.
.
.
.
.
"coba jelasin" Yeri duduk dihadapan kedua adik kelasnya itu, tatapannya tak lepas dari keduanya.
"kak, obatin dulu kek. Sakit ini loh" sungut Chani.
Yeri menghela nafas, kemudian ia kembali mengambil obat merah dan beralih duduk diantara keduanya. Gadis itu kembali mengobati luka di wajah Chani, setelahnya ia mengobati luka di wajah Jeno.
"sudah, ayo cepat jelasin" Yeri hendak berdiri dari duduknya, tapi ditahan oleh tangan Jeno.
Jeno dengan muka datarnya, menggenggam tangan Yeri erat seakan tak ada hari esok untuk menatap gadis itu.
Yeri hanya diam diperlakukan seperti itu, tapi kalau boleh jujur jantungnya sekarang memompa lebih cepat dari biasanya.
"gamau buka suara?" tanya Yeri selembut mungkin, padahal ia mati-matian menahan untuk tidak marah.
"gua liat lu tadi nangis karna si kunyuk ini, ya gua ngga terima aja. Makanya gua tonjok, masih mending tuh muka cuman lecet gitu. Belom aja gua bikin ngga berbentuk tuh muka, biar kak Yeri bener-bener pergi dari hidup lo" jelas Chani dengan nada sarkas.
Yeri terdiam, ia pikir tadi tak ada seorang pun yang melihat. Namun nyatanya Chani hebat dalam menguping dan bersembunyi.
"lu kenapa suka ngurusin urusan orang sih? Lu sama geng an lu itu hobi bener ikut campur masalah gua, risih gua" balas Jeno tak kalah sarkas.
"wajar gua kayak gini, kak Yeri itu udah kayak kakak gua sendiri. Suka sedih gua liat lu kak, om Jongin udah mati-matian ngebahagiain anak cewe satu-satunya ini, tapi dengan seenak jidat lebarnya cowo itu bikin lu nangis dan lemah gini. Ngga ngerti lagi gua" ujar Chani.
Jeno mempererat genggaman tangannya, jelas sekali kalau ia sekarang tengah menahan amarahnya.
Chani berdiri dari duduknya, ia kemudian merangkul tasnya dan menatap kearah Yeri.
"kalau dia bikin lo nangis lagi, gua ngga akan tonjok dia lagi. Tapi nanti gua suruh Felix aja yang nonjok dia, biar mati. Makasih udah obatin luka gua kak" dan setelahnya Chani pergi dari rumah itu.
Yeri terdiam membeku, dipikirannya langsung terbayang wajah Felix. Iya paham maksud dari omongan Chani barusan. Memang diantara ketiga adik kelasnya itu, Felix lah yang paling kalem dan juga paling bahaya jika marah. Jika pukulan dari Chani dan Hyunjin sudah bisa membuat wajah Jeno lebam, maka Felix akan lebih dari itu nantinya.
"kamu ngga pulang Jen?" tanya Yeri dan menatap kekasihnya itu.
Jeno kemudian melepaskan genggaman tangannya dan berdiri dari duduknya, "makasih" hanya satu kata dan setelah itu Jeno pergi meninggalkan kediaman si cantik.
Yeri menghela nafas, rasa lelahnya kini kian menambah. Ia butuh tempat bercerita sekarang, dan saat itu juga nama kak Jungwoo terlintas di benaknya.
Gadis itu membersihkan tubuhnya terlebih dulu, setelah itu ia bergegas ke rumah sepupu semarganya itu.
.
.
.
.
."assalamualaikum" salam si cantik saat membuka pintu rumah kediaman Jungwoo, gadis itu selalu baca salam setelah kejadian dimana ia mempermalukan dirinya didepan teman-teman kakaknya itu dulu.
"waalaikumsalam" Yeri mendapatkan balasan dari ruang tengah. Tapi bedanya, ia mendengar banyak suara dari arah sana. Oh mungkin teman-teman Jungwoo ada disana.
Yeri pun berjalan menuju ruang tengah. Dan benar saja, disana ada teman-teman sebaya nya Jungwoo yang tengah menonton film.
"loh Yer, tumben kesini" ujar Jungwoo yang tengah memakan sepotong pizza.
"di rumah ngga ada orang, jadi aku kesini" jawab di cantik.
"duduk sini Yer" sahut Taeyong yang memberikan ruang disebelahnya. Yeri mengangguk dan duduk disebelah Taeyong.
"udah makan?" tanya Jungwoo.
"belum kak"
"yaudah makan pizza dulu ya, bunda lagi arisan soalnya" Jungwoo menyodorkan pizza ke adik sepupunya itu dan diterima dengan senang hati oleh Yeri.
"Saeron mana kak?" tanya Yeri.
"jalan sama Renjun" jawab Jungwoo. Yeri mengangguk paham, kemudian sibuk mengunyah pizzanya.
"Yer" panggil Taeyong dan Yeri menoleh ke sumber suara.
"katanya lo sama Jeno lagi ga baik ya?" tanya Taeyong.
Yeri terdiam, kemudian mengangguk pelan.
"sebenernya Yeri kesini mau cerita sama kak Jungwoo" sahut si cantik.
Jungwoo yang paham situasi kemudian mematikan tv nya, dan setelah itu menghadap ke arah adik sepupunya itu.
"cerita aja, kita semua bakal dengerin" ujar Jungwoo.
"lo udah kayak adek gua sendiri, jadi gausah sungkan buat cerita" sahut Doyoung dan diangguki oleh yang lain.
Yeri tersenyum dan mulai bercerita tentang masalahnya, ya setidaknya ini sedikit meringankan bebannya. Ditambah ada Taeyong yang tak lain kakak dari Jeno, membuat Yeri mendapatkan beberapa informasi tentang Jeno akhir-akhir ini.
.
.
.
.
."gimana Yer?" tanya Doyoung yang duduk didepan Yeri. Saat ini mereka ada di kantin sekolah, Doyoung dan Yeri makan siang bersama sekalian membahas tentang acara perpisahan anak kelas 12.
"aku udah ngabarin kak Chen, kak Chen bilang ngga janji bisa dateng. Tapi dia bakalan usahain kok kak" jawab Yeri.
"semoga bisa deh" ujar Doyoung sedikit cemas.
"kalau kak Chen gabisa, gimana kalo kakak aja yang gantiin? Duet bareng kak Sejeong gitu" celetuk Yeri.
"big no!" ketus Doyoung.
"loh, kenapa? Nyanyi doang loh ini kak, ngga aku suruh balikkan juga" tanya Yeri polos.
"ngga mau ah, nanti canggung" tolak Doyoung.
"gini nih tipe cowo gamon" sindir Yeri.
"heh ngeledekin?!"
"hehehe becanda kak" balas Yeri sambil menyengir kuda.
Doyoung dan Yeri kemudian melanjutkan makannya, "gimana kalau kamu sama Jeno aja yang jadi cadangan?"
.
.
.
.
.
TBC
Kayaknya satu chapter lagi end nih wkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedial [✔]
Fanfiction[COMPLETED] Ini cerita Lee Jeno, anak 10 IPA 5 yang rela remedial terus-terusan demi ketemu si cantik Kim Yeri anak 11 IPA 2. "Jen, kamu sebenernya pinter kan? Kok ikut remedial terus?" -Kim Yeri. "abis kakak cantik sih, akunya kan jadi pengen ketem...