Andra tampak tercengang, begitu juga Lia yang langsung melepas pelukan dari pinggang suamiku dan mundur selangkah. Aku masih menekan klakson sejadi-jadinya, membenci apa yang terlihat di depan mata.
Tanpa kusangka, dari dalam sana muncul orang tua Andra. Mereka menghampiri dengan tergesa. Mau tidak mau, kuangkat tanganku dari klakson. Kupejamkan mata, menarik napas dalam-dalam untuk diembuskan kembali.
Ketika mata kubuka, terlihat ibu mertua yang menunjuk-nunjuk ke arahku dengan bibir yang bergerak-gerak. Pasti dia marah sekali. Dengan cepat aku turun dari mobil, berdiri di sisi kendaraan itu dengan gelisah.
"Kamu gila? Jam berapa ini?!" Itu ucapan pertama yang terdengar dari bibir ibu mertuaku. Matanya terihat berkilat, bahkan di tengah pencahayaan yang tidak begitu benderang. Ayah mertuaku hanya menggeleng-geleng dengan kilat mata yang sama geramnya, walau tidak mengucap sepatah kata pun.
"Ma-maaf ...," kataku meski tidak yakin apa terdengar.
Aku menatap ragu ke arah Andra, mencoba meminta pembelaan meski perasaan marah masih menyelip. Suamiku itu terlihat berpaling mentatap ke arah ayah dan ibunya.
"Aku cinta Vini, tolong jangan mengatakan apa pun yang buruk tentang dia. Dan masalah Lia, sudah berapa kali kujelaskan? Apa itu sangat sulit dimengerti?"
Ada perasaan berdebar ketika Andra mengucapkan setiap kata dari mulutnya. Dia terdengar bersungguh-sungguh. Lalu, dia berjalan keluar dari pekarangan rumah Lia, menghampiriku. Dengan tergesa ditariknya tangan ini, dan memintaku masuk ke mobil bagian penumpang, sementara dia duduk di belakang kemudi.
Andra menginjak pedal gas tanpa basa-basi lagi. Ragu, kulirik ke halaman rumah Lia. Terlihat mantan istri Andra itu tersengguk di pelukan ibu mertuaku, sementara ayah mertua hanya menatap mobil kami yang bergerak keluar halaman.
Aku bisa memastikan kalau kendaraan kami bergerak ke arah apartemen. Kulirik ke arah Andra yang terlihat muram.
"Aku ... marah," kataku sambil menatap sisi wajah bagian kirinya dengan lekat. "Cemburu sama Lia."
"Aku tau." Andra menyahut, lalu dia kembali diam.
Aku menghela napas, menahan agar amarah tidak meledak lagi karena Andra sama sekali tidak berusaha menjelaskan. Namun, aku benar-benar merasa geram. Rasanya mau meledak. Meski dia membelaku di depan orang tuanya tadi, tetap saja aku masih merasa gusar.
Sama seperti siang tadi, kami berhenti di lobi apartemen. Andra membiarkan petugas valet membantu memarkirkan kendaraan, dan menarik tanganku masuk ke dalam lift untuk mencapai unit apartemen kami.
Baru saja pintu unit apartemen kami tebuka, Andra langsung mendorongku rapat ke dinding belakang pintu. Menahan kedua bahuku di dinding, menatap dengan napas memburu yang hangatnya langsung terpapar ke wajahku.
Kedua mata ini sontak membelalak, mengerjap beberapa kali karena Andra yang terlihat menakutkan. Namun, tak lama pandangan tajam itu perlahan meredup. Dengan sedikit membungkuk, Andra melekatkan bibirnya di bibirku. Pelan, lembut, dan lama.
Ketakutanku perlahan memudar, berganti dengan debar yang sulit diartikan. Aku marah, tapi ciuman ini terasa menenangkan. Terlebih ketika kedua telapak tangan yang menahan bahu, berpindah untuk menarik pinggangku hingga tubuh ini rapat dengannya. Sementara itu, telapak tangan yang satunya mengusap lembut wajah dan tengkukku.
Tubuhku, sangat mengetahui siapa pemiliknya. Dia bergerak seirama dengan apa yang diinginkan si empunya. Mendesah saat ciuman lembut berubah menjadi sebuah tuntutan. Membiarkan setiap sela di mulut terasa penuh dan mendesak, kemudian mendesah karena hasrat yang minta dipuaskan.
Kecupan itu berpindah ke kening, ke mata, ke pipi, lalu hidung, dan berakhir di leher. Sialnya, amarah yang meletup tadi sudah benar-benar lenyap entah ke mana, berganti dengan keinginan untuk dicintai berlipat-lipat.

KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE DATE - Terbit
Fiction généraleYang tinggal persis di sebelah rumah kami itu, namanya Lia. Mantan istri dari suamiku, Andra. Lia tinggal bersama Clara, anaknya yang baru berusia 7 tahun. Anaknya bersama dengan Andra. Perlu dicatat, Lia masih sendiri meski Andra sudah menikah lagi...