15. Pelukan Terakhir

62 13 0
                                    

Selamat membaca 🎉
Maaf kalau menurut kalian membosankan😖🙏

💧💧

Butiran itu kembali jatuh dari awan yang mulanya biru. Hawa dingin mulai menyergap tubuh . Seseorang memandangi hujan yang berada dibalik jendela. Dia duduk di kursi kamarnya yang tepat menghadap jendela. Dipandanginya hujan yang semakin lebat, tak menghiraukan tubuhnya yang mulai kedinginan.

Hujan menjadi teman dalam menjalani kehidupan ini. Setiap tetesan air hujan mengingatkannya dengan banyak kenangan.

Tetesan air hujan beriringan dengan tetesan air yang ada pipinya. Dibiarkannya air mengalir dipipinya. Dia sudah lelah menghapus air itu. Dibiarkan saja, berharap air mata itu akan berhenti dengan sendirinya. Tapi apakah bisa? Disaat hati yang terluka, mata lah yang merasakan kesedihan. Dan sekarang hatinya masih menyimpan luka yang belum terobati.

"Huftttt"

Helaan panjang terdengar dari nafasnya, Tasya sudah lelah dengan semua ini. Dengan semua yang membuatnya merasakan menjadi orang yang sangat tidak beruntung. Tidak beruntung dalam mendapatkan kebahagian, tidak beruntung dalam mendapatkan kasih sayang.

Tidak ada lagi keceriaan yang terpancar dari raut wajahnya. Tidak ada lagi kecerewetan yang terlantun dari bibirnya. Hanyalah air mata yang setia menemaninya.

Tasya merasakan usapan lembut di bahunya, Tasya mendongak. Terlihatlah Bundanya dengan senyuman hangatnya. Senyuman yang menjadi alasan dalam menjalani kehidupan yang keras ini. Tasya membalas senyuman itu dengan senyumannya yang samar. Sangat sulit untuk saat ini melengkungkan bibirnya itu.

"makanannya Bunda taruh dimeja ya! "

Tasya hanya mengangguk pelan. Pandangannya ditujukan kembali ke arah luar jendela.

Risma yang melihat anaknya seperti ini hanya bisa menangis dalam diam, Risma tau betapa hancurnya anaknya saat ini.

"yang tadi pagi belum Kamu makan? Kok keliatannya masih utuh?"

Tidak ada sahutan dari Tasya, Helaan panjang terdengar dari Risma.

"Kamu harus makan sayang! Mau Bunda suapin? " Tanya Risma sambil mengelus surai hitam milik Tasya.

Tasya hanya menggeleng lemah, jangankan memasukan makanan dimulutnya. Melihatnya saja sudah membuatnya mual.

"yaudah kalau ngga mau Bunda suapin. Tapi nanti janji harus Kamu makan ya! " setelah mengatakan itu Risma beranjak pergi dari kamar Tasya.

Tasya memejamkan matanya, tersenyum sinis mengingat betapa kacaunya dirinya sendiri. Betapa bodohnya Dia saat ini, menangisi seseorang yang mungkin bahkan tidak memikirkan Tasya.

Ting

Satu notif pesan masuk di Hp Tasya, dengan malas Tasya membuka pesan itu.

Leontong 🐽
Nanti malem jadi minta dijemput?

Saat membaca pesan dari Leo, Tasya jadi teringat dengan permintaannya kepada Leo. Tasya meminta untuk mengantarkannya ke suatu tempat. Tempat Dia menyelesaikan masalah ini.

Tanpa berpikir panjang, Tasya langsung membalas pesan dari Leo.

Me
Iya jadi


Tasya harap semoga ini memang yang terbaik.

🌛

Malam pun datang, dan Tasya sudah siap-siap dengan pakaian seadanya. Dres simple selutut berlengan panjang berwarna hitam. Tanpa memakai riasan berlebih dan membiarkan rambut hitamnya tergerai.

Di Kala HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang