Semalaman aku memikirkan perkataan Edward sampai tidak tidur. Aku benar-benar bingung apa yang akan terjadi pada hidupku selanjutnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari apartemenku. Astaga siapa lagi ini jam 6 pagi datang ke apartemenku.
"Pagi Nona Chase." Ucap pria berjas dan dasi lengkap. Aku lihat dia bersama 4 orang lainnya dengan gaya yang sama.
"Pagi." Jawabku.
"Maaf Nona Chase, tapi sekarang juga Anda harus meninggalkan apartemen."
"Apa katamu?" Aku tersentak kaget. Belum sempat aku berkata kalimat lebih banyak, kelima pria yang badannya sudah pasti jauh lebih besar dariku itu mendorongku masuk ke apartemen.
"Waktumu berkemas hanya 5 menit, Nona Chase. Ambillah barang pentingmu saja, lalu pergi dari sini!" Pria itu pun mengintimidasiku dengan suruhannya. Aku benar-benar takut sekarang. Lalu aku mengambil tas kecil dan mengisinya dengan iPhone, dompet, uang cash yang ada di meja samping tempat tidurku dan jaket yang kulihat saja disitu. Aku langsung keluar setengah berlari. My body is shaking and sweating.Kemanapun aku harus pergi dari sini. Tapi kemana? Aku pun mengambil handphone dan menelepon Carl.
"Babe.." Ucapku lirih ketika baru sampai di lobby apartemen.
"Amanda. Astaga. Amanda temui aku di parkiran apartemenku sekarang juga!" Dari nada bicaranya nampaknya dia sudah tau apa yang terjadi. Dia pun terdengar ketakutan disana.
Aku pun pergi ke parkiran dan sesampainya disana baru ingat kalau aku tidak membawa kunci mobil. Holy shit! Setengah berlari aku menuju lobby lagi dan memberhentikan taksi.To : Carl
Aku sudah di basement apartemenmu, tepat di sebelah mobilmu.10 menit kemudian Carl datang. Kondisi dia pun acak-acakan, bukan fashionable Carl seperti biasanya. Dia menemuiku masih dengan piyama maroon nya yang dibalut mantel warna gading. Melihatku, dia langsung memelukku.
"I am sorry I cannot help you, Amanda. Bodyguard Edward sedang berjaga di tempatku sekarang. Aku kesini dengan alasan mengambil iPad ku yang ketinggalan di mobil." Air matanya pun jatuh di punggungku.
"Aku bingung, Carl." Aku menangis sejadi-jadinya. Carl melepaskan pelukannya.
"Here, Amanda. Ada sedikit uangku disini. Karena aku tau Edward pasti memblok kartu kredit dan debitmu. Pakailah untuk membeli tiket ke Kanada. " Ujarnya sambil memberiku kartu debit.
"Pulang ke Kanada?"
"Disana tempat teraman untukmu, Amanda. Percayalah padaku."
"I am so gonna miss you, Carl. Oh God why does this happen?"
"Aku tidak bisa berlama-lama, Amanda. Cepatlah pergi dan turuti apa kataku. Pin kartu ini adalah 4 digit terakhir nomor ponselku. Jaga dirimu, Amanda."
"I love you, Carl. " Dia pun memelukku sekali lagi dan pergi. Sementara aku masih mematung berusaha berpikir apa yang sedang terjadi.***
Aku melangkahkan kakiku masuk ke pekarangan rumah. Kulihat mobil Mini Cooper merah terparkir di garasi, ini artinya Ryan sedang dirumah. Apakah aku siap dengan semua ini? Menceritakan semua kepada Ibu dan adikku? Malu sekali rasanya menyadari bahwa hidup yang kujalani selama ini kotor.
"Mom.." Ucapku sambil membuka pintu yang tidak dikunci. Lalu Ibu yang masih menggunakan celemek datang dari arah dapur.
"Mandy? Ada apa? Kenapa kamu disini?" Aku pun langsung memeluknya dan menangis sekeras-kerasnya sampai Ryan yang ada di lantai dua turun dan ikut memelukku. "Ceritakan semuanya, Mandy. Mom akan mendengarkan."
Kami bertiga duduk di sofa dan aku menceritakan semua. Ada raut wajah kecewa dari Ibu dan adikku ketika aku bercerita kalau aku pernah menjadi selir Edward demi mendapat pekerjaan. Karena yang kuceritakan dulu, hanya sampai aku mendapat kontrak dengan agensi.
"Maafkan aku, Mom, Ry.." Ucapku lirih sambil menangis. Ibu langsung memelukku lagi.
"Aku bisa saja mengusirmu sekarang, Mandy. Tapi aku lebih menyayangimu dari apapun." Jawaban Ibu membuat tangisku makin menjadi, aku sangat berterimakasih memiliki mereka. "Kamu istirahat sekarang ya. Nanti malam Mom buatkan makanan kesukaanmu." Ibu pun melepaskan pelukannya. Lalu Ryan mengantarku ke kamar.***
Sudah sebulan aku pulang ke Kanada. Sebulan aku lebih memilih menghabiskan waktu di kamar dan melamun. Sebulan tidak memegang iPhone ku karena Carl memintaku mengganti nomor handphone ku dan menutup semua akun dunia mayaku. Sebulan melewati hari dengan selera makan yang menurun drastis. Sebulan melewati malam dengan suhu badan tinggi dan Ryan harus menemaniku tidur. Aku merasa benar-benar kacau saat ini.Aku masih ingin menjadi seorang model, bahkan selamanya. Karierku masih seumur jagung dan dihancurkan oleh seorang pria tua. Media memberitakanku banyak hal negatif sebulan ini, ada yang bilang aku menghilang karena depresi, kecanduan, apalah. Yang jelas ini trik Edward agar semua orang membenciku.
Hidupku hancur sekali saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Being Me
ChickLitMenjadi seorang model adalah impian Amanda, dan dia berhasil mewujudkannya. Lifestyle nya pun berubah sejak itu. Dia menikmati hidupnya, segala pesta, berganti teman tidur dan segala kemeriahan lainnya. Dengan semua ini, sempatkah dia untuk jatuh c...