10. Ancaman!

151 34 4
                                    

Up lagi, ayo kasih semangat.
Baca ya, jangan cuma di vote dan coment.

Di rumah aja, baca wattpad. Jangan keluyuran kalau tidak ada perlu, ok? Aku sayang kalian💚🐰


Kau tahu? Kehadiranmu itu sangat berarti bagiku. Jadi jangan pernah pergi...


----oOo----



Aku dan Mark sedang berada di perpustakaan, kami berniat belajar bersama dan libur ke kantin untuk hari ini, lagi pula tadi pagi kami sudah sarapan.

"Mark kita mau belajar apa dulu?" tanyaku seraya menatap Mark yang masih berpikir.

"Maumu?"

"Bahasa Inggris?" Mark menertawaiku.

"Bahasa Inggris itu gampang," sahut Mark setelah dia puas tertawa.

"Gampang dari mananya? Kamu enak pindahan dari Canada yang memang kalau ngomong pakek bahasa Inggris," ucapku dengan wajah kesal.

"Maaf, ayo belajar Matematika dulu," ajaknya, aku mengangguk.

Mark mulai mengajariku cara memasukan rumus dan memberitahuku macam-macam rumus. Dan aku? Aku hanya mengangguk, kemudian belajar lagi. Cukup melelahkan belajar Matematika.

"Itu salah, kalikan yang ini dulu." Aku mengangguk lagi dan menulis sesuai perintahnya.

"Kok ini gak ada jawabannya?" ucapku kaget.

"Tentu ada, kamu aja yang gak tahu!" jelasnya dan membantuku mengerjakan soal.

"Ayo lanjutkan, sekarang soal yang ini," ucapnya sambil menunjuk soal di buku paket.

Kepalaku mulai pusing melihat rentetan angka yang berbaris dengan rapi, tapi rumit.

"Ahhh, Mark! Aku menyerah." Aku berteriak dan menaruh pensil dengan kasar.

"Jira, ayo semangat jangan gampang menyerah!" gumam Mark, aku memejamkan mata dan menyenderkan punggungku pada kursi.

"Kepalaku pusing, aku butuh air," keluhku, dan kamu tahu jawaban Mark?

"Air? Tunggu sebentar aku akan mengambilkannya," ujarnya, aku heran memangnya dia mau ngambil di mana? Setahuku dia tidak pernah membawa air.

"Di mana?" tanyaku.

"Di kran depan, tadi aku melihatnya." Aku gemas mendengar jawaban Mark. Rasanya ingin ku lempar dia dari sini ke lapangan bawah.

"Ihss, kamu menyebalkan!" ucapku sinis.

"Makanya jangan banyak alasan!" balas Mark. Siapa yang alasan?

"Siapa yang banyak alasan? Aku benar-benar haus, tolong ambilkan air!" pintaku dengan merengek pada Mark.

"Tidak!" jawabnya acuh.

"Sejak kapan Mark ku jadi begini?" Aku cemberut.

"Sekarang!"

"Markk...!" kali ini aku berteriak.

"Jangan berteriak nanti dimarahi petugas." Mark menutup mulutku dengan tangannya. Aku meronta dan melepas tangannya. Tidak, tangan Mark tidak bau. Tapi siapa yang tahan tidak bernapas? Tangan Mark bahkan juga menutupi hidungku.

"Woy, jangan rame!" teriak salah satu pengunjung perpustakaan. Ternyata si mulut pedas, Renjun! Aku dan Mark tidak menghiraukannya.

"Ayo ke kantin," ajak Mark yang kemudian membereskan buku dan alat tulisnya. Aku juga membereskan bukuku, kemudian melangkah keluar perpustakaan bersama Mark.

Perbedaan [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang