Selamat membaca🎉🎉
Dua bulan telah berlalu, dan Tasya sudah terlihat lebih baik, namun cuma kelihatannya. Namanya hidup, orang menilai dari luarnya dulu. Tanpa mengetahui yang ada didalamnya.
Banyak orang yang tersenyum karna ingin menutupi lukanya. Dan mungkin sekarang Tasya melakukan itu, mungkin saja.
Tasya melewati lorong dengan berjalan santai. Banyak mata yang memperhatikannya, namun Tasya tak mempedulikannya. Malah Tasya membalas dengan senyumannya yang manis saat ada siswa maupun siswi yang melihatnya dengan tatapan sinis.
Saat sampai ditempat tujuan, Tasya mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang.
Ada tangan yang melambai-lambai di meja paling ujung. Dan saat melihat siapa pelakunya, senyumannya langsung mengembang. Dan segera Tasya mendekati orang itu.
"sorry lama! " kata Tasya sambil mendudukan dirinya didepan orang itu.
"ngga papa, Gue juga baru keluar dari kelas kok Ca!" kata Leo dengan senyumannya.
Iya, orang yang ditemui Tasya adalah Leo dan Dimas. Mereka sedang beristirahat dikantin.
"dua kutil Lo mana? "
"hah? Kutil? " Tasya menyergit bingung.
"ck, si Lia sama Tina! Kalo ada Lo pasti ada mereka. Nempeeeelll mulu kerjaannya, udah kaya kutil kan? "
"enak aja Lo kalo ngomong, gitu-gitu mereka juga temen Gue tau! "
Tasya tak terima saat temannya disamakan dengan kutil. Hey, siapa juga yang mau disamakan dengan benda itu?
Apa Tasya, Tina, dan Lia masih berteman setelah kejadian dua bulan yang lalu?
Jawabannya adalah masih.
Setelah kejadian dua bulan yang lalu, Tina sudah meminta maaf pada Tasya. Tina akui kalau Dia terlalu emosi dan tidak bisa mengkontrol ucapannya sendiri.
Dan Tasya dengan senang hati memaafkan sahabatnya itu. Tasya sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan perkataan Tina, karna yang Tina katakan memang benar. Bahwa Tasya belum bisa terbuka dengan temannya, itu semua karna Tasya tidak mau menambah masalah ke teman-temannya. Tasya tidak ingin merepotkan orang lain.
Tapi yang lalu biarlah berlalu, yang lalu jangan dipermasalahkan lagi. Kita jalani saja yang sekarang, dan sekarang persahabatan mereka telah kembali normal.
"mereka Gue tinggal, katanya sih mau ke kamar mandi gitu. Dan Gue juga udah laper, yaudah Gue kesini duluan!"
"eh, Lo udah pesen bel--..."
Perkataan Tasya terhenti saat melihat sosok yang berdiri di samping meja mereka.
"em, boleh Gue ikut gabung?"
Orang itu adalah Refan. Sudah dua bulan Tasya tidak pernah berbicara lagi dengan Refan. Bagaimana mau berbicara, saat melihat Tasya saja Refan seperti menghindar. Tak jarang pandangan mereka bertemu, entah di kantin, dilorong, ataupun saat dilapangan, tapi Refan langsung membuang muka dan mengalihkan pandangannya.
Tasya merasa bingung dengan perubahan Refan akhir-akhir ini. Seperti menjauh dari Tasya. Walaupun mereka sudah putus, tapi masih bisa berteman kan? Dulunya mereka juga bersahabat kok, apa sekarang tidak bisa? Itulah yang dipikirkan Tasya saat melihat perubahan pada Refan.
"eh, Duduk aja kali! Biasanya juga langsung duduk kan"
Leo memecah kecanggungan yang terjadi. Leo sendiri sudah tidak marah dengan Refan, setelah diberi penjelasan dari Refan Leo jadi mengerti kalau Refan juga terpaksa meninggalkan Tasya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kala Hujan
RastgeleSeoarang gadis yang selalu ceria, mebuat orang yang didekatnya tertular oleh kebahagiaan nya. Tanpa orang tau di balik senyumannya yang manis dan sikap yang selalu menghibur orang ada kepedihan yang selalu membuatnya menangis saat dia sendirian. Huj...