Home

14.8K 391 4
                                    

Manajemen memberikanku liburan 2 minggu. Awalnya Carl mengajakku untuk pergi bersamanya ke Maldives. Semalam pun beberapa teman satu manajemen mengajak untuk menghabiskan liburan bersama. Tapi aku memilih pulang ke rumahku di Kanada, bertemu ibu dan adikku.

Sudah 6 bulan aku tidak pulang. 2 tahun menjalani karier sebagai model membuat hidupku amat sangat berubah. Gaya hidup dan yang pasti finansial. Untuk yang terakhir, aku dengan bangganya membagi salary ku dengan ibu. Dan ketika ku pulang ke rumah, kulihat banyak perubahan disana. Ibu mengganti warna cat rumah, merenovasi garasi, dan disana kulihat mobil baru. Aku senang bisa membahagiakan mereka dengan semua ini.

"Mom, I am home." Ucapku di depan pintu.

Wanita paruh baya dengan dress floral dan rambut ikal gelapnya menyambutku.

"I miss you so much, Mandy." Kami pun berpelukan. And I miss the way she calls me Mandy.

"Where is Ryan, mom?"

"Dia sedang dalam perjalanan kemari. Dia mau kenalin kamu sama pacar barunya."

Astaga, padahal baru 6 bulan aku ngga pulang, tapi banyak hal yang aku lewatkan, termasuk adikku, Ryan. Terakhir ketemu kan masih galau karena putus, now he got another girl?

Tepat di jam makan siang, Ryan dan kekasih barunya datang. "I miss my little brother, OMG you're getting taller!" Ucapku sambil memeluknya dan mengacak-acak rambut ikal gelapnya.

"Hey Mandy, ini pacarku, Kayla. Dia ngefans sama kamu. Nih buktinya!" Kayla mengeluarkan sekitar 5 majalah dengan aku sebagai model sampulnya.

"Yes, Mandy, I like you a lot! I love your style!" Aku melihat wajah berbinar Kayla. Aku pun membalas dengan senyum. "Thanks, Kay. Tapi kamu ngga pacaran sama Ryan karena pengen selfie sama aku kan?" Candaku.

Suasana makan siang sederhana bersama ibu dan adikku yang sangat aku rindukan. Bercerita tentang masa kecil, sekolah Ryan, kehidupanku, dan segala hal.

"Jadi apa rasanya jadi dirimu, Mandy? Semua teman sekolahku memakai tas persis seperti yang kamu pakai di majalah ini!" Ucap Kayla sambil menunjukkan fotoku menggenggam totebag warna stabilo, yang sekarang jadi tren.

"I love my job, Kay. But there's always price to pay, right? Aku jauh dari ibu dan adikku."

"Aku mau lho diajak ke apartemen newahmu di New York, Mandy. " ucap Ryan. "You'll be sorry, Ryan baby. It's such a mess!" Kami pun menghabiskan siang dengan penuh tawa dan nostalgia.

***

"So how is Maldives, baby?" Tanyaku pada Carl via Skype.

"Such a wild place, Amanda. You can see a guy beside me." Carl pun mengarahkan layar handphone nya ke pria di sebelahnya yang ngga lain adalah Tom yang tertidur pulas tanpa pakaian hanya ditutupi selimut.

"Aww what were you doing with him?"

"Kamu kaya ngga tau aja. Kamu gimana disana?"

"I am happy to be home, Carl. Tapi aku belum kemana-mana. Seharian di kamar, cerita sama Mom, gangguin adikku.. Ya gitu."

"Anyway, manajer Luke telp aku lagi lho. I said you're in Canada dan dia malah bilang kalau weekend ini band Luke main di Kanada juga."

"Astaga maksa banget sih, Carl! Hahahha."

"He craves you. A little boy craves you."

"Sinting ah Carl! Apa sih yang dia mau? A little quickie on backstage? Oh come on, levelku bukan groupie lagi!"

"Ngga ada salahnya dong nonton band The Winter ini, Amanda?"

"Iya sih. Adikku juga suka band ini. Yaudah aku minta 2 all access ya."

The Art of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang