07. The rain.

171 40 3
                                    

Wassup guys, up lagi. Part ini mungkin tidak begitu menyenangkan atau bahkan membosankan. Maaf:)

Andai hujan tahu, aku nyaman bersamanya. Mungkin hujan tidak akan berhenti dan akan terus turun.




----oOo----



"Jira, mau pulang bareng?" ajak Mark padaku. Aku mengangguk, lagi pula Jisung pulangnya nanti sore. Biasa dia pasti sedang belajar bersama temannya.

"Jalan kaki ke depan sana gak masalah kan?" Aku tersenyum dan mengangguk.

Kami berjalan menuju halte depan, cuaca sore ini mendung, padahal tadi siang cerah. Awan berwarna hitam dan suara gemuruh yang bersahutan di langit menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

"Mark kayaknya bentar lagi bakal hujan," ujarku seraya menatap langit.

"Gimana kita mau pulang? Bus aja gak ada yang lewat kita bahkan gak bawa payung," timpal Mark yang terlihat sedikit khawatir.

"Semoga aja bentar lagi ada bus," gumamku.

Kami duduk di halte, hanya berdua. Hujan deras mulai mengguyur bumi, tidak tanggung-tanggung disertai petir yang membuatku ketakutan.

"Mark aku takut," lirihku gemetaran.

"Sini, sebentar saja," ujar Mark dan menarikku ke dalam pelukannya. Sangat nyaman dan hangat, dan wangi parfum Mark yang entah mulai kapan menjadi favorit ku. Wanginya yang manis, dan sangat mencerminkan kepribadian Mark.

"Terimakasih sudah ada untuk melindungiku," gumamku.

Mark mengusap kepalaku pelan-pelan, terjebak di tengah hujan deras berdua dengan Mark ternyata cukup menyenangkan. Dia baik dan sangat menyayangiku seperti adiknya.

"Kamu suka hujan?" tanya Mark, aku menggeleng. Hujan itu dingin aku tidak suka, apalagi kalau basah-basahan, bisa-bisa aku demam.

"Kamu?" tanyaku balik.

"Enggak juga, hujan sering mebuatku sakit tapi aku gak membencinya. Hanya saja gak suka," tutur Mark.

Menatap wajah Mark dari bawah membuat jantungku kembali berpacu, ada apa ini. Apa aku punya riwayat sakit jantung? Gawat, aku harus memberi tahu bunda. Tapi anehnya gejala itu muncul jika aku sedang bersama Mark saja.

Di sekolah seharian membuat badan serta pikiranku sangat lelah, nyaman berada di pelukan Mark membuatku mengantuk. Ingin menahan untuk tidak tidur tapi tidak bisa, akhirnya aku mulai terlelap.

Aku merasa risih karena ada yang menepuk pipiku pelan, aku membuka mata dan pemandangan yang pertama kali ku lihat adalah Mark.

"Ayo pulang, hujan sudah reda," ajaknya. Aku mengerjap dan mengumpulkan kesadaranku.

Hujan sudah reda, hanya sedikit gerimis. Tapi kami harus pulang karena ini sudah sore, kami tidak mau membuat orang rumah khawatir.

"Rumahmu di mana?" tanyaku pada Mark, saat ini kami masih menyusuri trotoar, jalanan cukup sepi sehabis hujan. Karena orang-orang lebih memilih untuk di dalam rumah dari pada keluar dalam keadaan dingin seperti ini.

"Satu komplek denganmu, aku blok C." Aku berhenti, Mark ikut berhenti dan menatap ke arahku.

"Sangat dekat bukan? Aku blok B, kenapa kita gak berangkat bareng aja?" ujarku antusias.

"Kamu mau? Aku bahkan gak bawa motor atau mobil," ucap Mark, kami berjalan kembali.

"Gak apa-apa, setiap hari aku juga naik bus, tapi kenapa kita gak pernah ketemu?" ucapku sebal.

Perbedaan [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang