SEBELAS

4.8K 548 10
                                    

"Karena memandang wajahmu yang sedang tersenyum saat ini,

menularkan virus kebahagiaan yang belum dapat kutemukan obat penawarnya."

(dari pengagum rahasia)

***

"Iya Kak, aku sudah mau sampai."

"Oke, ditunggu." Al menutup line telepon.

Tidak sulit taksi biru yang membawa Zhafira, menemukan rumah Kak Al. Karena yang punya, sudah berdiri di depan pagar sambil membawa payung. Kata Nesya, Kak Al sudah tahu insiden waktu dia mendadak demam karena kehujanan dan batal wawancara untuk kedua kalinya. Kak Gibran yang cerita ke Nesya, katanya Kak Al merasa bersalah karena memecat Fira.

Meski dulu Kak Al seolah tidak mau menerima penjelasannya, tapi sekarang Fira merasa lelaki itu berubah lebih sabar menghadapinya. Padahal Fira sering mengira Kak Al tokoh antagonis di ekskul Pulse. Ternyata dia salah. Dia hanya belum mengenal lebih dekat sosok lelaki itu.

"Nggak nyasar kan?"

Kak Al membuka pintu dan membantu barang yang dibawa oleh Zhafira. Gadis itu terlihat kikuk karena baru pertama kali ini, dia masuk ke rumah teman laki-laki. Dia juga pernah main ke rumah Kak Rasheed, putra dari sahabat Mama. Tapi dia sudah menganggap Rasheed seperti Abang tertua baginya.

"Ini rumah Kak Al? Orangtua Kakak ada di rumah?"

Fira masuk dan memandang desain modern minimalis di rumah Al, dengan penuh kekaguman.

"Ini rumah saya sendiri, Fir. Baru ditempati satu bulan. Orangtua saya tinggal di rumah yang lain, di Jakarta Selatan. Sorry ya, kalau masih berantakan. Fira mau minum apa?"

"Fira minum air putih aja Kak. Terimakasih."

Berantakan apanya. Rumahnya bersih dan rapi seperti ini. Berantakan itu ya kamarnya Fira. Karena ada aja barang yang susah ketemu di dalam kamarnya, entah dia lupa menaruh dimana. Sehingga Mama sering ngomel karena dia hobi berantakin kamar setelah dirapiin sama Bibik.

Pandangan gadis itu berhenti di ruang tamu. Dia menatap sosok perempuan yang masih tertidur di sofa.

"Kak, ini Tante yang tadi Kakak ceritakan?"

Al mengangguk. Gadis itu menyimpan tas ransel dan mencuci tangan. Dia kemudian mengeringkan tangannya yang basah dan segera berinisiatif mengambil pakaian ganti. Al memanggil Bibik untuk ikut membantu. Al dan Pak Kadri, suami Bik Siti, menunggu di teras belakang rumah yang memiliki pintu terpisah dari ruang tengah. Ia membiarkan Bibik merentangkan seprai untuk menutupi Fira yang sedang menggantikan pakaian basah milik perempuan asing di ruang tamu.

Suara ketukan halus terdengar dari balik pintu. Fira tidak butuh waktu lama untuk menggantikan baju. Al berdua dengan Bibik, memindahkan perempuan itu ke kamar. Tadinya Fira mau membantu, tapi Kak Al tidak mengijinkan.

Sampai di kamar utama yang semula Al siapkan untuk Ayah dan Bundanya bila hendak menginap, lelaki itu memindahkan posisi gantungan pakaian di samping tempat tidur. Fira tidak henti memperhatikan Kak Al yang menyiapkan alat infus.

"Fira, bisa bantu pegangin pergelangan tangan disini?"

Gadis itu menurut. Kak Al menghubungkan makro set infus dengan botol cairan kristaloid. Dengan teliti lelaki itu mencari akses untuk menusuk setelah titik yang akan dituju, dibersihkan dengan alkohol swab.

Timbul desiran aneh di dada Fira. Baru kali ini dirinya hanya berbeda beberapa jengkal dari lelaki itu. Dia bahkan bisa menghirup wangi dari Kak Al. Parfum yang dikenakannya tercium aroma maskulin, segar namun lembut pada saat yang bersamaan.

Ms Careless and Mr Perfect (Tamat Di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang