Tolong hargai penulis ya, kalian pasti tahu sulitnya mencari ide dan merangkai alur.
Bantu support, ayo baca dan jangan lupa vomentnya:)
Kalau kamu tahu rasanya hujan di saat langit tidak mendung. Berarti kamu juga tahu rasanya air mata jatuh di saat bibir tersenyum.
----oOo----
Aku melangkah dengan malas menuju kelas, entah mengapa akhir-akhir ini moodku selalu memburuk. Hari ini sebenarnya aku malas ke sekolah, tapi apa daya. Hari ini ada ulangan Matematika, jadi harus tetap masuk.
"Hei, Jira!" Suara Kingkong Wakanda terdengar nyaring di koridor. Aku menoleh dan menatapnya dengan sedikit horor.
"Kenapa mukamu kayak gitu?" tanya Lucas, dia mengangkat daguku hingga pandangan kami bertemu.
"Don't touch me ok!" sarkasku lalu menghempaskan tangannya kasar.
"Ayolah, Jira yang ku kenal gak sekasar ini," keluh Lucas dengan berkacak pinggang.
Tanpa menjawab lagi pembicaraannya, aku berbalik dan mulai melangkah menjauhinya. Ternyata dia masih mengejarku.
"Jira, dulu kamu menyukaiku, tapi sekarang ketika aku sudah menyukaimu juga, kamu malah membenciku?" cerocosnya sambil berjalan mengikuti kemana aku melangkah.
"Anggap saja itu sebagai balasan!" Aku tersenyum sinis dan meninggalkannya masuk ke dalam kelas, terdengar dia berteriak frustasi di luar sana.
"Jira, sudah siap untuk ulangan hari ini?" tanya Lami, dia memutar kursinya dan menghadap ke belakang.
"Tentu saja siap," jawabku tersenyum.
"Siap apa?"
"Siap untuk pusing, hehe." Kami berdua tertawa karena jawabanku.
Ulangan Matematika harus selalu siap, siap pusing, siap frustasi dan siap berbagi. Sudah menjadi tradisi kami para kaum IPS, jika ada ulangan pasti akan saling berbagi jawaban. Meski kami tahu itu salah, tapi terpaksa karena otak kami yang sama-sama pas-pasan.
***
Ulangan dimulai, bu Soojin mulai berkeliling mengecek tiap siswa karena takut ada yang ngerepek. Aku menunduk seakan-akan fokus pada soal, sedangkan Mark, dia sibuk menghitung dan memasukan rumus.
"Kamu bisa?" Aku menggeleng menanggapi pertanyaan Mark.
"Makanya belajar, jangan cuma ribut sama Jisung," cibirnya pelan, aku menyenggol lengannya dan menatapnya sinis.
"Aku sudah belajar, hanya saja tadi pagi otakku kena restart, jadinya hilang semua materinya," alibiku dan juga sebagai pembelaan diri.
"Alasan kamu, aku tahu kamu gak belajar semalam," ujar Mark setengah berbisik karena takut kedengaran bu Soojin.
"Hehehe, kok tahu?"
"Kebiasaan!" singkat Mark. Aku mendengus dan kembali mengerjakan soal, sekali-kali memanggil Lami untuk meminta jawaban.
Ulangan Matematika akhirnya selesai, selesailah semua kebingungan dan juga rasa pusing yang telah menemani selama satu jam.
"Mau ke kantin?" ajak Mark, aku mengangguk.
"Gak ngajak Yira?" tanyaku.
"Gak, aku gak suka, dia terlalu berlebihan." Aku tidak mengerti maksud dari perkataanya.
"Maksudnya?"
"Dia gak kayak kamu, dia manja," ujar Mark lirih.
"Hmm, kenapa harus jadi kayak aku. Dia kan Yira bukan Jira," elakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perbedaan [ On Going ]
Fanfiction[Judul sebelumnya: Cinta & Agama] Ini bukan cerita tentang fakboy bertemu fake nerd, bukan tentang badboy bertemu badgirl. Bukan pula tentang CEO dengan skertarisnya. Hanya sebuah kisah cinta dari dua orang yang berbeda keyakinan. Sebuah kisah cinta...