LIMA BELAS

4.6K 482 30
                                    

"Ketika aku meragu untuk melakukan semua ini,
Kamu malah muncul dengan segenap amarah dan salah paham,

Membuat satu sisi diriku menggelap,
Meski sebenarnya aku tidak ingin."

(Rafa)

***

Perempuan itu menarik napas berulang, membaca notifikasi yang masuk ke ponselnya.

"Selamat pagi Dokter Fara. Saya dapat nomer telepon Ibu dari data orangtua mahasiswa atas nama Zhafira Zahida. Bisa kita bertemu hari ini di Kafe Pelangi jam 4 sore? Terimakasih.
(Rafa)."

Fara, dia telah menunggu di kafe setengah jam lebih awal. Dia sedikit gelisah karena isi pesan yang menuliskan nama putrinya ada di sana bersama pengirim seorang laki-laki.

Sore itu kaca kafe terlihat buram dengan butir air hujan yang bergabung dengan udara luar. Seorang lelaki muda berlari dari tempat parkir mobil, membawa payung di antara rintik hujan. Masuk ke dalam kafe, ia meletakkan payung dan langsung menyadari kehadiran perempuan seusia Ibunya, duduk sejurus dengannya.

Rafa boleh jadi berharap perempuan yang wajahnya serupa dengan Zhafira ini, adalah orang yang ketus dan jahat. Sehingga rencananya bisa berhasil untuk merebut kembali tempat yang seharusnya menjadi milik Mama Kayla.

Bukankah karena Papa Zaviyar menikahi perempuan ini, sehingga Mama menjadi depresi dan akhirnya tinggal di rumah sakit jiwa. Tapi kenyataan lain berbicara.

"Assalaamu'alaikum. Saya Fara."

Perempuan itu tersenyum tanpa mengulurkan tangan. Dia mengucapkan salam sembari merapatkan kedua telapak tangan di dada. Persis layaknya pramugari yang menyambut penumpang yang akan masuk ke dalam kabin.

"Kamu pasti Rafa, teman kampusnya Zhafira?"

Perempuan ini pasti hanya berpura-pura ramah padanya. Ia menahan kecewa karena sepertinya Tante Fara perempuan yang baik. Tapi mengapa dia merebut Papa Zaviyar dari sisi Mamanya. Perempuan yang baik tentu tidak akan melakukan hal itu. Coba kita lihat, apa setelah ini, Tante Fara masih bisa tersenyum lagi.

"Ya Tante, saya Rafa. Senior Zhafira di kampus. Langsung saya Tante, maksud saya datang adalah untuk ini."

Rafa mengeluarkan selembar foto Mama dan lelaki bernama Zaviyar. Berhasil, raut wajah Tante Fara berubah ketika melihat foto itu.

"Ini Mama saya, namanya Kayla Kasandra. Dan lelaki ini adalah Papa saya, namanya Zaviyar. Saya benci dengan lelaki ini, karena dia meninggalkan Mama dalam kondisi hamil dan depresi. Beruntung ada pasangan suami istri yang mau merawat Mama serta bayi yang dilahirkannya.

Kata Kakek, selain depresi berat, dua tahun terakhir, Mama juga mengalami sakit kanker leher rahim yang menyebabkan harus keluar masuk rumah sakit untuk kemoterapi. Yang saya inginkan sekarang adalah keadilan. Saya akan menuntut apa yang menjadi hak saya."

Fara tidak bisa menyembunyikan tatapan matanya yang juga terluka. Dia menahan rasa kecewa saat melihat potongan masa lalu Zaviyar dengan Kayla. Pose keduanya tampak intim berpelukan di tepi pantai, di depan sunset yang indah. Fara terkejut namun dia tetap berusaha mengendalikan emosinya.

"Rafa, sekarang usia kamu berapa?"

Rafa balas memandang tajam. Ia ingin menunjukkan bahwa perkataannya tidak main-main.

"Dua puluh dua."

Fara berhitung di luar kepala. Lelaki ini empat tahun lebih tua dari Zhafira. Berarti dia lahir di saat tahun pertama pernikahannya dengan Zaviyar. Apa mungkin.... Ah, tidak mungkin Kayla hamil lebih dulu sebelum dirinya dan Zaviyar menikah.

Ms Careless and Mr Perfect (Tamat Di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang