Chapter 12. Pesan Emoticon

158 23 14
                                    

Sarapan sangat pagi―pukul 6 kurang 15 menit―yang terdiri dari nasi goreng dan telur gulung terpampang di meja ruang tengah. Fery yang baru selesai berkemas diri langsung bersiul tatkala menghirup aroma masakan yang sedap berikut tampilannya yang menggugah selera.

"Aku hanya mencampurkan sisa brokoli dan wortel. Kau harus belanja setelah ini untuk memenuhi kulkasmu, Fer." Vira mengingatkan sambil mengambil handuknya.

"Wah, kau benar-benar tipikal istri idaman."

Tidak ada jawaban apapun dari Vira. Gadis itu hanya bersikap dingin seperti biasa sembari berjalan ke arah kamar mandi. "Kau sarapan lah dulu. Badanku terasa gatal karena keringat."

"Kita akan sarapan bersama," Fery berucap, terkesan memerintah. "Sekalipun aku benar-benar lapar."

Vira menghentikan langkahnya tepat sebelum menutup kamar mandi. "Jangan bersikap sok manis seperti tindakanmu untuk tidur di lantai lalu mengeluh salah urat dan masuk angin pada akhirnya. Anak Mama sepertimu tidak pantas mengorbankan diri hanya untuk mendapatkan apresiasi." Pintu nyaris tertutup, namun suara Vira masih terdengar dari sana. "Kau harus berjuang lebih kuat untuk melawan sesuatu yang salah. Mungkin saat itulah kau bisa melunakkan hati wanita."

Pintu tertutup, menyisakan Fery yang terdiam dengan mulut menganga.

***

"Aku ingin bertemu Desya."

Fery tersedak dan refleks menyembunyikan ponselnya. Ia yakin Vira masih duduk di seberangnya dan tidak akan mungkin bisa melihat yang terpampang di layar android tersebut. Tapi, kenapa ia bisa mengucapkan permintaan itu tepat ketika Desya mengirimkan pesan berupa emoji pada personal chat whatsapp miliknya?

Tindakan Fery membuat Vira mengernyit curiga. Ia menjulurkan lehernya lebih tinggi untuk mengintip isi ponselnya. "Jangan-jangan kau berselingkuh dengan Desya ketika ia bahkan sudah menjadi suami orang?"

"Aku tidak―" Fery memperhatikan tangan kanannya yang sedang menutupi benda elektronik tersebut. Sadar akan sikapnya yang malah mencurigakan, ia pun menunjukkannya kepada Vira. "Kau itu seperti paranormal, tahu. Kenapa bisa membicarakan Desya tepat ketika ia mengirimiku pesan? Melihatnya membalas chat saja itu merupakan hal yang langka."

"Lalu, apakah penting untukku tahu?"

Fery mengerjap. "Astaga, jangan terlihat seperti kekasih yang cemburu begitu."

Vira tetap bersikap santai tanpa menunjukkan sikap salah tingkah jika yang dikatakan Fery benar. Ia malah menjawab santai, "Jangan terlalu percaya diri."

Fery bertanya-tanya, seberapa parah ia menyakiti hati Vira sampai gadis itu seperti kehilangan emosi?

"Tadi malam aku sempat mengobrol sebentar via telepon. Aku ingin meminta nomor ponsel Cleosa. Bagaimanapun adiknya Desya adalah yang paling matang dalam hal urusan bisnis gelap. Aku hanya ingin tahu apakah kakaknya terlibat dalam bisnis itu atau tidak. Tapi, pada akhirnya aku malah salah fokus pada nada bahagia Desya. Ia berjanji akan menceritakannya padaku..," Fery mengulurkan benda layar sentuh itu untuk dilihat Vira. "Kurasa ia tidak berjanji. Tapi aku yang memaksa agar ia bercerita."

Vira memperhatikan isi obrolan Fery. Pada bagian atas ruang chat itu, terlihat Fery yang banyak berceloteh dan Desya hanya akan menjawab sekenanya tanpa emoticon. Desya terlihat sebagai orang yang tidak suka berbasa-basi dan jika ingin bicara banyak dapat dilakukan via telepon. Chat terbaru dari Desya berisi emoticon animasi hati warna merah diantara pria dan wanita. Disusul oleh emoticon senyum bahagia.

"Jadi kau menunjukkan ruang chatmu dengan Desya yang tidak terlihat mesra agar aku tidak cemburu?"

Pertanyaan yang sukses membuat Fery mengacak rambutnya perihal stres. "Kenapa jadi salah fokus, ha?" Fery misuh-misuh dengan perkataan 'Jadi siapa di sini yang terlalu percaya diri?' sembari menarik ponsel ke arah tubuhnya tapi dengan tetap menghadap Vira. "Kau pasti melihat perbedaannya. Ia hanya mengirim emoticon jika itu menggambarkan emosinya. Sangat langka melihatnya melakukan itu. Tapi, kali ini coba kau lihat. Inilah yang ingin ia ceritakan padaku."

IN Series 4: PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang