May I Have This Dance Forever?

9K 271 0
                                    

Jam 7 kurang 30 menit aku masih sibuk menatap diriku di depan kaca. Aku mengenakan gaun warna baby blue selutut. Ini gaun milik Ibu ku karena semua pakaian bagusku tertinggal di apartemen. Aku menggerai rambutku dan menghiasnya dengan flower crown warna baby blue juga.
"Sudah cantik kok, Mandy." Ucap Ryan yang sudah berdiri di belakangku sambil merapikan kemejanya.
"I am always pretty as hell, Ryan." Jawabku.
"Sucks." Komentarnya datar.
"Pergi sama Kayla?" Tanyaku.
"No. Sama Mom. Kayla sedang ada acara keluarga." Tambahnya. "Oh iya, Mandy, aku berpikir untuk menjual mobil yang kau berikan padaku. "
"You don't have to, Ryan. Kamu sudah bosan ya?"
"No, lovely sister. Aku justru ingin menjualnya untuk kita. Uang hasil penjualan mobil, kita gunakan untuk membuka kedai kecil yang menjual pie buatan Mom. What do you think?"
"Kamu pintar ya kadang-kadang. kita bicarakan ini nanti ya!" Lalu terdengar suara Ibu memanggilku dari bawah.
"Your prince charming is coming." Goda Ryan.
"Aku pergi dulu, little boy." Aku pun mengecup pipi adikku tersayang ini.

***
James ini memang pria yang sulit ditebak ya. Kemarin malam dia mencium keningku, dan hari ini dia agak dingin menjemputku. Aku pun hanya bisa diam sepanjang perjalanan dan memperhatikan apa ada yang salah sama pria dengan suit and tie ini.
"Ada apa, Amy?" Tanya James yang mungkin sadar sedari tadi aku memperhatikannya.
"No. Tapi kamu bertingkah agak aneh hari ini." Jawabku.
"Pasti kamu berharap saat aku menjemputmu tadi, aku melihatmu dari atas sampai bawah lalu berkomentar 'you look amazing today' ya?" Ucapnya sambil berlagak dramatis.
"You're ridiculous guy, James." Aku pun tersenyum malu. Karena memang scene klise seperti itu yang aku harapkan. Oh how cheesey I am!

Perjalanan menuju tempat pernikahan Vanessa memakan waktu 30 menit. Pesta pernikahannya diadakan di sebuah hotel mewah dengan format private party bernuansa putih dan gold. Vanessa hanya mengundang 200 orang terdekat. Pesta berlangsung di rooftop hotel di lantai 10.

"Congratulation baby Vaness!" Ucap James sambil memeluk sepupunya yang kuselidiki agak mirip Pixie Lott dengan versi rambut hitam. Lalu James juga memeluk suami Vanessa, Christ.
"Thanks James. Hey kau belum mengenalkan wanita cantik sebelahmu!" Ucap Vanessa sambil mengulurkan tangannya padaku.
"Amanda Chase." Jawabku. "Congratulations for the wedding, Vanessa and Christ. Nice party!"
"Thanks, Amanda. Enjoy your time here dan jangan biarkan James melirik wanita lain!"

James pun menggandeng tanganku menuju tempat makanan dan minuman. Aku mengambil segelas wine. "First wine after all these times." Ucapku pada James.
"It's okay to drink wine as long as it's not vodka." Ucapnya.
"No more getting drunk."
"You promise?" Tanya James.
"Yes." Entah roh apa yang merasukiku sampai mengucapkan kalimat barusan. Aku memang lagi kesal-kesalnya sama kehidupanku di New York dulu.

When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love?
Will your eyes still smile from your cheeks?

Lantunan musik halus mulai terdengar dari musisi lokal yang membawakan lagu Ed Sheeran.
"Oh I love this song!" Gumamku pada James.
"Dance?" Dia mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambut tangannya dan segera bergabung dengan pasangan lain yang juga berdansa.

Tangannya tersimpan rapi di pinggangku, aku melingkarkan tanganku di lehernya. Aku bisa merasakan detak jantung dari dadanya yang kupinjam untuk menyimpan kepalaku.
"James.."
"Ya?"
"So you'll go to New York tomorrow?"
"Yes. Join?" Tanyanya.
"No more New York for me, James."
"Kamu takut ya aku tinggal pergi?"
Iya, James, iya. "Percaya diri sekali."
"I'll be back, Amy."
"Don't make a promise you can't keep, teacher." Mata kami bertemu. Aku merasakan nafas hangatnya di wajahku.
"Selama aku pergi nanti, tidurlah teratur. Aku tidak mau melihat kantung mata itu padamu."
"Jangan mengaturku." Ucapku sambil tersenyum. James mendaratkan bibirnya pada bibirku. Aku merasakan seluruh tubuhku merinding. Ciuman yang berbeda dengan ciuman dengan James sebelumnya. This one is more gentle. Kami berdua masih asik mengikuti irama musik sambil terus menempelkan bibir masing-masing. We hope the song will never stop.

So honey now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are.

The Art of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang