12. Mencoba Tegar

51 13 0
                                    

Selamat Membaca 🎉

Suara gemuruh guntur dan segerombolan awan hitam yang siap menurunkan air bendungannya kapan saja, tak membuat seseorang bergeming dari tempatnya saat ini. Mata yang sudah sembab terlihat kering tanpa mengeluarkan bulir air mata. Pandangan mata yang kosong, membuat orang disekitarnya tau kalau sorot mata itu menyimpan banyak kesedihan.

"kita pulang sekarang ya? "

Entah yang keberapa kali Refan mengajaknya pulang, tapi tetap saja Tasya tidak menghiraukannya. Sudah setengah jam berlalu setelah pemakaman Ayah Tasya selesai tapi Tasya tetap tidak mau beranjak dari makam Ayahnya. Semua orang sudah pulang, tinggallah mereka berdua.

"sebentar lagi mau hujan Tasya, kita harus segera pulang! "

Refan paham betul dengan kondisi Tasya saat ini, jadi Dia sudah menyiapkan kesabaraan extra untuk hal itu.

Tasya hanya menggeleng lemas, "Refan kalau mau pulang, pulang aja ga papa, Tasya mau nemenin Ayah disini. Kasian nanti Ayah kesepian ga ada temennya"

Helaan panjang terdengar dari Refan.

"Tasya dengerin Aku, Ayah kamu udah pergi dengan tenang. Dan Dia akan sedih kalau melihat putrinya yang masih tidak mengiklhaskan kepergiaannya. Kamu mau Ayah kamu jadi ga tenang disana? "

Tasya hanya menggeleng lemas.

"kalau gitu kita pulang sekarang ya? "

Dengan berat hati Tasya mengangguk pelan.

'Ayah, Tasya pulang dulu ya. Maaf Tasya ga bisa nemenin lebih lama. Ayah yang tenang ya disana. Disini Tasya pasti banyak-banyak berdoa untuk Ayah. Tasya sayang Ayah'

°°°°°°°°

Duka yang mendalam masih dirasakan dirumah Tasya. Setelah pemakan Ayah Tasya, ada beberapa saudara dan kerabat dari keluarga Tasya yang masih berada dikediaman Tasya. Tak ketinggalan teman-teman Tasya yang setia menemani dan menghibur gadis yang tengah berduka itu.

"gue tau apa yang lo rasain, gue pernah berada diposisi lo saat umur gue 4 tahun"

Tasya menoleh ke Lia, tak menyangka sahabatnya pernah berada dimasa sulit diusia yang masih kecil.

Lia tersenyum tipis, "Mama gue meninggal karna mengalami gagal ginjal.."

"saat itu gue masih terlalu kecil untuk memahami apa yang terjadi, gue cuma bisa nangis karna Mama tidur dan ga bangun-bangun,"

Tanpa disadari setetes bulir bening jatuh dari mata Lia. Tina yang duduk disebelahnya langsung menggenggam tangan Lia.

Dengan cepat Lia menghapus air matanya, "kok gue jadi mewek sih" ucap Lia dengan kesal.

Tasya tersenyum tipis melihat sahabatnya yang sok tegar padahal di dalam sangat rapuh.

"intinya lo jangan sedih lagi, kita akan selalu ada disini buat lo"

Tina, Leo, Dimas dan Refan yang mendengar penuturan Lia langsung menganggukan kepala bertanda setuju dengan ucapan Lia barusan.

Tasya tersenyum dan langsung memeluk Tina dan Lia, "makasih semua, gue beruntunh banget punya sahabat kaya kalian. Ga tau jadi apa gue tanpa kalian"

"ekhem, gue ga ikut dipeluk nih? "

Leo langsung menjitak kepala Dimas, merasa geram karna Dimas sungguh tidak tau situasi.

Dimas langsung menoleh ke Leo dengan tatapan kesal.

"Pelukan aja ama yang ada disamping lo tuh!"

Di Kala HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang