Bathtub

18.9K 1K 55
                                    

Baru saja aku meletakkan kunci mobil di atas bufet, ketika Andra muncul dari balik dapur. Pemilik wajah yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu segera mendekat. Kemudian, tubuh yang bertelanjang dada itu memelukku erat.

"Udah pulang, Vin?" tanyanya seraya mengecup pucuk kepala. "Aku udah masakin kamu air panas."

"Water heater-nya masih rusak?" tanyaku, lalu melingkarkan kedua tangan manja di punggung yang kekar, menghidu aroma yang kurindu seharian.

"Tukangnya udah aku teleponin, iya-iya doang. Kamu punya contact tukang reparasi yang lain, enggak?" Andra meregangkan pelukan, meraih lenganku untuk didorong sedikit mundur, hingga wajah kami bisa saling menatap.

"Enggak, ya?" Dia menebak. Aku menggeleng. Dia ikut menggeleng, kemudian menghela napas. Lalu, menarikku lagi ke dekapan. "Punya istri wanita karir, bikin aku kangen melulu. Jarang ketemu."

Aku terkekeh di dadanya. Meninggalkan kecupan singkat di sana, kemudian melepaskan diri dari dekapan Andra.

"Mau mandi. Asem!" ujarku sambil merengutkan bibir dan hidung, lalu beranjak ke arah kamar.

"Aku angkatin air panasnya!" Kemudian, terdengar langkah-langkah menuju dapur.

Memasuki kamar, segera kulepas tas yang sejak tadi masih tercangklong di bahu, untuk kukaitkan ke tiang gantungan. Setelahnya melangkah menuju kamar mandi di sudut kamar.

Kunyalakan keran untuk mengisi bathtub yang kosong. Sedikit bersenandung saat melepas ikatan rambut, dan membiarkannya tergerai.

Andra tiba-tiba saja sudah berada di ambang kamar mandi, menatapku dengan panci berisi air panas di tangannya. Terlihat jakunnya bergerak, sebelum akhirnya melangkah melewatiku untuk menumpahkan air panas ke dalam bathtub.

Kuperhatikan tangannya bergerak di atas air, sepertinya sedang mengukur kadar panas. Sebelum akhirnya dia mematikan keran yang tadinya mengalir deras.

"Makasih, Sayang," kataku, saat dia berbalik dan menatapku lagi.

Andra terlihat menghela napas, kemudian berdecak. Diletakkannya panci ke lantai, kemudian bersidekap.

"Kemeja kantoran, rok ketat di bawah lutut, rambut tergerai dengan bibir yang masih dibalut lipstik merah." Andra berkata seraya memindaiku, menghunjam pandangan pada kemeja, rok, juga wajahku setiap kali dia menyebutkan bagian-bagian yang terucap. "Why you're so sexy, Vini?"

Aku menarik senyum, dengan sengaja mengibas rambut secara dramatis, sementara tanganku mulai bergerak bermaksud membuka kancing kemeja ketika Andra berseru lantang, "Don't!"

Sontak tanganku terhenti. Kupikir dia bermaksud mengajakku bermain-main tadi. Apa aku salah tangkap?

Aku bergeming dengan tangan masih di atas kancing kemeja, sementara Andra mendekat dengan cengir dan helaan napas berkali-kali.

"Mau kubantu?" Ditariknya tanganku yang masih memegangi kancing, berganti dengan tangannya yang mulai membuka kancing pertama kemejaku. "Atau ... mau kutemani mandi?" Dia sudah berhasil membuka kancing kedua.

Aku menahan napas. Dia selalu seksi dengan kebiasaannya bertelanjang dada. Menunjukkan kotak-kotak nan padat di bagian perut. Dia juga romantis, pandai membuatku luluh dan hanyut seperti sekarang.

Entah sejak kapan kemejaku sudah luruh ke lantai. Rok yang menutupi bagian bawah tubuh, masih melekat saat Andra menarikku rapat ke tubuhnya. Bibirnya rapat di pipiku, ditarik naik sampai ke cuping telingaku. Kemudian berbisik, "My sexy wife ...."

Aku terengah, padahal dia belum melakukan apapun. Jemarinya mulai bermain di punggung, sementara lidahnya bergerilya di telinga. Tanpa sadar, sepasang mataku memejam, menikmati dengan debar di dada yang seakan berlarian.

DOUBLE DATE - TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang