Chapter 14. Ayah

182 23 12
                                    

"Kau yakin?"

Fery menunjukkan rekaman yang sudah ia salin ke perangkat laptopnya. "Aku memeriksanya lebih dari 10 kali dalam sehari―hoaahhmmm..," Setelah puas menarik napas untuk mekanisme kehidupan paru-parunya, ia mengerjap. "Mataku bahkan sudah memerah di pukul 10 malam. Kau pikir aku mengantuk atau tiba-tiba menderita astigmatisma?"

"Entahlah. Asal bukan gangguan jiwa, bagiku tidak masalah." Vira lalu merebut laptop Fery. Ia menekan secara acak untuk melihat kondisi yang terekam CCTV pada waktu kejadian. Baik dilihat sebelum maupun sesudah kejadian, ia tidak menemukan apapun. Desya hanya keluar pada pukul 9 pagi menuju dapur untuk mengambil beberapa buah dan pisau yang memang ukurannya terlalu besar sehingga terasa tidak cocok dengan makanan yang ia bawa. Menurut penuturan asisten rumah tangga, Desya tidak piawai menggunakan pisau buah yang kecil sehingga lebih suka menggunakan yang besar.

Setelah Desya masuk ke kamar, tidak ada lagi yang berada di lantai 2. Vira memantau di ruangan lainnya pada waktu yang sama dan hanya menemukan dua asisten rumah tangga yang mondar-mandir untuk memasak, mencuci, mengelap perkakas antik, dan membersihkan halaman belakang. Salah satu asisten sempat keluar untuk mengambil paket yang diantar oleh kurir. Selain itu adalah hal lain yang terasa begitu normal.

"Jika melihat rekaman ini, semua alibi kuat dan hasilnya tetap saja Desya disebut bunuh diri," Vira berdecak, bersandar pada sandaran sofa. "Sekalipun aneh bagi seseorang yang bunuh diri terlihat ingin keluar dari kamar itu."

Fery fokus pada kertas-kertas di hadapannya―sepenuhnya tidak mendengar apa yang Vira katakan―dan membuat telinganya menjadi korban jeweran sebagai peringatan. Ia mengaduh, lalu menunjukkan satu map kertas yang berjumlah lebih dari 30 lembar. "Ini bukti ruang chat whatsapp Desya. Di sini tidak terlihat adanya tanda-tanda perpisahan sebagaimana orang yang hendak bunuh diri." Fery menunjuk namanya yang berada pada bagian atas. "Tangkapan layar dilakukan 30 menit setelah kejadian sehingga punyaku masih berada di atas. Ia terlihat jarang berkomunikasi dengan Wira yang berarti keduanya tidak terlalu suka berbincang lewat ruang chat online."

Vira mendekat. "Ah, ya, ia sempat bertanya pada Janu soal kepulangan suaminya karena hingga larut malam masih belum menampakkan batang hidungnya. Wira pulang saat tengah malam menggunakan mobil sendirian karena Janu izin tidak bisa menjemputnya. Sepertinya Desya sangat tidak sabar memberitahukan berita kehamilannya, hm..," Fokusnya teralih pada lembaran berikutnya. "Dan ia tidak bisa mengantarkan Cleosa ke bandara, dua hari sebelum kematiannya, karena sedang tidak enak badan. Cleosa hanya membacanya. Sungguh tidak ada basa-basinya."

"Intinya, bagaimana mungkin seorang wanita yang tengah berbahagia hendak memberitahukan berita kehamilannya, malah bunuh diri keesokan harinya?" Fery yang duduk bersila mulai bertopang dagu. "Kecuali jika kehamilan itu tidak diterima oleh suaminya."

Vira tersentak. Ia menatap Fery dengan raut terkejut. "Coba ulangi perkataan tadi."

"Perkataan tadi."

Kepalan tangan si gadis mulai berurat. "Aku tidak main-main, Fer."

"Aku tidak main-ma―baiklah! Kehamilan yang tidak diterima suaminya!" Fery kalah oleh ancaman Vira.

"Tapi, tidak ada bukti ia memasuki kamar itu―jika kita kembali melihat dari CCTV."

Fery mengangguk. "Kau benar. Itu masalahnya."

"Jika ruangan Desya tertutup, bagaimana bisa seorang 'ayah' yang beraroma darah, mendatangi Bella?" Vira mengarahkan kursor pada rekaman setelah kejadian. "Tidak ada seorangpun yang keluar dari kamar Desya maupun ruangan sebelahnya. Hanya asisten rumah tangga yang memasuki kamar Bella untuk memandikannya di sore hari."

"Ayah? Apa maksudmu?"

"Hanya perkataan seseorang gadis berketerbelakangan mental yang kejujurannya tidak bisa diragukan," Vira mengalihkan atensinya pada lemari pendingin Fery. "Dan kesaksian Bibi Ika bahwa beberapa makanan dan buah di kulkas kamar Bella, sebagian besar menghilang. Ia mengecek kondisi kulkas, sehari setelah kematian Desya."

IN Series 4: PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang