LIMA

6.7K 720 19
                                    

"Kenyataan bahwa kamu datang dan pergi setelah semuanya terlambat, itu sangat menggangguku."

                                     (Al)

***

Semalam Papa keluar kamar. Diam-diam Zhafira bangun dan begitu melihat jam di samping tempat tidur, gadis itu menangis. Dia lupa kalau sudah melewatkan janji untuk wawancara dan juga makan malam dengan Om Bintang, narasumber untuk profil di website.

Ragu sekaligus rasa takut menyelimuti hatinya saat jari tangan Fira menyentuh angka di layar ponsel untuk menelepon Kak Al. Benar saja dugaannya, Kak Al benar-benar kejam, usai dia memberanikan diri menelepon, lelaki itu memintanya menulis surat pengunduran diri dan tidak menerima sedikit pun penjelasannya.

Fira memang mengakui, dia salah. Dia keterlaluan. Tapi dia tidak pernah memilih mengalami demam tinggi mendadak seperti tadi sore. Dia memang sensitif kalau sudah kehujanan. Antibodinya seolah langsung bereaksi dan hujan itu semacam 'virus' yang menguji daya tahan tubuhnya. 

Setelah selesai sholat Isya, dia memang langsung tertidur pulas dan baru bangun menjelang pukul 11 malam. Gadis itu masih mengingat hangatnya pelukan Papa. Mungkin kalau demamnya belum turun juga, Papa akan tidur sampai pagi, di sampingnya. Itu biasanya jadi obat mujarab. Meski kadang Mama suka ngomel. Kata Mama, Fira sudah akil baligh, nggak boleh sering kelonan sama Papa.

Yang membuat Fira sedih saat ini, adalah sifat pelupanya yang kalau sudah kambuh, bisa membuat semua orang di sekitarnya, emosi jiwa. Ponselnya lagi-lagi mati, lupa dia charge untuk kesekian kali. Benar kata Khansa, kali ini dia harus membayar mahal kecerobohannya. Khansa memang tidak memecatnya sebagai teman, tapi Kak Al sudah memecat dan mendepaknya pergi.

Zhafira mencuci muka di kamar mandi dan menatap wajahnya di cermin. Fira... kamu harus kuat. Kamu kan sudah biasa ceroboh, sudah biasa pelupa, sudah biasa dimarahi orang. Minimal, kamu juga sudah berusaha memperbaiki diri dan minta maaf. Perkara orangnya nggak mau maafin kamu, itu sudah urusan dia sama Allah. Semangat ya Fir...  gadis itu  berusaha menghibur dirinya sendiri, sambil menatap kelopak matanya yang bengkak akibat terlalu heroik menangis.

Besok, setelah mengirim surat pengunduran diri, dia bertekad akan mencari info barangkali ada ekskul lain yang masih membuka lowongan anggota baru. Dia tidak mau menunggu sampai tahun depan dan bergabung dengan adik kelasnya yang selisih satu tahun, hanya untuk mengikuti ekskul wajib.

Setelah berwudhu dan sholat Tajahud, Fira bersandar di dinding kamar tidurnya. Kakinya masih betah meregang, di atas sajadah yang empuk. Sajadah ini dia beli ketika umroh dengan Papa dan Mama, saat liburan sambil menunggu pengumuman kuliah. Sajadah yang tebal seperti ini, membuatnya lebih nyaman dan ingin lebih lama sujud dalam sholat.

"Kepada Yth Kak Salman Alhamasah..."

Fira mencoret garis dua dengan pulpen. Ah, terlalu formal bahasanya. Kayak mau melamar pekerjaan aja.

"Kak Al yang saya hormati..."

Huh... Berasa lagi hormat ke tiang bendera. Sudah beberapa kertas putih dia habiskan dan berakhir dengan gulungan kertas kecil yang siap memenuhi tempat sampah.

"Assalaamu'alaikum.

Terimakasih Kak Al, atas kesempatan yang diberikan pada saya untuk bergabung di ekskul Pulse.

Saya minta maaf telah mengecewakan Kakak. Saya berharap Kakak bisa bertemu lagi dengan orang yang tidak ceroboh dan pelupa seperti saya.

Hanya orang-orang hebat dan sempurna yang bisa menjadi tim Kakak. Saya salut. Dan saya sadar, saya tidak bisa masuk ke dalam kriteria. Dari pada saya stress dan Kakak juga stress, lebih baik saya keluar. Terimakasih.

Ms Careless and Mr Perfect (Tamat Di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang