Suara shower dari kamar mandi membangunkanku. Tak lama kemudian seseorang, yang hanya memakai handuk, keluar dari sana sambil tersenyum.
"Morning, Amanda.."
"Hey, morning." Jawabku yang masih bermalas-malasan di balik selimut dan.. Naked.
"Sorry I can't take you to your apartment. Manajerku sudah meneleponku pagi-pagi. Ada jadwal pemotretan sebelum jam 12."
"It's okay, Adam. Aku bisa minta antar asistenku pulang, kok. Nevermind." Ucapku sambil senyum.
Adam memakai bajunya tepat di depanku. Dia mengenakan tshirt putih dan skinny jeans serta sneakers.
"So, aku duluan ya!" Dia menghampiriku lalu berbisik. "Last night was rough, babe. We should do it again." Seraya memberikan kecupan di leherku sebelum pergi.Do it again? Oh man. Berapa cowok yang membisikkan itu padaku bahkan tidak menyimpan no telp ku.
Sejam kemudian Carl, asistenku, menjemputku di hotel. Dia tersenyum nakal padaku sambil bertanya.
"So how was Adam, Amanda? Dia hebat ya? Aku baca FHM sih dia liar di ranjang."
"Stop it, Carl. Setauku aku melakukannya sambil mabuk. Did I even realize he was hot? I didn't think so."
"You should be lucky. Adam kan vokalis band terseksi 3 tahun terakhir."
"Then I have to congratulate myself, Carl? Sex is just sex for me. Apalagi sejak aku masuk industri ini, this life is full of naughty things. Aku bahkan ngga inget lho kapan terakhir aku ciuman karena cinta bukan nafsu."
Carl pun tertawa lepas. "You're a naughty girl also, Amanda."
"You taught me, hey bitch." Ucapku sambil tertawa kepada asistenku yang laki-laki, tapi suka laki-laki juga.***
"Eh aku baru sadar kamu merubah warna rambutmu." Ucap Carl disela waktu make up sebelum pemotretan.
"Huh kamu sibuk pacaran sih! Aku ajak kemarin ke salon ngga mau."
Carl cuma senyum malu-malu. Dia dan pasangan sejenisnya, Tom, memang terlihat romantis. Walaupun diselipkan banyak drama kalau lagi marahan. But they're still together.
"You look so stunning with your ombre hair, Amanda. " komentar Carl lagi.
Aku mengecup pipi Carl "Thanks baby Carl, aku kerja dulu ya!" Balasku seraya meninggalkan dia di ruang rias sementara aku menuju kolam renang. Yes it's swimwear photoshoot, salah satu keahlianku."Look at my little sweetheart! Look so hot with that swimwear and new hair!" Teriak Robert, fotografer profesional yang konon -- kalau mau difoto sama dia, harus rela menjadi selir di rumah mewahnya selama minimal sebulan. But I am lucky, aku ngga perlu melakukan hal itu. Atau dia belum minta ya?
"Show your sexy face, Amanda. Yeah good, once again. No, no, jangan terlalu memicingkan mata. You more look like bitch like that!"
"Don't even call me bitch, Robert!" Teriakku dengan nada emosi. Cuma karena aku tidur dengan banyak cowok, bukan berarti aku murahan, bukan?
Robert mendekatiku dan menyentuh pipiku "I am sorry I didn't meant to. Let's start over again. Ready sweetheart?"***
Aku menghempaskan tubuhku di mobil diikuti Carl di belakang setir.
"You look tired, Amanda."
"Aku ngga suka Robert manggil aku bitch tadi."
Carl tertawa "Because you're not?"
"Because only you who can call me that. " kami pun tertawa lepas sambil menikmati macetnya NY di sore hari.
"Anyway, kamu tau Luke?"
"Which Luke?"
"Personil band yang lagi naik daun itu lhoo.."
"Ouw that Luke! What's wrong?"
"Tadi manajernya telpon aku, dia minta no telp kamu."
"And then?"
"Ya ngga aku kasih. I know that 17 years old boy is not your type!"
Kami pun tertawa bersama. It's only Carl who can make me this way.Will someone do the same?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Being Me
ChickLitMenjadi seorang model adalah impian Amanda, dan dia berhasil mewujudkannya. Lifestyle nya pun berubah sejak itu. Dia menikmati hidupnya, segala pesta, berganti teman tidur dan segala kemeriahan lainnya. Dengan semua ini, sempatkah dia untuk jatuh c...