TIGA

7.7K 760 25
                                    

Nesya tampak ceria memandang ke arah Kak Gibran yang selesai mewawancarai narasumber. Zhafira sampai berulangkali mengayunkan telapak tangannya di depan wajah Nesya, saking teman barunya seperti terhipnotis melihat wajah tampan kakak seniornya yang satu ini.

Narasumber yang mereka datangi, adalah owner banyak rumah sakit berbasis green hospital di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Zhafira sendiri tidak tahu nama lengkap pengusaha itu. Yang jelas, lelaki kharismatik ini, mungkin hanya selisih beberapa tahun di atas usia Papa.

Selesai sesi wawancara, Kak Gibran mampir ke restoran Saung Bambu dan mentraktir kedua adik kelasnya, makan siang menjelang sore. Selain wajah tampan, Kak Gibran juga sosok idaman. Dia tidak pelit. Mumpung gratis, Zhafira tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia nambah pesan cumi mayonaise dan gurame bakar.

"Nah, hari ini kalian berdua bisa melihat kan, apa saja yang harus disiapkan sebelum wawancara. Pertama, membuat perencanaan dan jadwal nama tokoh yang akan mengisi Profil. Ini ke depannya akan kita buat timeline dalam satu tahun terakhir.

Cari nama lengkap, biodata dan nomer kontaknya. Selain 12 nama yang kalian tulis untuk rencana 1 tahun ke depan. Kalian juga harus menyiapkan 2 nama lain sebagai alternatif. Kalau-kalau Narasumber utama tidak bisa. Sampai sini, mengerti kah? Atau masih bingung?"

Kak Gibran bertanya dengan lembut, menikmati momen dimana kedua mahasiswi baru di depannya, menatap dengan penuh kekaguman.

"Kedua, memastikan H-7 untuk membuat appointment. Biasanya dengan sekertaris tokoh yang bersangkutan. Pastikan hari, tanggal, jam dan tempat pertemuan. Ketiga, mempersiapkan alat perekam, video dan kamera untuk dokumentasi. Keempat, editing untuk artikel kita lakukan H+1 wawancara. Kita diskusikan bersama.

Setelah itu kita ketik dan masukkan ke dalam website. Nah, berhubung pertemuan tatap muka kita hanya pekan ke-4, tolong luangkan waktu besok untuk hadir. Kalau sudah selesai, kalian bisa kembali fokus kuliah. Dan ingat, kalian hanya wajib ekskul setahun ini. Selanjutnya kalian bisa datang atau tidak. Dengan catatan ada regenerasi angkatan di bawah kalian. Ada lagi yang mau ditanyakan?"

Zhafira mencubit pergelangan tangan Nesya yang terlihat bersemangat hendak bertanya. Gadis itu mencegah temannya memperlama waktu mereka di luar kampus. Karena sudah lewat Ashar.

Terdengar suara klakson mobil di depan resto. Papa sudah beberapa kali miscall.

"Kak, maaf saya sudah dijemput. Nesya mau bareng?" Zhafira menawarkan.

Kak Gibran dengan gentle mengatakan akan mengantar Nesya sampai rumah. Wajah teman barunya itu berubah merona mengetahui bahwa dia akan pulang bersama Kakak senior terfavorit.

Kedua pasang mata milik Gibran dan Nesya menatap dari balik kaca jendela resto. Seorang lelaki separuh baya yang terlihat tampan dan karismatik, keluar dari mobil dan memeluk Zhafira. Tidak hanya itu, lelaki itu juga mengecup puncak kepala Zhafira dan menggandengnya masuk ke mobil.

Kak Gibran dan Nesya saling berpandangan.

"Itu... Papanya Fira?"

"Mungkin Kak. Nesya juga baru kenalan sama Fira. Tapi kok Bapak-bapak itu mukanya nggak mirip ya, sama Fira."

Kak Gibran juga masih memperhatikan dengan tatapan menyelidik. Ya, sepertinya mereka berdua adalah Ayah dan anak. Berdua dengan Nesya, mereka juga menyusul keluar dari resto, setelah Gibran membayar tagihan. Habisnya lumayan banyak. Sampai 400ribu.

***

*Kampus Hijau*

Semalam Fira ketiduran. Entah karena lelah pulang sampai rumah, sudah malam karena jalan macet. Dia dan Papa sampai berhenti di pom bensin untuk mengejar waktu sholat Maghrib di Mushola. Atau mungkin juga tidurnya semalam pulas, karena kekenyangan. Yang jelas, dia tidak sempat mengedit hasil wawancara. Niatnya dia akan mengerjakan saat pulang kuliah hari ini.

Ms Careless and Mr Perfect (Tamat Di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang