9. Keadaan Hati 2

21 1 2
                                    

Sejujurnya, Arlan ingin sekali menerima secarik kertas putih yang bertuliskan 12 digit nomer telfon dan alamat rumah.Tapi, hati nya menolak saat teringat kembali akan hujan yang merusak suasana hatinya.

Kertas itu masih tergelatak dimeja kelasnya. Setelah Arlan menolak, Fajar benar-benar meninggalkan secarik kertas itu. Berharap Arlan mungkin akan berubah fikiran dan mengambilnya.

Haruskah ia menghubungi gadis itu? Mendatangi rumahnya? Tapi untuk apa? Minta maaf lagi? Bahkan ini tidak penting untuknya. Lupakan, come on lupakan Arlan!
Batin Arlan mulai berseteru, meminta untuk melupakan tapi tidak untuk melupakan

Ya, Novel itu baru dikembalikan Fajar 2 bulan setelah Arlan memintanya, keesokan harinya Fajar memberitahu sekaligus memberikan secarik kertas dengan nomer telfon dan alamat rumah gadis bernama lengkap Adinda Dwi Luvita.

Siapa sangka bahwa Arlan akan menolaknya, Fajar pun berinisiatif meninggalkan kertas itu diatas meja kelas yang ia dan Arlan tempati.

🍂🍂

Tanggal merah, hari dimana beberapa aktivitas diliburkan, namun ada juga yang masih beraktivitas tak jarang bila ada beberapa orang yang bekerja perusahaan masih beraktifitas, biasanya hal seperti ini dinamakan lembur yang diaman upah lebih besar dari biasanya.

Tak usah heran apabila melihat pedagang atau tukang ojek online yang masih bekerja, mereka pekerja harian bukan? Yang menggaji dirinya sendiri, tergantung bagaimana banyaknya pembeli dan pelanggan.

Kesempatan libur ini dimanfaatkan Tasya untuk bekerja kelompok dirumah temannya, memanfaatkan sang kakak yang sedang menagnggur tak ada pekerjaan. Awalnya Arlan menolak karna alasan mager (malas gerak) maklum, setiap tanggal merah adalah hari merdeka untuk Arlan bisa bangun siang, kecuali minggu (karna minggu biasa jogging jadi bangun pagi).

Bukan Tasya namanya jika tidak bisa membujuk kakaknya Arlan.

"Ayo dong ka please anterin aku" ucap Tasya mencoba membangunkan Arlan dari posisi tidur, bantal menutupi kepala

"Mager ah! Kamu minta anter ama supir aja"

"Aku maunya sama kakak. Ayo dong ka. Masa kakak tega sih ngebiarin adiknya yang cantik kesana sendiri. Nanti kalo ada cowok yang ngajak aku kenalan gimana?"

"Berisik" Ucapnya tak mau panjang lebar.

Arlan bergegas bangun dan menuju kamar mandi, untuk bersiap mengantarkan sang adik. Sementara Tasya tersenyum menang bagai memenangkan sebuah game.
10 menit berlalu, laki-laki memang tidak seribet perempuan. Tidak perlu berdandan atau apapun yang membuat waktu menunggu lama.

Motor merah yang ia beri nama 'ready' yang dalam bahasa inggris artinya 'Ada' ya motor merah berbody besar memang selalu ada untuknya. Melintasi jalan ibu kota yang tak terlalu ramai hari ini, bagaikan jalan miliknya, Arlan mengendarai dengan kecepatan diatas normal. Tasya yang sudah biasa tak merasa takut sedikitpun ia justru merasa senang. Dan setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.

Tepat didepan rumah yang beralamat Jln. Kemangi Blok Q no 10. Arlan dan Tasya membunyikan bel rumah. Tak lama anak pemilik rumah pun keluar. Namanya Aurel teman sekelas Tasya. Kebetulan pelajaran menyatukan mereka dalam tugas kelompok sebelumnya mereka jarang sekali dapat tugas satu kelompok. Meskipun begitu Arlan sudah mengenalnya jadi tak pernah merasa khawatir atau apapun.

"Perasaan kamu baru tadi WA aku bilang otw, sekarang malah tau-tau udah nyampe" ucap Aurel setelah membuka pintu rumahnya

"Hehe. Aku sama Ka Arlan si pembalap mirip rossy"

"Tasya kalo ngomong suka bercanda Rel. Kebetulan jalan emang lagi sepi jadi gak macet juga" Arlan menimpali omongan Tasya yang takut akan menjadi gosip teman-temannya. Tak ingin disamakan dengan pembalap manapum karna dirinya memang bukan seorang pembalap

LDR (Lebih Dari Rindu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang