Chapter 5. Pernikahan Kedua

186 24 0
                                    

Gereja hari ini disulap menjadi altar yang indah dan penuh bunga berwarna merah muda dan putih. Bangku-bangku panjang terisi oleh pihak keluarga dan teman dekat pengantin yang akan menikah hari ini. Salah satunya adalah Fery dan Vira yang memilih duduk di bangku paling belakang―dekat pintu.

"Kalian tidak menghormati kakakku dengan duduk di belakang seperti ini?" tanya Cleosa pada Fery dan Vira. Di pernikahan kedua kakaknya ini, ia mengenakan suit berwarna coklat dengan korsase rangkaian bunga berwarna putih. Tatapannya lalu teralih pada Fery. "Apalagi kau yang jelas-jelas sangat dekat dengannya."

Sangat dekat? Ingin rasanya Vira mengungkapkan pertanyaannya. Bukan sekali ini orang-orang yang berada di kediaman Ganendra membicarakan Fery―seperti pemuda itu sudah sangat akrab dan diterima dengan baik di keluarga Ganendra.

"Ini pertama kalinya bagi kami memasuki tempat ini. Jadi, mungkin lebih baik kalau kami duduk di belakang. Lagipula, sekarang aku tidak lagi dekat dengan Desya. Sebentar lagi ia bahkan sah menjadi istri orang lain."

"Hoo.., sok tegar, eh?" goda Cleosa dengan senyum manis yang pertama kali mereka lihat. Merasa tatapan Fery dan Vira menyiratkan keterkejutan, Cleosa pun kembali bungkam dan berdeham untuk mengembalikan kesan garangnya. "Hah.., sepertinya aku memiliki utang penjelasan pada kalian. Bukankah kalian akan menyelamatkan ayahku?"

"Tidak menyelamatkan dalam arti denotatif. Itu malah menambah beban kami," jawab Fery seadanya. Ia juga lupa mempertanyakan hal ini pada Cleosa karena terlarut dalam firasat anehnya.

Pagi ini berbeda dari sebelumnya. Biasanya Fery yang akan menjemput Vira di apartemen Desya. Namun, entah kenapa Vira yang lebih dulu datang ke apartemennya dengan dress merah muda selutut, sepatu, dan rambut diikat rapi dengan jepit rambut mengkilap di atas kiri kepalanya. Saat itu Fery bahkan baru selesai sarapan dan belum mandi karena waktu masih menunjukkan pukul 06.30 pagi, sementara acara pemberkatan yang akan mereka hadiri dimulai dua jam lagi. Saat Fery menanyakan alasan gadis ini terkesan terburu-buru, jawabannya sederhana: "Aku terbangun terlalu awal karena perasaanku mengatakan aku harus datang lebih awal ke pemberkatan Desya dan calon suami barunya."

Walau sejak lama Fery mengutuk setiap pembicaraan Vira yang selalu mengatasnamakan 'perasaan', tapi tetap saja ia tidak bisa tidak waspada. Bagaimanapun, pada pernikahan Desya sebelumnya, sang suami lah yang menjadi sasaran pembunuhan. Sampai saat ini belum ada motif pasti yang dapat menjadi dasar pembunuhan. Namun, sebagian besar beranggapan pembunuh hanya tidak menginginkan terjadinya pernikahan ini.

"Kasusnya saat ini, ada orang yang terus memaksakan adanya pernikahan. Aku yakin, ia adalah ibu Desya. Namun, disisi lain ada yang tidak menginginkannya. Ia adalah pembunuh tersebut," analisis Fery saat melihat pendeta yang sudah berdiri di depan altar. Perkataannya membuat Cleosa menoleh padanya. "Jika benar, berarti siapapun calon suami Desya, ia akan selalu dalam bahaya."

Cleosa menoleh kembali ke depan. Ia bahkan seperti sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan yang melibatkan kakaknya. Membuat Fery mengernyit bingung dan nyaris bertanya mengenai sikap acuh Cleosa jika tidak mengingat perkataan Desya tentang adiknya yang sama sekali tidak peduli dengannya. Dua hal yang sangat ia cintai di dunia ini, yaitu dunia malam dan ayahnya. Dia hanya akan menoleh ke arah Desya jika kakaknya mengganggu hidupnya atau jika ia mati.

"Apa kau punya sedikit gagasan tentang pembunuhan yang menimpa kakak iparmu tiga bulan yang lalu?" tanya Fery pada Cleosa.

"Entahlah. Aku tidak terlalu memikirkannya. Aku bahkan tidak peduli dengan kehadirannya," jawab Cleosa sekenanya sambil menyalakan rokok.

Ingin rasanya Fery memperingatkannya. Walau seumur hidup belum pernah memasuki gereja, tapi ia memiliki sesuatu di dalam diri yang menghormati semua jenis tempat ibadah. Apalagi sebentar lagi yang akan berjalan di karpet merah―dua meter dari tempat mereka duduk―adalah kakak dari orang yang sekarang terkesan santai dengan rokok di tangannya. Geram, Fery memilih jalan lain untuk menarik perhatian Cleosa. "Aku rasa wajar saja jika ada pembunuhan lagi hari ini, detik ini juga."

IN Series 4: PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang