Chapter 4. Investigasi

164 24 2
                                    

Benito Ganendra memang tidak suka dengan keberadaannya di tahanan. Namun setelah menginjakkan kaki di sini, ternyata penjara tidak seburuk yang ia bayangkan. Walau menjadi tersangka, setidaknya ia masih tidur beralas kasur tipis dengan selimut dan sendirian di selnya. Ia juga diberi kesempatan bertemu dengan tamu kunjungan maksimal tiga kali dalam sehari. Seperti saat ini, ia diberi waktu 15 menit untuk berbincang dengan kedua orang yang bukan sanak keluarga maupun kenalannya. Ia hanya mengenal salah satu diantaranya―Fery―cukup dekat. Di hadapannya kini duduk Fery dan Vira yang sepertinya sangat tertarik mengnterogasinya. Dari awal ia meremehkan kemampuan kedua orang ini. Mereka terlalu muda, tidak memiliki jabatan sebagai polisi apalagi detektif. Rasanya wajar jika ia ragu dengan kemampuan mereka.

Karena keraguan dari orang yang mereka interogasi lah, maka sampai menit kesepuluh kegiatan tanya-jawab tersebut tidak membuahkan hasil. Semua yang dikatakannya sama persis dengan yang dikatakan Desya―semua seperti mengulang saja. Vira menyerah. Ia menghela napas kasar, menarik poninya sekilas lalu menatap kesal sesaat orang dihadapannya―sekilas saja karena tidak ingin membuatnya tersinggung. Ia harus memancing pertanyaan lain yang lebih tepat. "Ah, Pak. Apa kau mengenal Galang dengan baik?"

"Tidak terlalu," jawab Ganendra tenang dan cepat. "Mantan istriku yang merencanakan perjodohan ini. Aku hanya mengenalnya saat ia datang ke rumah untuk melamar anakku."

"Begitu..," Vira tersenyum manis namun penuh akan misteri. "Menurut Anda, apa alasan seseorang bisa membunuhnya?"

Ganendra diam. Ia menatap intens Vira―tidak ingin terjebak dengan setiap perkataannya. "Entahlah. Aku bukan pembunuhnya, jadi jangan tanyakan padaku alasannya."

"Tidak, Pak. Kita sedang berandai-andai saja disini. Misalnya saya. Menurut saya, Galang bisa dibunuh karena ada seseorang yang tidak menyukai pernikahan ini, namun tidak memiliki jalan lain untuk membatalkannya selain membuat Desya dan Galang melakukan cerai mati."

Kini Ganendra menatap Vira penuh minat. Dari kalimatnya, terkesan pendapat Vira merupakan tuduhan untuknya. Ia hanya mengangguk-angguk lalu melihat stopwatch merah yang terpampang di dinding. Tinggal dua menit lagi. Tidak masalah ia mulai serius, mungkin. "Galang itu pengusaha muda yang luar biasa, Nak. Dulu perusahaan ayahnya cukup kecil. Namun, sekarang ia mampu membuat perusahaan pengolah kayu lapis itu menjadi yang utama sehingga sebagian besar perusahaan konstruksi yang berada di atasnya harus bergantung padanya..," Ganendra mulai berbicara. "Kepribadiannya tidak terlalu terlihat. Tapi, diantara orang hebat, pasti juga banyak orang yang akan menyakitinya. Mungkin karena takut tersaingi atau juga dendam? Hahaha.., aku tidak yakin."

Apa yang diucapkannya? Vira bingung namun juga tertarik mendengarnya―seolah ia sudah mendapatkan sebuah kata kunci disana. Bibirnya melengkung ke atas lalu tangannya menopang dagu dengan tenang. "Dendam? Seperti membalas kerugian di masa lalu yang membuat seseorang kehilangan hampir semua hartanya?"

Fery dapat melihat raut wajah Ganendra berubah drastis. Ucapan Vira yang selalu ceplas-ceplos sepertinya berhasil memancingnya.

"Lihat waktunya, sebentar lagi akan habis," ucap Ganendra terkesan mengalihkan pembicaraan sambil mendongakkan kepalanya ke arah dinding atas, tempat tulisan merah yang angkanya selalu berkurang itu menunjukkan waktu 48 detik sebelum pembicaraan terpaksa dihentikan. Pria paruh baya ini berdiri sambil memandang gadis di hadapannya yang sepertinya sedang berpikir keras namun tidak menemukan jalan keluar untuk bertanya padanya. Rasanya ingin membuatnya tertawa.

"Kau tahu, Nak. Sayangnya kau harus menunggu paling cepat sebulan lagi agar bisa bersaksi yang dapat meringankan hukumku―walaupun kau tidak memiliki bukti. Persidangan depan agendanya masih kesaksian dari jaksa. Aku harap kalian bisa datang. Mereka menuntut tentang kekayaan di masa laluku yang lenyap karena pengkhianatan orang lain," kata Ganendra lalu melangkah pergi. Namun sebelum penjaga mengantarkannya kembali, ia memilih berhenti untuk menoleh sekilas ke belakang. "Seminggu lagi. Pastikan kalian datang pada acara pernikahan Desya; kalau bisa dimulai saat acara pemberkatannya."

IN Series 4: PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang