Happy Birthday!

7.2K 282 3
                                    

"Yes, Mom?" Jawabku mengangkat telpon dari Ibu.
"Sudah bangun, Mandy?"
"Sudah dong! Baru selesai jogging dan bersiap sarapan. What's up Mom?"
"Aku baru membereskan gudang dan menemukan tumpukkan buku resep masakkan. Dan baru saja aku mengirimkan semua itu padamu lewat DHL. Semoga cepat sampai ya!"
Ibu ini terobsesi sekali aku harus bisa masak. "Alright, Mom. Terimakasih ya. Mom baik-baik saja disana?"
"Baik, sayang. Oh iya satu lagi. Tadi aku bertemu Mrs Clayton di DHL, dia mengirimkan paket yang katanya kado untuk ulang tahun James."
"And then?"
"Ya cuma ingin memberitahumu bahwa James ulang tahun minggu depan. Kalian kan tinggal di kota yang sama, ngga ada salahnya dong mengucapkan selamat ulang tahun minggu depan, Mandy."
"Baiklah, Mom, terimakasih sudah mengingatkanku. Love you."
"Love you, too, sayang. Jaga diri ya."

***
"Carl, kado ultah buat cowok 24 tahun apa ya?" Tanyaku pada Carl sambil mengusapkan maskara di ruang rias, pemotretan produk H&M.
"Seperti biasa aja, babe. Sewakan dia 5 stripper." Jawabnya santai.
"Ehhh bukan yang kaya gitu.." Di 'pertemanan' kami, kalau ada salah satu teman yang ultah, pasti akan kami sewakan penari erotis, baik untuk perempuan ataupun laki-laki.
"Lalu apa?"
"Ya kado normal aja biasa."
"Siapa yang ultah?"
Dengan malu-malu aku menjawab. "James."
"Ow ow ow ow. Sedang jatuh cinta rupanya wanita yang satu ini. Kau ini gimana sih, Amanda? Katanya benci setelah kejadian..."
"Ih jangan ngomongin itu lagi. Ya intinya kami sudah berbaikan, dan emang salah kalau ngasih kado ke teman sejak kecil?"
"Kalau akhirnya jatuh cinta?"
"Ya jangan mikir kesanaaaaa!" Ucapku sambil melemparkan bedak tabur pada Carl. Cardigan ungu terangnya pun kena bedak. Aku tertawa.
"Kurang ajar loh, Amanda! Kamu berutang cardigan padaku!"
"Iya sayaaang. Jadi, apa kadonya ya?"

***
Selesai pemotretan H&M, aku menuju toko jam yang Carl rekomendasikan tadi.
"Selamat malam, Miss, ada yang bisa saya bantu?" Ucap seorang pria 40 tahunan dengan suit lengkap menyapaku.
"Malam. Aku mencari kado untuk seorang pria 24 tahun. Profesinya guru, tapi dia suka olahraga. Ada rekomendasi?"
Dia pun terlihat diam sejenak sambil berpikir. "Biar saya carikan sebentar ya, Miss. Silakan duduk." Ujarnya sambil mempersilakanku duduk di sofa depan etalase display. Ini pertamakalinya aku ke toko jam. Aku tidak suka memakai jam tangan, bikin deg-degan kalau telat. Hehe.

10 menit kemudian, pria tadi membawa beberapa kotak berisi jam tangan. "Mungkin ada diantara jam ini yang akan kau suka, Miss." Aku pun membuka semua kotak yang disodorkan pria tadi. Tapi tidak ada satupun yang menarik perhatianku. Aku mulai melihat-lihat display jam tangan lain disana dan mataku tertuju pada sebuah gambar jam besar di sudut toko.
"Kalau jam yang itu ada?" Tanyaku.
"Maaf sekali, Miss, untuk yang itu, Hamilton Khaki Navy Sub Auto Chrono limited edition dan baru tersedia jika kami pesankan."
"Berapa lama?"
"Dalam waktu 3 hari sudah bisa, Miss."
"Ya sudah, saya mau yang itu. Dan saya bayar lunas sekarang. Tapi nanti tolong antar ke apartemen saya ya."
"Dengan senang hati."
Hore! Amanda baru menghabiskan $1995 untuk seorang pria!

***
Rencananya hari ini aku akan ke sekolah tempat James mengajar dan memberikan kado yang sudah kubungkus dalam kotak biru tua serta pita putih ini. Oh iya, sudah seminggu aku dan James tidak saling mengabarkan, semoga kedatanganku hari ini membuatnya senang, dan tidak ada apa-apa. Aku mengenakan kemeja putih, skinny jeans, syal Prada yang melingkari kerah kemejaku dan membawa totebag dengan warna senada dengan syal tosca ku. Ankle leather boots bikin penampilanku makin maksimal hari ini.
"Permisi, boleh ku tahu dimana kelas Mr. James Clayton?" Tanyaku pada bagian informasi sekolah.
"Oh dia sedang mengajar kelas geografi di lantai 2 sampai jam makan siang. " Jawab wanita gemuk berkacamata usia 35 tahunan itu.
"Baiklah, terimakasih." Jam makan siang sekitar satu jam lagi, aku akan menunggu dia di cafetaria nampaknya.

Suasana Xavier High School ini mengingatkanku pada sekolahku di Kanada. Di jam istirahat biasanya aku melihat James duduk di kantin bersama satu gank populernya, melempar keripik kentang ke arah gerombolan perempuan dan membuat mereka kesal. Lalu mereka tertawa. Sedangkan aku lebih suka menghabiskan waktu istirahat memakan sandwich bekal di taman sambil mendengarkan musik dan membaca majalah fashion, berharap suatu hari bisa jadi bagian disana. And here I am now.

Lamunanku terhenti ketika seseorang menyapaku.
"Kamu Amanda Chase kan?" Ujar seorang gadis 14 tahunan padaku, bersama 2 orang temannya yang ikut senyam senyum.
"Iya. Hey bagaimana kau mengetahui aku?"
"Kau tenar sekali, Amanda. Kami mau berfoto denganmu! Boleh?"
"Tentu saja. Sini duduk di sebelahku. Let's do some selfie!" Mereka pun merangkulku dan mengeluarkan handphone mereka lalu berfoto.
"Terimakasih Amanda! Anyway, sedang apa kau disini?"
"Menunggu seorang teman, mungkin dia salah satu gurumu."
"Siapa?
"James Clayton!"
"Whoaaahh dia guru baru yang banyak digandrungi murid disini lho, Amanda!" Ujar gadis lainnya yang berambut pirang.
"Oh yaa?"
"Iya. Kalian sepasang kekasih ya? Cocok sih."
"Bu bukaaan! Kami hanya berteman kok!"
"Baiklah, terimakasih atas waktunya, Amanda. Tetap jadi keren ya!" Merekapun meninggalkanku dengan senyum sumringah.

Bel tanda istirahat berbunyi. Aku segera mengeluarkan iPhone ku dan mengirim pesan untuk James.

To : James Clayton
Makan siang yuk!
(Sent)

From : James Clayton
Boleh. Dimana?

To : James Clayton
Di cafetaria sekolahmu. I'll be waiting, teacher.
(Sent)

From : James Clayton
What?

Cafetaria mulai dipenuhi murid sekolah. Iya, aku jadi pusat perhatian. Tidak sedikit yang berbisik "Itu Amanda model ya?"

Tak lama kemudian, pria dengan kemeja putih dilapis sweater rajut abu-abu dengan celana warna cappucino, berkacamata, dan membawa banyak map datang menghampiriku. Astaga sialan kau, James. Kau terlalu tampan untuk ditolak.

"Kenapa kau bisa disini, Amy?" Tanyanya penasaran.
"Kenapa harus ngga bisa?"
"Baiklah tapi aku tidak terbiasa diberi surprise." Jawabnya sambil tersenyum.
"I am not surprising you. Jangan kegeeran. By the way, happy birthday tetanggaku. Kamu sudah tua ya." Kataku sambil menyodorkan kado.
"Wow! Terimakasih! Darimana kau tau ini ulang tahunku?"
"My mom."
"Thank you very much, Amy! Aku ingin memelukmu tapi malu karena semua orang melihat kita sekarang." Senyumnya makin lebar. Aku pun berdiri dan naik ke atas kursi, James nampak keheranan.
"Hey all students! Mr James berulang tahun hari ini! Makanlah sepuasnya! Mr James yang bayar!" Lalu terdengar sorakan dan tepuk tangan dari semua murid disana. James cuma senyum sambil menggelengkan kepala.
"You are tricky, Amy."

The Art of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang