku kegirangan.
"Hidupmu menyenangkan ya, Amy."
"Ya tentu. Kita masih punya banyak waktu untuk bersenang-senang, jangan terlalu serius, James."
Dia pun tersenyum.
"Tanding basket yuk!" Ajaknya.
"What? I cannot play basketball. But I can play the others ball." Godaku.
"No excuse. Come on, join me to the field!" Dia menarik tanganku memaksaku beranjak dari tempat dudukku.
"I can't!" Teriakku kesal. Untung disana sudah tidak ada siapa-siapa.
"You even haven't tried, supermodel. Kita buat perjanjian, yang kalah menuruti apa kata yang menang."
"Revenge?" Tanyaku.
"Sort of." Ucap James sambil memberikan bola padaku. "Siapa yang memasukkan 10 bola pertama dia yang menang."
Kurang ajar. Dia balas dendam. "Baiklah." Ucapku sambil melepaskan wedges ku.

Tentu saja James menang dengan mudahnya. Tubuhnya yang atletis dan statusnya yang mantan pemain basket memudahkan dia mengerjaiku lagi dan lagi.
"Kamu kalah." Ucap James dengan senyum licik dan menyebalkannya.
"Baiklah Mr James Clayton. Apa yang kau mau dariku?"
Dia pun mengerenyitkan dahi pura-pura berpikir.
"Buatkan aku makan malam seminggu penuh."
"What? I cannot cook!"
"Ya kau bisa belajar kan?"
"I don't have time for that!"
"I don't care! Kamu kalah dan ini yang kumau!"
"Kamu akan merusak jadwal keluar malamu bersama Carl."
"I don't care."
"Kau menyebalkan!"
"I don't care."
"Terserah kau sajalah!"
"Aku akan berada di apartemenmu jam 8 malam mulai Senin depan. Kalau kau melanggar 1 hari, maka hukuman akan diperpanjang. Masa kaya gini aja kamu nyerah sih Amy?"
"Kata siapa aku nyerah? Oke. Aku setuju."
"Nah gitu dong. Mari kita pulang. Mau aku gendong sampai parkiran?"
"Ngga perlu. Aku lagi kesel sama kamu."
"Baiklah. Padahal aku lagi seksi-seksinya loh ini, Amy."
"Whatever! Huh!"

Aku berjalan duluan, diikuti James.

The Art of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang