Secret

6.4K 249 1
                                        

Aku baru saja beres membeli beberapa DVD dari DVD store dekat apartemenku sore ini. Aku memakai hoodie dan sunglasses, untuk menutupi diriku. Malas bertemu paparazzi atau meladeni fans hari ini.

Sesampainya di depan pintu apartemen, aku menemukan sosok pria menyebalkan bernama James Clayton berdiri disana sambil menyandarkan tubuhnya di pintu. Pria ini mengenakan sweater tosca gelap dan jeans serta Converse. Hot. He is.

"Hi!" Sapanya.
"Hi. Menungguku?"
"Ngga. Membetulkan pintu apartemenmu." Lalu dia mengetuk-ngetuk pintu apartemenku. Bodoh.
"Ngga lucu." Ucapku sambil tersenyum.
"Aku haus."
"Yaudah ayo masuk." Ajakku sambil membuka pintu berwarna coklat tua itu. "Ambil apa yang kamu mau di kulkas, aku ganti baju dulu."
James pun menuju kulkas dan mengambil sebotol orange juice dan meletakkannya pada gelas.
"Darimana, Amy?" tanyanya sambil menyeruput orange juice nya.
"Buy some DVDs. Kau?" Jawabku yang sekarang sudah mengenakan tshirt dan celana pendek. Aku pun langsung menghampiri James yang sudah duduk manis di sofa depan TV, dan duduk di sebelahnya. "Jadi mau apa kamu kesini? Bukannya kamu masih marah karena aku melanggar perjanjian?"
"Ya mau marah, Amy." Aneh sekali pria ini.
"Ya marahlah, James Clayton." Ucapku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya.
"Kamu tau alasanku menyuruhmu membuatkanku makan malam seminggu penuh, Amy?"
"What? Stok makanan di apartemenmu habis ya?"
"No, Amy. Aku sebenarnya ingin kau mengurangi keluar malammu. You know, getting drunk is not good and.."
"What?"
"Ya pokoknya itu ngga baik aja, Amy."
Aku pun tertawa lepas. "James Clayton siapa dirimu? Bahkan Ibu ku tidak melarangku melakukan apapun. Aku masih muda dan ini caraku menikmati hidup."
"Ya sudah. Aku cuma mau menyampaikan itu kok, Amy."
"Kamu jangan so perhatian padaku dan melarang apapun yang aku lakukan, James. Bahkan kita baru saling bicara beberapa bulan kok. Siapa aku di mata kamu 23 tahun kebelakang, James?"
"Okay I am sorry. Aku cuma ngga mau kamu kenapa-kenapa kok."
"I will be fine. Ini duniaku. Jangan campuri urusanku."
"Fine, Amy." Dia pun beranjak dari sofaku dan pergi.

Kenapa anak satu ini mengesalkan sekali? Dia sekarang bilang kalau aku harus berhenti dari dunia malamku? MAKSUDNYA? SIAPA KAMU, JAMES?

Pria satu ini bikin aku frustasi dan segera ingin meneguk beberapa gelas vodka. Baiklah, mari pergi ke bar dan bersenang-senang. Aku pun mengganti lagi bajuku dengan minidress ketat warna dark purple. Membubuhkan bibirku dengan lipstick lalu membawa tas.

Setelah mematikan lampu apartemen, aku keluar dari sana. Memencet tombol lift dan lift itu terbuka, kemudian seseorang lelaki 45 tahunan keluar bersama 2 bodyguard nya, membawa buket mawar merah dan tersenyum padaku..

"Edward?" Tanyaku kaget.
"Hai cantik. Mau kemana? Aku baru saja akan mampir ke apartemenmu."
"A.. Aku.."

~ FLASHBACK ~
From : Mom
Maaf, Mandy, uang itu uang terakhir yang aku kirim untukmu. Good luck, sayang. Love you.

Aku berjalan lemas menuju ATM dan mengambil beberapa dolar terakhir dari sana. Sudah 3 bulan aku di New York, mengikuti segala casting dan belum saja mendapat kepastian akan karierku. Aku tinggal di sebuah flat kecil sederhana dengan uang sewa murah. Setiap hari makan seadanya dan menyimpan uang kiriman Ibu untuk bertahan hidup. Jika aku tidak menemukan titik terang akan karierku, terpaksa aku pulang kampung dan mengubur mimpiku.

Siang ini aku ada casting di Finn Agency. Seperti biasa, proses casting memakan waktu panjang, maka dari itu aku bekal beberapa lembar roti sandwich isi selai kacang di tas ku. Karena aku pikir membeli makanan di luar akan mahal harganya.

Sesampainya di gedung Finn Agency, aku mengambil nomor antrian casting. Disana sudah mengantri puluhan wanita cantik lainnya yang sama-sama memimpikan menjadi seorang model terkenal. Perasaan kurang percaya diri selalu muncul, karena kebanyakan para peserta casting ini selain cantik juga sudah sering tampil di depan kamera. Sedangkan aku? Di kamera handphone sih iya.

"Amanda Chase!" Teriak seorang wanita cantik 30 tahunan memanggil namaku. Aku segera berdiri dari kursi tungguku. "Silakan masuk ke ruangan 36!" Tambahnya lagi.

Aku pun menuruti apa yang wanita 30 tahun itu ucapkan. Aku masuk ke ruangan 36. Disana ada 3 pria : seoranh pria agak tua duduk di balik meja, satu orang fotografer dan satu lagi satu orang yang duduk di kursi sambil membawa catatan.
"Siang Amanda, silakan perkenalkan dirimu." Ucap pria yang membawa catatan.
"Namaku Amanda Cathrina Chase, usiaku 20 tahun. Aku berasal dari Alberta, Kanada."
"Wow, sudah lama aku tidak punya model dari Kanada." Ucap pria tua dibalik meja. Aku pun tersenyum.
Lalu fotografer mengambil beberapa fotoku. Dan sesi casting pun selesai.

Saat aku keluar ruangan, pria tua itu pun memanggilku.
"Amanda, tunggu aku di ruanganku 1 jam lagi ya." Ucapnya tidak beranjak dari tempat duduknya.
"Baiklah." Jawabku sambil tersenyum.

Sejam kemudian aku sudah berada di ruangan besar yang letaknya di lantai paling atas Finn Agency. Lalu orang tua yang ku temui tadi pun datang.

"Duduk santai saja, Amanda." Ucapnya. Aku pun yang tadinya berdiri menyambutnya kembali duduk. "Aku Edward Finn, pemilik agency ini. " Tambahnya lagi.
"Nice to meet you, Mr. Edward."
"Panggil saja aku Edward. Aku merasa sangat tua jika kau memanggilku Mr."
"Nice to meet you, Edward." Ulangku lagi.
"Oh ya Amanda, dengan siapa kau di NY?"
"Sendiri. Aku menyewa flat sudah 3 bulan."
"Wow. Sayang sekali."
Lalu aku pun bercerita tentang tujuanku ke NY, segala casting yang kujalani dan segalanya.
"Aku punya tawaran untukmu, Amanda."
"Benarkah, Edward?" Tanyaku berbinar-binar.
"Ya. Jadilah modelku disini, tapi.."
"Apa Edward? Katakan! Aku akan melakukan apa saja!" Jawabku bersemangat.
"Kamu yakin?" Tanyanya menggoda. akupun mengangguk yakin. "Tinggallah di mansionku."
"Apa?" Aku pun kaget. Bodoh, Amanda, bodoh.
"Jangan kaget, Amanda. Tenang. Aku tidak akan berbuat buruk padamu. Anggap saja 3 bulan kau di mansionku adalah training. Bagaimana?"

Jadilah aku, Amanda Chase tinggal di mansion super mewah milik Edward Finn bersama puluhan wanita cantik lainnya yang kurasa juga dijanjikan karier yang bagus.

Edward memang tidak memperlakukan ku dengan buruk. Tapi aku dan wanita lainnya harus siap kapanpun Edward atau kolega nya yang datang kesana, jika ingin ditemani semalaman. Edward juga yang menjadi pria pertama yang mengambil keperawananku.

Awalnya aku malas dengan semua ini, aku menyesali keputusanku, aku berbohong pada Ibu dan Ryan, tapi lama kelamaan aku menikmatinya. Bahkan setelah 3 bulan disana, Edward memberikanku apartemen mewah, kerjaan menumpuk, mobil fancy dan kartu kredit lebih dari 3.

~ FLASHBACK OFF ~

"Kamu nyaman disini, Amanda?" Tanya Edward yang sekarang duduk manis di sofaku. Bodyguard nya masih saja setia berdiri di kanan dan kirinya.
"Tentu saja." Jawabku singkat.
"Jadi begini, Amanda. Aku memimpikanmu beberapa hari kemarin. Sepertinya aku merindukanmu."
"Artinya?"
"Aku ingin kau kembali ke mansionku."
"No way, Edward. Aku sudah tinggal disana 3 bulan, sesuai perjanjian."
"Kenapa, Amanda? Kamu tidak rindu melayaniku?" Aku pun diam, sambil menahan airmataku. "Jangan mentang-mentang kau sudah bisa tidur dengan siapapun, kau melupakanku. "
"I am not forgetting you."
"You are, sweetheart. kembalilah ke mansionku. Akan kusiapkan kamar khusus untuk kita disana."
"No, Edward. No!" Edward pun mendekatiku yang daritadi berdiri di hadapannya.
"Terserah kau, Amanda. Tapi kau ingatkan kalau aku tidak suka ditolak?" Lalu Edward mencium pipiku. Aku pun mengelak. Lalu dia dan 2 bodyguard nya pergi.

The Art of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang