21. gesrek

115 20 3
                                    

Up lagi nee.
Vote coment jangan lupa.

Gua yakin cuma neken bintang aja gak ribet dari pada gua yang ngetik puanjang.

Happy reading♥♥

----°°----


Mulut memang pandai berbohong, tapi tidak dengan hati:)

Ketika mulut berbicara tidak tapi hati menentang, maka di situlah mulai muncul keraguan__Na Hyomi.

Author POV.



Pagi hari nan cerah mulai menyapa. Sinar mentari nan berkilau mulai menyeruak masuk di antara celah tirai. Jira masih setia meringkuk di dalam selimutnya. Tubuh semapainya masih terasa malas untuk bangun. Setelah subuh, dia merebahkan diri  sampai akhirnya terlelap kembali.

"Hoaaam, emhhhh." Dia menggeliat, mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya.

Setelah kesadarannya terkumpul, dengan segera dia meraih handuk yang tergantung di samping lemarinya. Berniat mandi tidak terlalu lama, gara-gara kehujanan semalam, badannya masih terasa menggigil.

Keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya, mengusapnya dengan handuk, memberi vitamin kemudian memakai hairdryer.

Menggunakan foundation tipis kemudian memoleskan lipbam warna bibir. Setelah merasa cukup, dia menggunakan bando pink serta jam tangan hitam. Perfect, Jira menenteng tasnya turun dari tangga. Di bawah sana, Jisung, bunda, ayah, dan kakaknya sudah berkumpul untuk makan.

"Selamat pagi kesayanganku," teriak Jira seraya tersenyum manis.

"Kesayanganku banget," cibir Jisung. Untung saja ada ayahnya, kalau tidak mungkin Jira sudah mencubit lengan Jisung sampai dia minta ampun.

"Ayok sarapan dulu, ini rotinya." Bundanya menyodorkan roti selai coklat beserta segelas susu. Jira menerimanya dengan senyum sumringah.

"Ji, aku nebeng ya?"

"Bayar!" ketus Jisung. Jira sudah menahan kekesalannya.

"Awas kamu ya, adek lucknut!" batin Jira.

Jira sudah siap di atas motor Jisung. Dia melambai pada bunda dan ayahnya yang mengantar mereka sampai teras.

"Berangkat dulu, Bun," teriak Jira. Jisung tidak ikut berteriak karena dia sedang menggunakan helm full face nya.

Jisung mengemudikan sepedanya dengan kecepatan di atas rata-rata. Membuat Jira menjerit ketakutan.

"Jisung! Jangan nge-but!" teriak Jira susah payah, karena angin sangat kencang membuatnya kesulitan untuk sekedar berbicara atau pun membuka mulut.

Jisung tidak mengidahkan teriakan Jira. Dia malah menambah laju motornya membuat Jira seakan benar-benar terbang. Dia mencengkram kuat jaket yang Jisung kenakan.

Akhirnya setelah hampir lima belas menit Jira seperti diambang kematian, mereka memasuki area sekolah sehingga Jisung mengurangi laju motornya. Demi apa pun Jira sangat bersyukur karena penderitaannya sudah berakhir.

Perbedaan [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang